Salah satu awal perkenalan kami dengan sosok Irwan Ahmett terjadi melalui poster pameran solonya di ruangrupa. Di poster pameran yang berjudul “Happiness” itu, wajah Irwan Ahmett ditempel lakban hitam di beberapa titik. Bagian bawah poster itu kemudian menjelaskan bahwa di foto tersebut, Irwan Ahmett menutupi bagian mukanya yang tak sesuai dengan keinginannya. Ia menutup jerawat, bekas luka dan semacamnya yang mencegahnya untuk merasa bahagia. Hanya dari posternya, Irwan Ahmett menyentuh kami dengan pendekatannya yang naif, jujur dan berani. Sejak itu, namanya terpatri menjadi salah satu seniman lokal yang kami kagumi.

Karya-karya Irwan Ahmett berikutnya menguatkan kagum kami. Karakternya semakin kuat dalam project-project yang ia buat kemudian. Di projectnya “Urban Play” misalnya, Irwan Ahmett mengajak kita untuk melihat keseharian dari kacamata yang berbeda. Belakangan, ia mengeksplorasi sejarah melalui pameran berseri yang digelar setiap tanggal 30 September setiap tahunnya, sebuah keputusan berani di tengah kondisi politik sekarang ini.

Satu hal yang kami akan selalu ingat dari sesi interview kami bersamanya adalah pendapatnya tentang keberpihakan. Saat itu ia berkata, “Seniman harus berani untuk memilih laku atau lakon yang akan diperankan oleh karyanya, termasuk di dalamnya mengenai segala konsekuensinya. Saya melihat seni sebagai jalan hidup. Melalui seni saya melihat dan menggambarkan kehidupan.”

Sepuluh tahun berselang dari saat pertama kami mengenali sosok Irwan Ahmett di posternya, Whiteboardjournal.com mendapat kesempatan menjadi wadah bagi buah pikirnya. Mulai akhir November ini, setiap bulan Irwan Ahmett akan berbagi gagasan dalam column series yang berjudul “Pertemuan”. Di dalamnya, kita akan diajak untuk melihat lebih dalam dari apa yang biasa terlewatkan dari keseharian. Tunggu episode pertama untuk seri tulisan ini minggu depan!