Under the Radar: Sunyata Session
Melalui kanalnya, Sunyata Session berusaha membawa prinsip bahwa musik adalah tanpa batas.
Teks: Livina Veneralda
Kini penyebaran musik sudah tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa kolektif video live music untuk memperkenalkan dan menghadirkan musisi-musisi baru ke ranah publik. Salah satu kolektif video musik tersebut adalah Sunyata Session. Melalui kanalnya, Sunyata Session berusaha membawa prinsip bahwa musik adalah tanpa batas, ia dapat berasal dari mana saja dan di mana saja.
Sunyata Session merupakan kanal YouTube kolektif berisi penampilan live music dari para musisi yang direkam secara intim dan sederhana. Nama Sunyata sendiri artinya adalah kekosongan dalam bahasa Jawa, hal itu kemudian berarti ‘terbuka akan segala kemungkinan,’ ujar Greg Soegono, salah seorang pendiri Sunyata Session di salah satu interview. Maka dari itu, Sunyata Session tidak memberi batas akan siapa yang dapat tampil di dalam kanalnya, mulai dari musisi-musisi baru hingga nama yang sudah akrab didengar seperti Bin Idris dan Ari Reda. Setelah live music, diadakan sesi diskusi bersama para musisi mengenai musik mereka, sehingga suasana yang akrab pun terjalin dengan para musisi. Selama dua tahun keberadaannya, Sunyata Session berhasil mengumpulkan lebih dari 3000 subscribers dan total videonya telah ditonton sebanyak lebih dari 700.000 kali.
Jika mengunjungi kanal YouTube-nya, mungkin beberapa orang pernah menjumpai konsep serupa yang digagas oleh kanal YouTube lainnya. Yang menjadi inspirasi dan referensi Sunyata Session di antaranya adalah “Mahogany Session” dan “Jam in the Van.” Dalam Mahogany Session misalnya, dapat disaksikan Moddi, seorang musisi Norwegia, yang memainkan akordion di pinggir pantai. “Jam in the Van” juga menyulap van menjadi studio bagi para musisi untuk tampil di dalamnya. Melalui referensi dan ketekunannya, Sunyata Session mampu memproduksi video yang apik dan berkualitas.
Keseriusan para penggagasnya tercermin dalam tiap video yang mereka garap. Meskipun tampak sederhana, sinematografi yang dihadirkan tidak asal-asalan, ditemani dengan kualitas suara yang jernih. Latar tempat yang diambil juga menjadi hal menarik dalam kanal YouTube ini. Para musisi dibebaskan untuk mengambil tempat yang sesuai dengan keinginan mereka, baru ketika mereka tidak punya ide, Sunyata akan memilihkan latar yang pas dengan warna musik mereka. Hal ini menjadi pemandangan segar bagi penikmat musik, misalnya saja melihat Jason Ranti bernyanyi diiringi gitar dan harmonika di tengah-tengah kuburan pada siang hari.Kesan bahwa musik bisa berada di mana saja benar-benar secara konsisten ditunjukkan oleh Sunyata Session.
Sunyata Session juga aktif dalam melakukan beberapa konser tunggal. Konser ini diberi nama Sunyata Night dan selalu menggelar live music di tiap pengadaannya. Pada Sunyata Night 10 November 2017, ia juga mengadakan film screening beberapa film pendek.Sunyata juga berkolaborasi bersama Folk Music Festival 2017 pada July 2017 yang lalu di Malang dengan menghadirkan Bin Idris, Ari Reda, Pagi Tadi, Iksan Skuter, dan Manjakani dalam sesi mereka.
Proyek terbaru Sunyata Session adalah Sunyata 1000 gitar. Melalui program ini, Sunyata Session mengumpulkan 1000 gitar yang akan didonasikan kepada kaum miskin dan juga anak-anak jalanan di sekitar Jakarta. Melalui hal ini, Sunyata berharap untuk dapat mengajak masyarakat untuk ikut berkontribusi dan memberi kesempatan bermusik bagi orang-orang yang menerima gitar tersebut. Peran Sunyata Session pun kian mantap dalam memajukan musik lokal serta memberi esensi bahwa musik terbuka bagi segala kemungkinan yang ada.