Melihat Posisi Piala Oscar di Industri Film Kita
Merespon gelaran Oscar tahun ini, kami berbincang dengan beberapa sosok di industri film kita soal relevansi Oscars sebagai award show atas dasar kontroversi dan kritik yang telah ada.
Words by Ghina Sabrina
Memasuki gelaran ke-92, perayaan Academy Awards tahun ini dipenuhi oleh banyak kabar menarik. Sejak pengumuman nominasi yang jatuh di pertengahan bulan Januari kemarin, debat antara siapa yang pantas memenangkan Piala Oscar, siapa saja yang diabaikan, hingga kontroversi soal minimnya representasi terhadap people of color di daftar nominasi telah menjadi perbincangan hangat di antara kalangan penikmat film sampai sosok-sosok di balik layar. Tidak hanya itu, Bong Joon-ho, sutradara film “Parasite” yang mengantongi enam nominasi di gelaran Oscar ini pun mengatakan bahwa, “The Oscar are not an international film festival. They are very local”. Melihat hal ini, kami berbicara dengan beberapa sosok dalam industri film kita tentang akuntabilitas Oscars sebagai award show atas dasar kontroversi dan kritik yang telah ada.
Ernest Prakasa
Comedian, director, writer, and actor – “Cek Toko Sebelah”
Sejak kapan Anda mengikuti soal gelaran Oscars?
Sejak lama sih sebenarnya. Cuma sejak aktif di film, gue mulai lebih rajin dan lebih intens mengikutinya supaya bisa mengikuti film-film yang menang atau nominated tapi tidak high-profile. Jadi, sebisa mungkin dapat pengetahuan tentang film bagus yang mungkin tidak ada di radar gue. Jadi, sejak masuk ke film pertama kali di tahun 2015 sampai sekarang.
Dari tahun ke tahun, Oscars selalu dipenuhi kontroversi mulai dari kemunculan tagar #OscarsSoWhite hingga praktik category fraud. Apakah hal ini telah memengaruhi kedudukan Oscars sebagai sebuah award show yang bergengsi?
Menurut gue emang politisasi ini jadi agak tricky, kayak pedang bermata dua. Di satu sisi memang ingin memberikan representasi supaya kulit putih tidak terlihat terlalu dominan, tapi di sisi lain sebenarnya tidakkah lebih adil untuk menilai semata-mata dari kualitas? Artinya konsep representasi ini juga memang hati-hati juga harus diadaptasinya karena kalau misalnya kebetulan di tahun itu kandidat yang dominan secara kualitas memang dari kalangan mayoritas (kulit putih), terus masa mau dipaksa diselipkan? Kan malah jadi tidak fair juga. Memang ini hal yang sangat-sangat rumit.
Bong Joon-ho pernah bilang bahwa Oscars itu sebenarnya acara yang “lokal”, karena dibuat di Amerika dan hampir semua yang dimenangkan itu dari negara Barat. Bagaimana Anda melihat hal ini? Menurut Anda, apakah hal ini yang menjadi salah satu penyebab Indonesia belum berhasil mendapat nominasi di Oscars?
Kalau untuk film Indonesia, melihat dari track record-nya, ada dua hal kalau dari pengamatan gue pribadi untuk foreign films. Yang pertama itu adalah networking. Gue honestly tidak tahu, dibandingkan negara-negara tetangga sebenarnya itu networking kita sudah seberapa advanced sih? I don’t really know karena tidak pernah terjun ke festival internasional. Yang kedua, seberapa besar film tersebut berhasil berpenetrasi ke pasar lain selain Amerika. Film kita memang secara kualitas pasti bagus kalau dikirim ke sana, cuma apakah berhasil untuk penetrasi pasar-pasar lain selain daripada Oscar itu sendiri? Mungkin itu yang jadi salah satu pertimbangan dari Academy juga.
Film dan aktor apa yang Anda inginkan menang di Oscars tahun ini?
“Ford vs Ferrari”, “Once Upon a Time in America”, “Little Women”, of course they’re great movies. Cuman “1917” itu film yang pushing the limit. Kita akan selalu punya film bagus tapi tidak banyak film yang pushing the limit kayak membuat sebuah standar baru atau inovasi baru dalam cinematic experience penonton. Menurut gue “1917” harusnya diapresiasi lebih dahsyat lagi.
Menurut Anda, film atau aktor apa yang di-snub di Oscars tahun ini?
Jadi berkaitan dengan jawaban sebelumnya, snub yang paling menyebalkan itu George MacKay di “1917”. Seseorang yang bukan aktor berpengalaman tinggi di Hollywood tapi bisa menampilkan performance yang dahsyat banget, believable, pokoknya benar-benar menunjukkan kualitas yang dibutuhkan oleh skenario. Karakter ini punya range yang juga tidak mudah untuk di-explore. Menurut gue, George MacKay menampilkan performance yang gila banget.
Apakah sebenarnya Anda memiliki keinginan untuk masuk dalam nominasi atau bahkan memenangkan Oscars?
Sampai detik ini gue belum pernah punya ambisi untuk ke Oscars maupun festival internasional karena dua alasan. Pertama, karena masih tahu diri. Sebagai filmmaker pemula, kualitasnya masih malu-maluin lah kalau mau dibawa ke internasional. Kedua, karena menurut gue, pasar Indonesia juga masih cukup luas. Ada banyak orang yang masih bisa dikenalkan dengan karya kita. Ngapain kejauhan mikir ke internasional? But that’s my personal opinion, I don’t speak for other filmmakers.
Asmara Abigail
Actress
Sejak kapan Anda mengikuti soal gelaran Oscars?
Sejak kecil karena melihat dari majalah-majalah tante saya.
Dari tahun ke tahun, Oscars selalu dipenuhi kontroversi mulai dari kemunculan tagar #OscarsSoWhite hingga praktik category fraud. Apakah hal ini telah memengaruhi kedudukan Oscars sebagai sebuah award show yang bergengsi?
Tentu berpengaruh terhadap keberagaman yang seharusnya terpapar dalam pilihan-pilihan nominasi Oscar sebagai tolak ukur perfilman global. Tetapi walaupun dengan category fraud yang ada, Oscars tetap saja menjadi award show yang bergengsi.
Bong Joon-ho pernah bilang bahwa Oscars itu sebenarnya acara yang “lokal”, karena dibuat di Amerika dan hampir semua yang dimenangkan itu dari negara Barat. Bagaimana Anda melihat hal ini? Menurut Anda, apakah hal ini yang menjadi salah satu penyebab Indonesia belum berhasil mendapat nominasi di Oscars?
Betul, karena banyak sekali film yang luar biasa jenius di luar Hollywood. Tapi semoga dengan tahun ini yang mana Bong Joon-ho menjadi legend di Oscar bisa menjadi pembuka jalan untuk dunia baru di Oscar.
Film dan aktor apa yang Anda inginkan menang di Oscars tahun ini?
Film: Parasite
Aktor: Antonio Banderas
Menurut Anda, film atau aktor apa yang di-snub di Oscars tahun ini?
Film: Pain and Glory
Aktor: Awkwafina and Lupita Nyong’o
Apakah sebenarnya Anda memiliki keinginan untuk masuk dalam nominasi atau bahkan memenangkan Oscars?
It’s in my wildest dreams of course.
Eric Sasono
Film critic, PhD in film studies at King’s College London
Sejak kapan Anda mengikuti soal gelaran Oscars?
Saya mengikuti anugrah Oscars sejak tahun 1996. Ketika itu “The English Patient” yang dapat Best Picture. Film-film lain yang dinominasikan menarik seperti “Shine” dan “Fargo”. Tapi itu saja, sesudah itu tak berminat lagi mengikuti sejak “Titanic” dapat Best Picture, lalu “Shakespeare in Love”. Piala Oscar cuma kontes popularitas saja sih akhirnya.
Dari tahun ke tahun, Oscars selalu dipenuhi kontroversi mulai dari kemunculan tagar #OscarsSoWhite hingga praktik category fraud. Apakah hal ini telah memengaruhi kedudukan Oscars sebagai sebuah award show yang bergengsi?
Sejak dua film tadi, Piala Oscar sudah tak credible buat saya. Di Hollywood sendiri mereka kaget dengan kemenangan “Shakespeare in Love” yang memang hasil kampanye besar-besaran dari produsernya, Miramax.
Bong Joon-ho pernah bilang bahwa Oscars itu sebenarnya acara yang “lokal”, karena dibuat di Amerika dan hampir semua yang dimenangkan itu dari negara Barat. Bagaimana Anda melihat hal ini? Menurut Anda, apakah hal ini yang menjadi salah satu penyebab Indonesia belum berhasil mendapat nominasi di Oscars?
Saya setuju. Coba saja lihat syarat resmi Academy Awards: film-film yang diputar di bioskop komersial di Los Angeles County selama minimal 7 hari berturut-turut. Ini kan kriteria yang lokal sekali. Berbeda dengan banyak festival seperti Cannes, Berlin atau Venice yang mencari film-film dari berbagai belahan dunia untuk diputar, dirayakan dan dikompetisikan. Namun, mesin komersial film Amerika memang lebih besar dan kuat daripada yang lain. Maka ini adalah hasil pemasaran dan dominasi industri film lokal Amerika ke seluruh dunia.
Soal Indonesia mendapat nominasi sih ya, peluangnya cuma ada di Best International Pictures, yang dulu nama kategorinya Foreign Language Film. Ini tak ada hubungannya dengan negara Barat atau tidak. Lagi-lagi soal promosi. Film yang menang itu dipilih berdasarkan hasil pemungutan suara para anggota AMPAS. Yang menang pasti populer di mata para anggotanya.
Film dan aktor apa yang Anda inginkan menang di Oscars tahun ini?
Saya menjagokan “Parasite” sebagai film terbaik. Ingin saja film Korea menang di kompetisi film Amerika.
Menurut Anda, film atau aktor apa yang di-snub di Oscars tahun ini?
Yang di snub? Saya tak terlalu perhatikan. Orang bicara soal Greta Gerwig yang tak masuk nominasi sutradara terbaik. Tapi menurut saya, kita terlalu membesar-besarkan Piala Oscar.
Apakah sebenarnya Anda memiliki keinginan untuk masuk dalam nominasi atau bahkan memenangkan Oscars?
Memiliki keinginan sebagai apa ya? Hmm.
Dede Meiske
Produser Film – Palari Films
Sejak kapan Anda mengikuti soal gelaran Oscars?
Gak ingat sih pastinya kapan.
Dari tahun ke tahun, Oscars selalu dipenuhi kontroversi mulai dari kemunculan tagar #OscarsSoWhite hingga praktik category fraud. Apakah hal ini telah memengaruhi kedudukan Oscars sebagai sebuah award show yang bergengsi?
Mungkin berpengaruh, namun dominasi mayoritas tetap lebih besar. Artinya, mayoritas lebih membutuhkan acara awarding (as entertainment) dan dampak keuntungannya, daripada akuntabilitas acara dan penyelenggaraannya.
Bong Joon-ho pernah bilang bahwa Oscars itu sebenarnya acara yang “lokal”, karena dibuat di Amerika dan hampir semua yang dimenangkan itu dari negara Barat. Bagaimana Anda melihat hal ini? Menurut Anda, apakah hal ini yang menjadi salah satu penyebab Indonesia belum berhasil mendapat nominasi di Oscars?
Setuju. Foreign Language adalah kategori untuk film-film dunia, termasuk Indonesia. Kompetisi terseleksi di kategori ini yang menyebabkan Indonesia belum masuk.
Film dan aktor apa yang Anda inginkan menang di Oscars tahun ini?
Adam Driver.
Menurut Anda, film atau aktor apa yang di-snub di Oscars tahun ini?
Adam Driver.
Apakah sebenarnya Anda memiliki keinginan untuk masuk dalam nominasi atau bahkan memenangkan Oscars?
Foreign Language sounds fun for me!