Masa Depan Arsitektur Ruang Bekerja Dalam Kenormalan Yang Baru
Berbincang dengan beberapa arsitek mengenai respon arsitektur terhadap kenormalan yang baru, mulai dari desain kantor, masa depan open plan, hingga kepentingan ruang kerja dalam perhitungan membangun rumah.
Words by Emma Primastiwi
Ilustrasi: Max Suriaganda
Desain: Mardhi Lu
Memasuki masa transisi pandemi, masyarakat Jakarta dan sekitarnya sudah mulai kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Walau second wave masih menghantui kita semua, pandemi ini tidak bisa menghentikan kebutuhan masyarakat untuk mencari nafkah. Dan dengan physical distancing yang diprediksi akan bertahan hingga 2022, arsitektur ruang-ruang publik, terutama ruang kerja atau kantor harus beradaptasi dengan situasi baru ini. Pandemi ini menyadarkan kita bahwa apabila ruang publik dapat didesain dengan penuh perhatian, maka hal tersebut dapat membantu kita dalam pencegahan, penahanan, juga pengobatan penyakit menular. Oleh karena itu, kami berbicara dengan beberapa sosok arsitek mengenai respon arsitektur terhadap kenormalan yang baru ini, mulai dari desain kantor, masa depan open plan, nasib co-working space, hingga kepentingan ruang kerja dalam perhitungan membangun rumah kedepannya.
Andra Matin
Arsitek
Dengan “normal baru” yang mulai diimplementasikan. Secara pribadi, apakah Anda melihat perbedaan yang signifikan dari “normal baru” dan “normal” sebelumnya?
Perbedaan yang signifikan dalam kehidupan kita belakangan ini adalah tentang jarak antar manusia sebagai dampak dari physical distancing. Hal lainnya adalah cara kita hidup sehari-hari, tentang bagaimana saat ini perlu lebih menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita, menjaga asupan dan memiliki pola hidup yang lebih sehat.
Physical distancing diprediksikan akan bertahan sampai tahun 2022, bagaimana hal itu dapat berdampak pada cara kita bekerja?
Perubahan cara hidup ini tentunya berdampak dengan berbagai aspek, termasuk cara bekerja. Yang dapat kita lakukan adalah beradaptasi dan makin membiasakan diri dengan kebiasaan baru. Selama kinerja tetap optimal, komunikasi lancar dan kita dapat membangun antusiasme, rasanya tidak apa meneruskan physical distancing, untuk kebaikan semua pihak.
Menurut Anda, apakah sistem open plan akan ditiadakan kedepannya? Apakah kita akan kembali ke sistem cubicle untuk memastikan jarak yang diperlukan untuk bekerja secara aman?
Konsep open plan dirancang untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan interaksi visual. Selain itu, open plan juga mendukung terciptanya ambience yang lebih modern karena melambangkan keterbukaan dan kesetaraan antar level dalam perusahaan. Selama jarak aman antar manusia dapat dipertahankan, maka open plan tetap menjadi solusi menyenangkan untuk ruang kerja, apalagi jika didukung sirkulasi udara yang baik dan sejauh protokol kesehatan tetap kita taati.
Dengan itu, bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada bisnis co-working space?
Dampak yang sangat terasa, adalah berkurangnya kapasitas pada co-working space akibat physical distancing. Maka, menjadi esensial bagi co-working space untuk mempunyai ventilasi alami sebagai alur suplai udara yang berkelanjutan. Sebaiknya apabila memungkinkan, memiliki teras atau innercourt akan lebih sehat. Tentunya semua tempat yang digunakan untuk umum, tidak hanya co-working space, menjaga kebersihan secara menyeluruh dan memprioritaskan kebersihan, menjadi hal yang paling utama dibanding hal-hal lainnya.
Dengan potensi sistem WFH sebagai metode bekerja yang permanen, apakah ruang kerja akan kembali menjadi elemen penting dalam membangun rumah?
Bisa jadi. Namun ruang kerja tidak menjadi sesuatu yang mutlak sebagai ruang yang dedicated. Area kerja dapat ditempatkan dimanapun, selama kita memiliki area yang nyaman dan cukup privat untuk mendapatkan ketenangan dalam bekerja. Di beberapa rumah tinggal, kami menjadikan sebuah ruang sebagai ruang yang fleksibel untuk berbagai fungsi: ruang tidur tamu, area kerja sekaligus tempat bermain anak.
Gathi Subekti
Head of Design – Arkana Architects Bali
Dengan “normal baru” yang mulai diimplementasikan. Secara pribadi, apakah Anda melihat perbedaan yang signifikan dari “normal baru” dan “normal” sebelumnya?
Secara pribadi perbedaan yang saya lihat lebih kearah bagaimana sebuah industri kecil dapat beradaptasi dengan keadaan saat ini. Ini tidak saja dapat saya ambil dari pengalaman pribadi di biro arsitek, namun juga banyak sekali industri kecil semacam cafe misalkan harus dapat beradaptasi dan kreatif dalam terus menggerakkan roda ekonomi perusahaan.
Physical distancing diprediksikan akan bertahan sampai tahun 2022, bagaimana hal itu dapat berdampak pada cara kita bekerja?
Cara bekerja kalau di industri kreatif cukup menarik yah. Kalau kita biasanya pekerjaan by deadline, tanggal sekian harus dapat menyelesaikan pekerjaan hingga sekian, dan seterusnya. Jadi kantor kita (Arkana) tidak mematok untuk bekerja 9 to 5 seperti layaknya kantor biasa. Dan ini sudah didukung juga dengan penggunaan aplikasi-aplikasi untuk me-manage pekerjaan (saya sebagai pemberi pekerjaan) dan kegiatan yang harus dilaksanakan teman-teman staff. Cara kerja ini membutuhkan kemandirian dan inisiatif dari staff namun juga butuh kepercayaan dari pemberi pekerjaan. Semua SOP kantor memang sudah base on sistem mobile berhubung juga banyak tenaga kerja kami yang bukan inhouse melainkan kontak perprojek dan domisilinya tidak di Bali. Jadi menurut saya dengan sistem tersebut kantor kami sudah bekerja efektif sebelum ada corona.
Kalau perbedaan mungkin ada beberapa kali kita harus membiasakan untuk menggunakan zoom call ya, dan menjelaskan sebuah desain melalui media digital seringkali terjadi miscom dan misunderstanding, ditambah apalagi kalau client orang bule, dan beberapa kali terjadi miscommunication. Tapi kita semua sama-sama belajar kali ya, saya pun harus adaptasi juga untuk menggunakan media digital ini.
Menurut Anda, apakah sistem open plan akan ditiadakan kedepannya? Apakah kita akan kembali ke sistem cubicle untuk memastikan jarak yang diperlukan untuk bekerja secara aman?
Ini menurut saya ya, mendengar kata denah open plan itu terkadang hanya sebuah gimmick. Banyak yang bilang penggunaan denah open plan itu agar karyawan bisa lebih banyak komunikasi dan brainstorming menghasilkan ide-ide kreatif. Tapi open plan juga akhirnya orang jadi banyak ngobrol dan tidak fokus dengan pekerjaan. I don’t think this is the case. Kalau saya lihat sebenarnya open plan itu saving space and money, jadi ini mau saya luruskan terlebih dahulu.
Nah sebagai arsitek, saya biasa desain by request, custom desain, dan sampai saat ini belum ada client yang specifically minta untuk dibuat cubicle atau open plan, ditambah proyek arkana lebih banyak hospitality bukan office ya. Tapi kalau saya lihat, apabila kita membuat jarak social distancing antara satu karyawan dan karyawan lain mungkin sifatnya temporary dan bukan permanen. Jadi mungkin akan ada perubahan spacing antar tempat duduk selama 2 tahun kedepan (2022), tapi akan tetap kembali normal dan ga berpengaruh banyak pada desain. Apalagi Indonesia, Jakarta aja sudah mulai Car Free Day dempet-dempetan, kayaknya akan sulit untuk mengubah perilaku tersebut.
Dengan itu, bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada bisnis co-working space?
Coworking space itu cukup unik ya sebenarnya. Kalau dilihat sebenarnya coworking space itu ada macem macem kegiatan. Soalnya selain mereka menyediakan “space” untuk orang bekerja dan membuat startup masing-masing, juga menjadi wadah sebuah komunitas di mana startup dapat bertemu dengan startup lain dan menghasilkan Billion dollar idea. Jadi ada dua space yang terbentuk: space kerja dan space brainstorming (let’s say).
Untuk space kerja sendiri banyak banget menggunakan open plan, tapi ga sedikit co-working space menyewakan ruangan-ruangan khusus untuk startup 5 orang atau startup 15 orang. Kita bisa ngeliat ini ya kayak tenant leasing office seperti kebanyakan kantor biasa, dan seperti space kerja new normal dapat diatur atau diadaptasikan dengan membentuk shift kerja atau work from home let’s say.
Yang jadi pertanyaan adalah space untuk brainstorming ini. Karena coworking space works because of its own community di mana tiap komunitas memberikan ide dan mengikuti workshop yang diadakan oleh co-working space tersebut. Apakah bisa interaksi brainstorming dilakukan tanpa tatap muka hanya dengan menggunakan media digital saja? Apakah bisa coworking space membentuk sebuah wadah digital untuk memberikan benefit yang sama seperti saat mereka sewa tempat di coworking space.
Kalau melihat trend industri digital yang kian membesar (thanks to Corona juga), dan juga tren millennial untuk membentuk startup di dunia digital, kayaknya sih demam coworking space masih cukup besar, namun memang harus juga beradaptasi agar tetap dapat merangkul komunitas yang telah dibuatnya sebelum covid.
Dengan potensi sistem WFH sebagai metode bekerja yang permanen, apakah ruang kerja akan kembali menjadi elemen penting dalam membangun rumah?
Sebelumnya perlu dipahami bahwa ruang kerja belum tentu harus ruang konvensional yang dibatasi dinding. “Ruang” disini bisa berupa space yang memang diperuntukan untuk area bekerja. Lokasinya bisa di mana aja, tergantung pelakunya, dalam hal ini di tiap rumah atau contoh kasus akan berbeda-beda. Dalam desain yang saya terapkan “working space” ini selalu menjadi salah satu checklist dalam menjawab design, entah itu dalam bentuk meja kecil disamping kasur atau ruangan khusus yang dilengkapi oleh library. Karena menurut saya kegiatan bekerja sangat terikat dengan para user sampai ke lingkup rumah tinggal bahkan saat berlibur (di hotel).
Tapi untuk inside menarik pernah ga sih ngeliat zoom-nya najwa shihab, atau menteri, atau pejabat gitu terus di belakangnya selalu ada rak buku dengan buku yang berjejer rapi? Bahkan background zoom itu ada makna dan artinya sendiri yang menciptakan branding orang tersebut. Mungkin bakal ada detailing kesana kali ya, membuat background sesuai brand.
Ivan Christianto
Creative Director Studio Kita
Dengan “normal baru” yang mulai diimplementasikan. Secara pribadi, apakah Anda melihat perbedaan yang signifikan dari “normal baru” dan “normal” sebelumnya?
Iya dong, pasti signifikan sekali, manusia kelihatannya baru bisa adaptasi di bulan ke-6 ya menurut gue, pasti masih banyak kebiasaan yang sulit diubah dan “keparnoan” terhadap sesama tuh, hahaha. Konteks biro arsitektur juga jadi banyak perubahan seperti cara kerja di kantor, meeting klien sampai dengan check site lapangan, di mana banyak sekali pekerja yang nggak selalu bisa menerapkan protokol kesehatan.
Physical distancing diprediksikan akan bertahan sampai tahun 2022, bagaimana hal itu dapat berdampak pada cara kita bekerja?
Untuk biro desain atau arsitektur tentu akan berpengaruh besar, di mana kegiatan di studio kami biasanya banyak sekali diskusi dengan konteks desain ataupun non desain. Dengan era work from home, sepertinya akan banyak penyesuaian ya dan diskusi via Zoom gitu kurang enak sih, menurut gue. Jadi, dengan masih berjalannya WFH mungkin perlu ada sesi diskusi yang ketemu langsung ya beberapa kali dalam sebulan.
Menurut Anda, apakah sistem open plan akan ditiadakan kedepannya? Apakah kita akan kembali ke sistem cubicle untuk memastikan jarak yang diperlukan untuk bekerja secara aman?
Kira-kira satu atau dua tahun belakangan sistem open plan memang sudah banyak dibicarakan sebagai sistem kerja yang kurang efektif, dan tadinya di tahun 2020 sistem cubicle seperti kantor konservatif akan dicoba kembali. Dengan adanya pandemik ini menurut saya akan mempercepat percobaan dengan sistem cubicle, tentu para desainer akan membuat semua format baru cubicle agar tidak membosankan seperti kantor konservatif.
Dengan itu, bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada bisnis co-working space?
Menurut gue bisnis co-working space akan “boom” asalkan mereka bisa menyesuaikan dan memberikan kenyamanan kepada calon pengguna, seperti protokol kesehatan dan jarak aman, bisa dari desain ruang dan furniture yang baik juga. Karena dengan tiga bulan kita terbiasa kerja di rumah dan banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tidak mampu lagi membayar uang sewa kantor pada umumnya, co-working space akan jadi alternatif yang potential. Pengalaman pribadi sih, kerja di rumah dengan suasana nggak mendukung jadi nggak produktif juga, perlu keluar dari rumah untuk lebih produktif dan kerja di cafe atau restaurant mungkin masih belum bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Dengan potensi sistem WFH sebagai metode bekerja yang permanen, apakah ruang kerja akan kembali menjadi elemen penting dalam membangun rumah?
Kelihatannya iya, ya. Gue udah ada 2-3 teman yang minta rumahnya direnovasi (interior) biar mereka betah di rumah dan kerja di rumah. Banyak orang yang baru sadar setelah tiga bulan hanya di rumah aja kalau space mereka itu memengaruhi sekali kehidupan dan keefektifan dalam bekerja dan beberapa project yang sedang berjalan sudah ada request untuk memperbesar area office di rumah. Jadi, bisnis desain interior akan lebih maju juga deh, haha.
Realrich Sjarief
RAW Architecture
Dengan “normal baru” yang mulai diimplementasikan. Secara pribadi, apakah Anda melihat perbedaan yang signifikan dari “normal baru” dan “normal” sebelumnya?
Saya menyebut era baru ini upnormal, dimana kondisi kerja akan lebih rileks, tekanan akan berkurang. Hal ini diakibatkan karena tekanan akan jauh berkurang karena pandemi yang muncul. Hal yang baik adalah pandemi ini membuka sekat antar negara, saya banyak mendapatkan tawaran untuk menjadi pembicara konferensi di negara-negara seperti Rusia, Amerika, Australia, ataupun India. Mereka justru ingin belajar dari riset sejarah yang kami lakukan di Indonesia, mengenai bagaimana strategi menghadapi pandemi dan lainnya adalah bagaimana pendekatan atau metode desain kami yang spesifik yang terkait dengan arsitektur indonesia. Hal ini terkait dengan pendekatan ketika bekerja dengan detail yang custom, dengan bekerja bersama tukang kami. Pandemi ini membuka komunikasi dengan banyaknya komunikasi yang dilakukan secara online.
Physical distancing diprediksikan akan bertahan sampai tahun 2022, bagaimana hal itu dapat berdampak pada cara kita bekerja?
Kita akan banyak bekerja dengan jarak jauh di mana pertemuan dilakukan secara online. Di arsitektur, cara perencanaan akan banyak berpusat pada big data atau data-data yang ada di online cloud. Seperti di studio kami, kami biasa rapat jam 09.00 pagi dimana dilakukan koordinasi pekerjaan dahulu di pagi hari, meng-update pekerjaan-pekerjaan lapangan termasuk pekerjaan konstruksi. Setelah itu monitoring kualitas pekerjaan dilakukan dengan diskusi online. Saya berpikir cara seperti ini menyehatkan, karena jam 09.00 pagi bisa di rumah dengan tidak perlu menghabiskan waktu di jalan, makan bisa di rumah, kemudian waktu bisa dihabiskan dengan keluarga. Sebenarnya cara kerjanya menjadi lebih sehat.
Menurut Anda, apakah sistem open plan akan ditiadakan kedepannya? Apakah kita akan kembali ke sistem cubicle untuk memastikan jarak yang diperlukan untuk bekerja secara aman?
Sistem open plan masih bisa berlaku selama membutuhkan jarak. Namun pandemi ini akan banyak mengatur soal pemakaian masker atau face shield di tempat kerja. Jarak antar teman kerja akan membesar apabila perlu ke kantor, kantor akan berkurang kapasitasnya dimana sebagian pekerja harian akan berubah menjadi pekerja lepasan. Cubicle ataupun open plan akan kembali lagi ke budaya (culture) perusahaan yang ada. Karena open plan itu digagas sebenarnya untuk kemudahan komunikasi, kerja kolaboratif dan optimalisasi biaya. Saya melihat dengan adanya jarak bekerja satu sama lain sebesar 2-3 m open plan tetap masih bisa valid untuk sekarang.
Dengan itu, bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada bisnis co-working space?
Menurut saya co-working space akan berubah menjadi meeting space dengan peraturan kesehatan yang ketat, karena banyak orang memilih untuk bekerja di rumah. co-working space akan berubah dari fisik menuju platform digital dimana sharing work akan diminati. Contohnya google sudah membuat beberapa sharing work seperti pembuatan slide presentasi, spreadsheet ataupun documents yang bisa dikerjakan bersama. Tipe-tipe seperti ini adalah co-working space di masa depan yang beralih dari fisik menuju digital.
Dengan potensi sistem WFH sebagai metode bekerja yang permanen, apakah ruang kerja akan kembali menjadi elemen penting dalam membangun rumah?
Ya, saya banyak berdiskusi dengan klien dan beberapa klien memilih untuk memiliki ruang kerja yang relatif nyaman di dalam rumah, dengan akses internet yang baik. Oleh karena itu, hal-hal seperti penghawaan dan pencahayaan yang baik penting sekaligus penjagaan terhadap privasi ketika bekerja supaya bisa fokus meskipun dekat dengan keluarga. Pemisahan-pemisahan sekat menjadi penting, atau bagaimana cara memisahkan misalnya dengan taman kecil atau partisi transparan yang kedap suara. Hal ini merujuk kepada konsep so-ho digital menurut saya, jadi bisa bekerja dan tinggal, home dan studio ada disitu. Sudah banyak platform penjualan bisa dilakukan yang dipindahkan dari bentuk fisik secara digital melalui sosial media.