Sandang, Papan, Pangan, Jaringan
Manifesto generasi terkini, tentang koneksi yang kini menjadi kebutuhan primer, setara dengan rasa lapar dan dahaga.
Words by Whiteboard Journal
Kami adalah generasi yang tumbuh besar di jaringan internet. Koneksi sudah menjadi kebutuhan primer kami. Tanpa jaringan internet, kami bisa mati.
Kami adalah generasi yang tumbuh besar di dunia tak nyata. Sejak kecil kami sudah aktif memenuhi halaman beranda. Kami pribumi jagad maya.
Kehidupan kami dirangkum dalam layar telefon pintar. Hubungan keluarga, akademis, bisnis, pertemanan, hingga romansa dirangkum dalam akun media sosial. Untuk apa bertatap muka jika kami dapat mengobrol di depan kamera? Silaturahmi tak perlu keluar pagar.
Tak usah keluar rumah untuk cari makan, di depan layar semua bisa dikerjakan. Tujuh hari dua puluh empat jam kami hanya sibuk scroll down. Berselancar di laut internet bikin kami kecanduan.
Dunia kami hanya sebatas kiriman, tautan, dan tombol “suka”. Tetapi, kami tak perlu melongok ke luar jendela untuk tahu berita. Kami akan tau lebih dulu sebelum tersiar di layar kaca. Pesan kabar sampai secepat cahaya.
Buku memang jendela dunia, tapi gadget kami jendela semesta. Kami harusnya jadi generasi yang serba bisa. Dari cara mengupas bawang hingga merakit pesawat antariksa, semuanya tersedia.
Kami harusnya jadi generasi yang lebih maju, karena seisi dunia ada di ujung ibu jari. Kami harusnya jadi generasi yang tak mudah dibohongi kabar-kabar palsu. Kami harusnya kebal berita bohong sana sini.
Privasi adalah pilihan, dan kami memilih untuk tak mengacuhkan. Data pribadi kami sebarkan, tanpa peduli bahaya yang terus memperhatikan. Segalanya kami bagikan agar dunia tau apa yang sedang kami lakukan. Jumlah like kami perhatikan. Isi komentar kami pedulikan. Jumlah pengikut kami perhitungkan. Kami haus akan perhatian.
Kami selalu berusaha untuk jadi lebih bijak dengan hanya sekadar mengingatkan,
meskipun kadang berujung cuitan pertikaian. Kami beropini bebas tanpa takut diperkarakan, meski beberapa ada yang berujung ke pengadilan. Pemikiran liar tersebar, ide gagasan tertebar, kami tak kenal batasan.
Dunia nyata dan maya sudah tak ada perbedaan. Di lini masa, do’a kami panjatkan.