Proses Dewasa Muda dan Kebingungan Tentang Masa Depan
Melihat proses pendewasaan berikut dengan kegelisahan yang menyertai.
Words by Whiteboard Journal
Terlalu kontradiktif memang mengakui bahwa usia saya sudah menginjak angka dewasa tapi merasa mental dan sifat saya masih kekanak – kanakan. Berada di masa transisi ini membuat saya banyak berpikir dan sharing dengan banyak orang tentang kegelisahan akan masa depan. Mencari pembenaran hidup dengan berpikir apa yang saya lakukan selama ini benar atau salah untuk diri sendiri atau orang lain di sekitar. Mulai merasa berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dari sebelumnya membuat sadar bahwa saya sudah memasuki fase dewasa muda.
Mengutip dari buku psikologi perkembangan “Dewasa Muda” oleh Agus Dariyo bahwa dewasa muda merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia. Disini dijelaskan bahwa seseorang mengalami banyak perubahan – perubahan progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio – emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seorang dewasa muda telah menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti menyelesaikan pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan tinggi (universitas/akademi), meniti dan meraih puncak karier, menikah, membentuk dan membina keluarga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif dan produktif untuk memantapkan status sosial ekonomi keluarga dan sebagainya.
Kalimat yang sering mampir di telinga saya setelah sharing dengan banyak orang adalah semakin dewasa seseorang akan banyak pula masalah yang menghampiri. Menuntut diri untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri. Contoh sederhananya jika kalian mahasiswa adalah dari kepanitiaan kampus. Banyak perbedaan pendapat yang akhirnya menghadirkan masalah. Kita jadi mengetahui karakter dan sifat seseorang dan bagaimana cara bersikap. Mau tak mau seseorang harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana tempatnya berada. Dari sini mengerti bagaimana cara menyatukan perspektif dari beberapa atau banyak orang yang saya rasa susah.
Menginjak dewasa seseorang akan merasa keterasingan sosial. Suatu ketika saya membuka instagram story teman dengan mengemukakan kegelisahan yang dituliskan “Pada akhirnya ‘seleksi alam’ akan membawa kita bertemu teman – teman yang sefrekuensi. Semakin dewasa, circle pertemananku semakin mengecil dan itu merupakan hal positif.” Tersadar saya juga merasakan hal yang sama, dimana teman – teman yang dulu sering bersama perlahan mulai hilang dengan tujuan hidupnya masing – masing. Pada fase ini saya juga merasa lebih selektif dalam memilih pergaulan. Perlahan mulai harus mengerti tujuan hidup dari masing – masing teman dekat agar silaturahmi tetap terjalin. Teman saya menuliskan lanjutan dari instagram story sebelumnya “Lingkar kenalan ku perlebar, lingkar pertemanan ku persempit.” Mungkin itu salah satu cara dia untuk mendewasakan diri dari lingkungan sosialnya.
Semakin dewasa kebahagiaan seseorang juga semakin susah didapatkan. Selain karena kebutuhan hidup yang semakin bertambah, lifestyle seseorang juga akan berubah. Hal yang paling bahagia adalah saat tidak ada perasaan iri terhadap orang lain. Sempat menyadari bahwa kebahagiaan itu relatif yang bisa dicapai dengan berbagai cara. Setiap orang pasti memiliki standar kebahagiaannya sendiri. Contohnya ada seseorang yang memiliki kesenangan dengan berkesenian, ada juga seseorang yang memiliki kesenangan berbelanja untuk memenuhi hasrat kehidupannya. Saya mulai berpikir semua kebahagiaan tergantung kebersyukuran tiap orang.
Pada fase ini idealisme saya semakin berkurang. Kadang merasa ingin keluar atau malah menetap di zona nyaman. Kegelisahan mulai muncul hingga akhirnya kata hati yang berbicara. Mau dibawa kemana dan jadi seperti apa hidup ini? Akhirnya saya berkata “Ah, sudahlah pikirkan nanti saja.”. Rangkaian rencana yang dulu sudah dibuat akhirnya mulai dipertimbangkan. Mulai harus tegas memilih jalan hidup,tapi justru malah kebingungan yang muncul.
Kegelisahan yang paling klimaks pada fase ini adalah ketika kita berbicara tentang masa depan. Seseorang yang saya tanyakan rata – rata masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jujur saja saya juga masih bingung mau jadi seperti apa kedepannya. Jurusan kuliah yang jauh dari passion membuat saya terus mencari potensi diri. Ya, dewasa muda yang saya rasakan adalah fase dimana kita akan sering bergonta – ganti kegiatan hingga menemukan kecocokan dalam diri. Implementasinya seperti mencari jodoh, tak jarang seseorang yang tidak menyukai sesuatu akan lari dan mencari apa yang mereka sukai. Tapi tak apalah jalan hidup tak sesuai rencana, memiliki ketertarikan di lain disiplin ilmu membuat kita merasa mempunyai nilai plus. Toh, kata orang tidak ada yang sia – sia di dunia ini. Sekarang saya mulai pusing menulis ini semua. Mulai timbul pertanyaan yang tidak bisa dijawab dari pikiran saya, mulai dari “Besok mau jadi apa ya?”, “Mau menikah umur berapa ya?”, “Besok mau memilih untuk tinggal dimana ya?” dan lain sebagainya. Dalam hati mulai berkata “Capek juga ya menjadi orang dewasa, harus terus berpikiran positif agar diri ini tidak stress.” Mungkin kata orang saya sedang mencari jati diri yang termasuk dalam fase dewasa muda.
Sampai di penghujung tulisan ini saya mulai menyesal pernah menulis ini. Berbicara masa depan dan kegelisahannya memang tidak akan pernah ada ujungnya. Sekarang saya sadar bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada masa depan seseorang. Buat apa dipikirkan? Toh, jalan hidup, pengalaman hidup seseorang akan berbeda karena sudah digariskan dan tetap menjadi rahasia dari yang kuasa. Dosen saya pernah berkata “Nikmati saja prosesnya, proses yang akan mendewasakan kita.” Disisi lain, saya bersyukur pernah menulis tulisan ini, sehingga membuat saya berhenti mencari.