Mengapa Ada Grup Musik yang Market Terbesarnya di Indonesia?
Dalam submisi column ini, Andi Muhammad Ihsan menyoroti dan mempertanyakan fenomena grup musik yang “cuma laku” di Indonesia. Disadari atau tidak, jawaban dari fenomena ini berada di sebuah tempat, yakni industri musik Indonesia sendiri.
Words by Whiteboard Journal
Indonesia adalah salah satu pasar musik terbesar di Asia Tenggara, baik dari segi profitabilitas, popularitas, dan juga selera pasar yang beragam. Pernyataan tersebut diamini oleh Managing Director Spotify Sunita Kaur, kepada ANTARA News ia mengatakan bahwa, “Indonesia adalah pasar dengan pertumbuhan tercepat di Asia yang juga merupakan pasar terbesar kedua kami setelah Filipina, dan hanya soal waktu Indonesia akan menduduki peringkat pertama.”
Keragaman selera musik penduduk Indonesia membuat berbagai macam genre punya zamannya tersendiri, seperti rock dan metal di era 90-an, pop dan melayu di era 2000-an, dan K-Pop, folk, hingga elektronik yang belakangan mendominasi. Musisi-musisi dari luar pun berlomba meraih perhatian audiens di Indonesia, karena mereka tahu bagaimana masifnya antusiasme penikmat musik disini.
Fenomena ini dapat kita lihat di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube. Beberapa grup musik melakukan kampanye dengan pola yang berbeda-beda, ada yang membuat variety show berbahasa Indonesia, ada yang mencoba membuat lagunya menjadi versi Indonesia, sampai-sampai ada yang membuat reaction video bagaimana penonton Indonesia mendengar lagu mereka.
Sebenarnya hal tersebut lumrah saja dan tidak masalah, asalkan mereka membuat itu dengan pendekatan yang baik dan menyenangkan. Pasalnya, ada beberapa grup musik yang kelihatan memaksa dan terlalu meng-Indonesia-kan diri mereka di dalam konten tersebut. Hal ini membuat saya pribadi kurang respect dan berpikir kalau mereka hanya mengambil celah dan memanfaatkan pasar musik di Indonesia. Sangat disayangkan, menurut saya pribadi.
Berdasarkan data, ada beberapa grup musik yang pasar terbesarnya memang di Indonesia. Sebagai contoh, Neck Deep, band pop-punk asal Inggris yang belakangan ini cukup populer di media sosial berkat tembang hitsnya “December” dan “Wish You Were Here”. Awalnya saya mengira Neck Deep adalah band seangkatan Blink-182 dan Green Day, karena saya tidak asing mendengar nama mereka ketika berselancar di internet. Ternyata, mereka baru dibentuk satu dekade yang lalu, tepatnya pada tahun 2012. Perkembangan yang cukup cepat dan signifikan untuk band yang tergolong masih ‘baru’.
Satu hal menarik yang menjadi perhatian saya adalah ketika tahu bahwa Neck Deep, sudah pernah melakukan tur ke Indonesia, dan pada waktu dekat akan melawat ke tiga kota di Indonesia, diawali dengan Soundrenaline pada November 2022. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa mereka menyadari antusiasme dan apresiasi terbesar terhadap musik mereka salah satunya berasal dari Indonesia.
Kemudian, grup musik selanjutnya adalah FUR. Band asal Inggris ini juga akrab di telinga penikmat musik di Indonesia. Sudah melakukan beberapa kali gig ke Indonesia, dan juga pernah berkolaborasi dengan penyanyi dari Indonesia, Vira Talisa, di mana mereka pada saat itu menkover lagu “Walking Back Home”. Baru-baru ini mereka baru saja kembali ke Jakarta setelah terakhir bertandang tiga tahun yang lalu. FUR mengatakan dalam interview mereka dengan Jakarta Konser, bahwa Indonesia adalah “our second home” dan mereka selalu merasa senang berkunjung ke Indonesia. Itu menjadi sinyal bahwa hubungan mutualisme antara FUR dan pendengarnya di sini semakin awet dan harmonis.
Belum lengkap rasanya membahas grup musik luar negeri yang “big market”-nya berasal dari Indonesia, kalau belum menyebutkan idol group K-Pop. Kemunculan mereka menurut saya adalah yang paling bertahan lama di pasar musik Indonesia. Dari generasi pertama, Super Junior, Girls Generation, dan BIGBANG, yang pernah berjaya satu dekade lalu hingga kini sudah memasuki generasi keempat. Indonesia tetap menjadi salah satu perhatian terbesar mereka.
Histeria para penikmat musik mereka yang mayoritas dari kalangan perempuan, adalah faktor utama mengapa mereka belum habis termakan perubahan zaman. Seperti dilansir Aseanpost.com, gelombang ini menyerbu Indonesia dan dengan cepat meraih audiens yang besar di negara ASEAN, terutama Indonesia. Setelah Rain sukses melakukan konser di Indonesia 2005 silam, banyak bintang Korea mengikuti dan mengadakan konser mereka di Indonesia juga.
Melihat bagaimana masyarakat Indonesia gandrung terhadap hiburan Korea, perusahaan hiburan terbesar Korea Selatan, SM Entertainment mengadakan konser SM Town Live World Tour III di Indonesia pada 2012 dan membawa semua idol mereka di belakangnya. Konser tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari 50 ribu penggemar dan menjadi konser K-Pop pertama dan terbesar yang pernah diadakan di Indonesia.
Beragam fenomena kecenderungan para pelaku musik mondar-mandir memasarkan karyanya di Indonesia, sedikit banyaknya, mungkin, merefleksikan bahwa industri musik dan selera pasar masyarakat di Indonesia semakin dewasa dan terus meningkat setiap tahunnya.