Kapan Api Lekas Padam?
Sajak yang mempertanyakan realita kehidupan yang tidak sebanding dengan kondisi disekelilingnya.
Words by Whiteboard Journal
Selama ini
Cerita tentang kesejahteraan adalah nikmat
Entah wujudnya, kami selalu tersenyum
Sejenak mendung, aku ingin bertanya
Bagaimana agar selamanya kenyang?
Apakah mampu mengisi perut kami yang kembung?
Aku berangkat hari itu, menjelang siang dengan becak hitam jagoanku
Kapan teh basi ini berubah menjadi segar?
Apakah pemimpinku mampu menyulapnya?
Ah, aku terlalu sering tertidur di siang hari, rezekiku mengapung
Searah ketika aku terlelap menunggu penumpang di pangkalan becak Pasar Sore
Di mana aku akan mendapatkan nasi?
Apakah demokrasi adalah salah satu kunci?
Aku terbangun, ibu tua itu membangunkanku
Dua plastik jagung, dan setitik rezeki untukku dan becakku
Lantas siapa yang pernah bertanya
Mana pak kebahagiaan kami?
Atau justru diam
Menolak turut, demi api lekas padam
Bagaimana jika negara dibagi dua?
Satu untuk kenyataan
Satu untuk cerita
Bagaimana jika mengambil titik tengah dianggap solusi?
Mereka tidak menambah berat karung rambutku, ujar tukang cukur
Becakku tidak bertambah cepat
Sarungku tetap saja tidak tertambal
Lalu orang di belakang berteriak dengan lantang
Nasiku tidak bertambah, hanya dengan kertas dan angka satu atau dua
Sementara mereka hanya terkekeh-kekeh
Selamat akhir pekan, Pak kaya
*Panggul, 3 Januari 2019