Jika Kasih Sayang Bercinta dengan Rasa Bersalah, Akulah Anaknya
Pada submisi column kali ini, Bivan Andresha menuliskan pengalamannya dalam menyayangi dan memaafkan diri sendiri sebelum orang lain.
Words by Whiteboard Journal
Memohon maaf adalah makanan ku sehari-hari. Merasa bersalah atas hal-hal yang tidak aku perbuat adalah hal buruk yang ada di dalam diriku. Perlu diketahui bahwa semua hal yang ada di dalam diriku adalah aku di masa lampau. Aku di paksa dewasa lebih dini di usiaku yang belum bisa menghitung, aku disalahkan jika ada piring yang pecah, aku disalahkan jika seekor kucing penghuni ruang tamuku belum makan, aku disalahkan dan dipaksa bersalah berkali-kali. Perasaan bersalah akan selalu ada di kedua pundakku.
Kejadian-kejadian yang membebaniku itu sangat mempengaruhi diriku yang sekarang, aku terbentuk dari jutaan kesalahan. Aku merasa apapun masalah orang yang aku sayang adalah salahku. Aku tumbuh dengan ketakutan berlebih atas kehilangan dan berbuat salah, aku takut kehilangan orang -orang yang aku sayang, aku takut kehilangan semua memori yang pernah ada. Walau tidak lagi bersama, aku mengecam perombakan Taman Ismail Marzuki pada 2020 lalu karena satu nama. Walau tak lagi berbicara, aku tetap pergi ke Blok M untuk hanya mendapatkan sekeping rasa.
Hidupku dikelilingi oleh orang-orang baik dan menyayangiku seperti aku menyayangi mereka. Seorang cinta pertama yang memberiku banyak pelajaran tentang kesabaran, seorang mantan kekasih yang selalu mengirimkanku surat setiap minggu, seorang anak berkebutuhan khusus dan kata-kata magisnya yang sejujurnya aku tidak pernah mengerti apa maknanya, seekor kucing yang ditinggal mati majikannya dan selalu bertamu di kamarku melalui balkon dan selalu menghilangkan silet-siletku, seorang waria yang memberiku nasihat tentang kerasnya hidup di Jakarta, dua orang teman SMP yang satu tahun sekali bertemu untuk bertukar cerita di depan ruko tutup sembari melihat pembangunan yang tidak kunjung usai pada malam hari di Cibubur, keluargaku yang selalu menekanku untuk bisa berdiri di kaki sendiri dan masih banyak lagi orang-orang yang baik terhadapku yang tidak akan pernah terlupakan olehku.
Menurutku rasa tidak akan pernah berubah walaupun di hujani oleh kekecewaan, kesalahan dan termakan oleh waktu. Aku rasa kata-kata seperti “aku sayang kamu” atau “aku cinta kamu” tidak akan pernah keluar dari mulutku jika tidak benar-benar jujur. Aku menyayangi semua orang yang pernah ada dihidupku, tetapi di satu sisi aku merasa sangat bersalah mereka harus bertemu dengan seorang pria yang mengutuk dan menyalahkan dirinya sendiri setiap saat. Seseorang yang aku kasihi pernah memohonku untuk tidak minta maaf terus dalam lagu yang dia ciptakan. Ah andai dunia tahu aku juga tidak pernah menginginkan itu. Jika seseorang muak terhadapku maka ketahuilah bahwa aku juga muak terhadap diriku sendiri jauh sebelum kalian. Beberapa kali aku meninggalkan orang yang aku sayang hanya karena aku tidak ingin lagi melihatnya tersakiti olehku. Jika aku melukai seseorang dengan satu goresan pensil yang baru saja di raut maka aku bisa melukai diriku dengan ratusan goresan beling di tubuhku. Rasa sayang dan cinta tidak akan pernah berubah walaupun aku pergi. Jika aku pergi tanpa alasan maka ketahuilah aku mencoba menyelamatkan orang-orang yang aku sayang, kebahagiaan hidup mereka sekarang adalah alasanku.
Untuk menjadi orang yang sakit, aku selalu merasa bersalah dan sangat takut untuk mengenal orang. Aku takut berbicara tentang diriku, karena aku tahu mereka akan melihatku sebagai domba yang tersesat di tengah perkotaan yang dihuni oleh orang-orang cepat. Aku sangat takut untuk berbicara apa yang aku rasakan karena akupun sering kewalahan memahami perasaanku sendiri. Seorang terapis yang aku bayar ratusan ribu rupiah pun tidak kuat untuk berbicara denganku dan menyudahi pembicaraan dengan cepat dan langsung memberiku resep obat yang harus aku tebus, aku merasa bersalah. Aku merasa aku tidak akan pernah pantas untuk orang-orang yang aku sayang, untuk mama, papa, adik, kakak, dan kekasih. Aku tidak pernah merasa menjadi prioritas siapapun dan mungkin perasaanku ini sangat egois tapi disatu sisi aku merasa tidak akan pernah cukup untuk siapapun. Bahkan jika nanti aku tidak punya siapa-siapa aku siap untuk sologami. Satu-satunya yang akan tersakiti hanyalah diriku.
Terkadang aku merasa kewalahan dengan cara bertahan hidupku yang sangat lambat, perasaan yang tidak masuk akal, rasa sayang yang selalu berdampingan dengan rasa bersalah. Jika aku bisa menebus kesalahanku dengan cara apapun pasti akan ku lakukan. Terkadang orang tidak memahami rasa sayangku terhadap mereka tetapi menurutku tidak ada yang harus disalahkan selain diriku. Aku hanyalah orang aneh yang menyayangi orang-orang yang ada di sekitarku atau masa laluku. Aku selalu menyimpan barang atau surat yang di buat khusus untukku, aku selalu percaya memori akan selalu tersimpan di barang atau surat tersebut dan tidak akan pernah tergantikan. Jika aku tua nanti aku tidak akan pernah takut mati atau tidak memiliki uang tetapi aku takut untuk mempunyai penyakit Alzheimer karena satu-satunya yang ingin aku bawa mati adalah memori-memori baik yang aku buat bersama orang-orang yang aku kasihi.
Aku berusaha menjadi versi terbaik dari apa yang diriku bisa, aku selalu berusaha melukis senyuman di wajah orang lain, aku berusaha untuk menjadi hebat dan kuat tetapi semua itu bodoh dan egois karena aku hanyalah orang gila yang selalu menekan dirinya sendiri agar tidak berbuat salah. Aku selalu mentolerir perasaanku sendiri hanya untuk terlihat baik-baik saja. Hari-hariku terasa seperti tenggelam di tengah lautan dan tidak ditolong oleh siapapun, tetapi aku sadar bahwa aku tidak pantas untuk ditolong dan lebih pantas mendapatkan teriakan-teriakan seperti “kenapa gak belajar berenang sih?”. Aku terlalu sering menyakiti hati orang lain dan diri sendiri. Aku selalu menempatkan orang lain di atas diriku sendiri. Aku tahu mungkin itu sedikit keliru tetapi aku melakukan itu karena aku selalu salah dan ingin menebusnya. Aku selalu menyalahi diriku sendiri atas air mata yang menetes dari orang yang aku kasihi.
Barangkali saat ini aku harus mencoba mengetahui diriku sendiri dan menerimanya. Aku akan menerima masa laluku dan bergerak lebih cepat dari sebelumnya untuk bertahan hidup, aku akan selalu berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dan diri sendiri, aku akan berusaha untuk tidak selalu merasa bersalah, aku akan berusaha untuk menerima semua sisi yang ada di dalam tubuhku, aku akan berusaha untuk melepaskan perasaan-perasaanku yang tidak masuk akal ke angkasa dan membiarkannya pergi dengan perlahan, dan terkadang aku harus menjadi jendela yang dapat melihat semuanya tanpa menyentuh dan merasakannya. Aku harus mengurangi rasa bersalahku terhadap semua hal yang bukan ulahku.
Namun semuanya tidak semudah mengatur desain di Canva, aku akan berusaha sampai namaku terakhir kali disebut di dunia ini. Perlu di ketahui akupun tak mau seperti ini, aku berusaha untuk sembuh dari semua ini walaupun yang aku inginkan adalah kesehatan bukan kesembuhan. Aku akan tetap sayang terhadap orang-orang yang pernah ada untukku walaupun tetap dihantui oleh rasa bersalah. Jikalau tulisan ini tidak jelas untuk sebagian orang, sejujurnya itulah gambaran diriku. Tetapi aku akan selalu berusaha.
Aku akan mencari kebahagiaan-kebahagiaan yang aku inginkan selama ini. Aku akan tetap menonton kura-kura memakan semangkuk stroberi, aku akan tetap mengulang episode favoritku dari “Peanuts”, aku akan tetap memakan keju-keju favoritku, aku akan tetap mendengar “No Surprises” dari Radiohead sampai habis usiaku. Aku berusaha untuk bahagia walau dengan rasa bersalah yang begitu banyak.
Andai aku diberi kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang yang pernah ada aku hanya ingin berkata bahwa aku sayang kalian dan tidak akan pernah berubah. Aku juga ingin berterimakasih atas hal-hal yang kalian tinggalkan tumbuh bersamaku. Aku banyak salahnya, aku banyak keliru. Aku sayang kalian dan aku minta maaf.