Christian Hadinata Bercerita Tentang Asian Games, Hingga Nasib Bulu Tangkis Kita
Christian Hadinata membahas pengalaman bermain bulu tangkis ganda hingga menjadi juara Piala Thomas saat kerusuhan 1998.
Words by Emma Primastiwi
Foto: Ardi Widja
Akhir-akhir ini, khalayak tengah digemparkan akan berbagai macam prestasi olahraga yang telah ditorehkan para atlet tercinta dalam perhelatan Asian Games, salah satunya pada cabang bulu tangkis. Lewat Jonatan Christie, Kevin Sanjaya, Marcus Gideon, dan kawan-kawan, para atlet Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia layak untuk mengemban posisi 5 besar dalam klasemen perolehan medali sementara. Dibalik prestasi gemilang itu, terdapat berbagai pihak yang berjasa dalam mengupayakan hal tersebut, salah satunya adalah Christian Hadinata. Memiliki nama lahir Thjie Beng Goat, ia merupakan seorang figur ternama dalam ranah olahraga bulu tangkis yang berjaya di era 1970 hingga 1980-an. Mulai dari kejuaraan SEA Games hingga kejuaraan dunia, Christian Hadinata telah menorehkan berbagai prestasi. Ia juga telah menunjukkan berbagai kontribusinya dengan mengkader para atlet hingga meraih prestasi, bahkan pada masa kerusuhan tahun 1998.
Bapak sempat mencoba berbagai macam tipe olahraga. Apa yang membuat bapak memilih untuk fokus dengan bulu tangkis?
Menurut saya, bulu tangkis merupakan salah satu cabang yang dapat bersaing di dunia internasional. Jadi, saya terinspirasi dari para senior saya, seperti Bapak Tan Joe Hok, Bapak Ferry Sonneville, dan kawan-kawannya yang merupakan putra-putra Indonesia pertama yang meletakkan prestasi dunia di bulu tangkis. Bapak Tan Joe Hok adalah putra pertama Indonesia yang menjuarai kejuaraan All England. Beliau dan teman-temannya pertama kali merebut piala Thomas. Hal tersebutlah yang dapat memotivasi dan menginspirasi saya untuk berkecimpung di bulu tangkis ini.
Saya tidak ingin menjadi pihak yang menuntut dan lebih menyesuaikan selera para partner saya.
Bapak banyak bermain di level ganda dengan pasangan yang cukup sering berubah. Bagaimana menyesuaikan diri dengan pasangan yang ada?
Rumusnya sederhana, yakni saya biasanya menyesuaikan dengan partner saya. Saya pernah berpasangan dengan Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Ade Chandra, almarhum Hadibowo Susanto dan banyak lagi yang lain. Sebelum bertanding atau sebelum masuk lapangan, saya selalu menanyakan apa keinginan mereka, ingin bermain seperti apa, dan apa yang membuat mereka nyaman dalam bermain, agar saya yang mengikuti dan menyesuaikan. Saya tidak ingin menjadi pihak yang menuntut dan lebih menyesuaikan selera para partner saya.
Apabila seorang atlet bulu tangkis itu meraih prestasi yang hebat seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, kejuaraan Dunia Piala Thomas, dan sebagainya, mereka sudah dapat dikategorikan miliarder
Bagaimana kondisi olahraga bulu tangkis saat itu jika dibandingkan dengan sekarang?
Perbedaan yang paling mencolok tentunya terletak pada materi ataupun hadiah yang diperoleh para atlet. Ibaratnya langit dan bumi. Dahulu,zaman saya bermain, belum terdapat fresh money dan kontrak. Selain itu saat zaman saya ada banyak sponsor, tetapi lebih memfokuskan kepada peralatan, sepatu, kaos dan belum menyentuh materi. Ada pula bonus, tetapi hanya bersumber dari individu-individu yang bersimpati – berbeda sekali dengan sekarang. Dapat dikatakan apabila seorang atlet bulu tangkis itu meraih prestasi yang hebat seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, kejuaraan Dunia Piala Thomas, dan sebagainya, mereka sudah dapat dikategorikan miliarder. Sementara itu, dahulu terdapat cap bahwa menjadi atlet bulu tangkis masa depannya tidak terjamin – dan hal tersebut sangatlah berbeda dengan sekarang.
Apa yang mendorong Bapak untuk melanjutkan karir sebagai pelatih setelah mencapai prestasi tinggi sebagai atlet?
Keinginan dan motivasilah yang membuat saya memantapkan diri untuk melestarikan tradisi bulu tangkis. Tradisi prestasi bulu tangkis itu ibaratnya seperti pertandingan atletik di nomor estafet 4×100. Terdapat pelari pertama, pelari kedua, dan seterusnya, dan generasi muda sekarang itu dapat dikatakan sebagai pelari keempat. Tugas dari pelari keempat ini adalah mempertahankan tradisi bulu tangkis yang sudah bagus.
Saya termotivasi karena bulu tangkis ini bukanlah untuk diri saya sendiri, melainkan harus ditularkan. Tongkat estafet prestasi tersebut harus diberikan kepada generasi berikutnya, agar tradisi yang sudah bagus tetap berjalan.
Saat melatih, apakah ada karakter khusus yang membedakan calon pemain kelas dunia dengan pemain yang biasa saja?
Pastinya terdapat karakter khusus yang membedakan calon pemain kelas dunia dengan pemain yang biasa saja. Pemain yang sudah kelas dunia tentunya sudah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya tanpa disuruh-suruh ataupun dipaksa. Atlet seperti itu akan jauh lebih mudah dilatih ketimbang atlet yang setiap saat harus diingatkan untuk semangat dan fokus. Hal yang membedakan adalah motivasi dan intensi di dalam diri atletnya masing-masing. Hal tersebut yang kadang-kadang membuat prosesnya lebih lama daripada atlet yang dapat memotivasi dirinya sendiri untuk meraih prestasi dunia.
Atlet juga tidak akan termotivasi kalau pelatihnya juga membuat suatu pola pikir yang mengurangi motivasi.
Bapak pernah mengatakan bahwa atlet yang kalah saat kompetisi perlu diberikan sanksi. Mengapa bapak berpikir demikian?
Betul, saya merasa reward dan punishment dapat berguna untuk memicu dan memotivasi para atlet agar menjadi lebih baik. Kalau atlet terus-terusan gagal, prestasi secara statistik akan menjadi tidak bagus. Para pelatih biasanya memprogramkan atlet. Misalnya, atlet ini dikirim ke 10 turnamen. Hal ini jangan dilakukan, setidaknya dari 10 kesempatan, mungkin yang dimaksimalkan 6 sampai 7 turnamen, dan sisanya digunakan untuk latihan agar prestasinya pada saat dikirim menjadi lebih baik.
Contoh kedua adalah apabila atlet pada level tertentu tidak berhasil, misalnya Indonesia Premiere yang levelnya paling tinggi, pelatih harus keras dan berani untuk menurunkan grade nya. Kalau bisa, sang atlet jangan dipertandingkan dulu di Indonesia Premiere dikarenakan belum waktunya. Para atlet dioper ke level yang lebih rendah, dan apabila di level bawahnya ia bisa juara sebanyak tiga atau empat kali, sang pelatih dapat menaikkannya lagi, sehingga atlet tidak harus selalu dalam zona nyaman. Atlet juga tidak akan termotivasi kalau pelatihnya juga membuat suatu pola pikir yang mengurangi motivasi. Hal tersebut yang saya maksud reward dan punishment. Apabila bagus nanti diberi reward seperti dikirim ke berbagai turnamen dan dikirim ke level yang lebih tinggi. Harus selalu berimbang reward and punishment-nya.
Bapak telah bermain juga melatih beberapa generasi juara bulu tangkis Indonesia. Siapa yang paling menarik karakternya, atau siapa yang paling jago di antaranya?
Hal unik banyak terjadi dalam sektor ganda. Seringkali atau pada umumnya terdapat 2 karakter atau 2 pribadi yang sangat bertolak belakang. Biasanya, individu yang satu sangat emosional dan pasangannya sangat tenang – membuat mereka dapat saling mengimbangi dan saling mengisi. Individu yang cenderung tenang dapat dikategorikan kurang berapi-api, dan pasangannya yang cenderung emosional ini dapat berguna untuk memberi motivasi.
Sebaliknya, individu yang emosional sekali cenderung tidak dapat mengontrol permainan, dan pasangannya yang tenang dapat berperan untuk mendinginkan. Contohnya adalah Rexy dan Ricky, yang merupakan pasangan ganda dengan karakteristik komplementer. Rexy memiliki kecenderungan emosional, sementara Ricky lebih tenang. Karakter seperti itu biasanya kalau dipadukan dapat menjadi sangat bagus. Apabila dalam pasangan ganda terdapat individu dengan karakter yang sama, terkadang dapat membuat berantakan.
Dunia bulu tangkis Indonesia, sempat sangat berjaya dan melahirkan nama-nama seperti Taufik Hidayat, Liem Swie King, Susi Susanti dan juga bapak sendiri. Menurut Bapak, mengapa status bulu tangkis Indonesia bisa sempat menurun?
Masalah ini muncul karena terdapat kesenjangan antara junior dengan senior. Dalam satu periode kepengurusan, biasanya pengurus mengirimkan para senior dalam ajang-ajang kompetisi agar dinilai berhasil dan peluang meraih juaranya lebih besar. Contohnya adalah Taufik Hidayat, Liem Swie King, dan sebagainya. Hal tersebut membuat para junior terlupakan karena tidak dilibatkan dalam ajang-ajang tersebut – ini membuat jam terbang serta pengalaman mereka tidak sepadan untuk dapat bersaing di level dunia. Pada saat para senior sudah mencapai stagnan prestasi atau malah kecenderungan menurun, para junior kita belum siap – ini yang akhirnya menimbulkan gap.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya kekosongan pada periode tertentu. Untungnya setelah tahun 2000-an, sistem yang berlaku sudah lebih bagus. Sekarang kita sudah familiar dengan Pelatnas Cipayung yang memiliki Utama dan Pratama. Pendelegasian dalam atlet juga sangat seimbang sehingga gap ini diharapkan dapat hilang. Apabila para senior yang berada di kategori Utama sudah selesai masa baktinya, para Pratama yang terdiri dari pra junior sudah siap untuk naik menggantikan dan membuat pola yang bagus.
Banyak atlet yang jatuh setelah pensiunnya. Bagaimana melihat fenomena ini?
Sebetulnya hal tersebut tergantung bagaimana pandai-pandainya seseorang dalam mengatur apapun yang didapat dari apa yang digeluti. Karir sebagai atlet itu tidak selamanya, karena berlakunya pensiun. Selama periode aktif berprestasi, seseorang diharuskan untuk pandai-pandai mengatur dan mengelola apa yang didapat. Opsi untuk menambah ilmu lain diluar olahraga yang digeluti juga berguna bagi kehidupan masa depan setelah pensiun. Pada umumnya, seseorang atlet memang akan terus di bulu tangkis sebagai pelatih. Hal tersebut harus didukung dengan belajar sebagai pelatih dan menambah faktor-faktor keilmuan yang dapat mendukung untuk menjadikan diri pelatih yang baik. Kalaupun tidak menjadi pelatih bulutangkis, cukup banyak mantan-mantan atlet yang berhasil di bidang lain, baik studi dan pekerjaannya.
Walaupun di tanah air sedang kacau balau, kita yang di luar negeri tetap berkeinginan untuk mengibarkan merah putih.
Tahun 1998 Indonesia berhasil menjadi juara yang ketiga kalinya di Piala Thomas, padahal saat itu kita sedang dalam masa reformasi juga kerusuhan besar yang banyak memakan korban dari warga keturunan Tionghoa. Apakah ini mempengaruhi semangat tim saat itu?
Tahun 1998 merupakan tahun keajaiban. Waktu itu, saya melatih ganda putra di Piala Thomas. Kalau boleh pinjam istilah legenda sepak bola Argentina, yakni Maradona, saat piala Thomas di Hong Kong pada tahun 1998 itu dapat dikatakan kita punya tangan Tuhan. Kondisi Indonesia sedang rusuh saat itu. Bayangkan saja seluruh official, baik atlet maupun pelatih, selalu menonton TV yang menayangkan apa yang terjadi di Jakarta seperti tragedi bumi hangus dan lainnya pada saat sarapan. Begitu pertandingan di lapangan, luar biasa dan ajaibnya para pelatih dan atlet-atlet ini pada saat itu tetap fokus dan berkonsentrasi untuk dapat memenangkan pertandingan. Para pelatih, atlet, hingga official dari negara-negara lain sangat heran mengapa Indonesia bisa begitu. Walaupun di tanah air sedang kacau balau, kita yang di luar negeri tetap berkeinginan untuk mengibarkan merah putih. Peristiwa itu sangat luar biasa.
Bagaimana acara olahraga seperti Asian Games yang diselenggarakan di Indonesia ini bisa membantu melestarikan dunia olahraga Indonesia?
Seperti kata bapak Presiden Jokowi – harus sukses persiapan dan harus sukses penyelenggaraan. Tetapi di luar itu semua, yang paling penting bagi atlet dan pelatih adalah sukses prestasi. Ketiga hal ini saling berkaitan dan sangat berpengaruh. Sarana dan prasarana yang baik, persiapan dan latihannya baik, dan prestasi yang baik nantinya akan berdampak kepada olahraga secara umum. Dampak pertama yang saya rasa luar biasa adalah sarana yang direnovasi. Mulai dari jalanan hingga gedung, semuanya sangat luar biasa. Kita berharap itu dapat diimbangi atau ditambah dengan prestasi para atletnya. Target yang ingin dicapai, yakni masuk 10 besar Asia, semoga dapat tercapai. Hal ini akan membawa dampak yang sangat positif bagi dunia olahraga Indonesia
Selain bulu tangkis, olahraga apa yang paling bapak tonton di Asian Games?
Kemungkinan sepak bola karena menurut saya sepak bola merupakan olahraga dunia. Terlebih lagi, kita masih terkena dampak dari Piala Dunia yang baru selesai. Menurut saya, sepakbola mungkin akan menjadi yang paling banyak penontonnya, dikarenakan kapasitas stadionnya yang besar. Terlebih lagi kalau kesebelasan nasional kita yang bermain, hal tersebut akan menjadi sangat luar biasa.