Menyingkap Hal-Hal Di Balik Fenomena Karaoke Night
Membahas tren karaoke night sebagai hiburan alternatif masyarakat ibukota bersama Ryo Wicaksono, Henry Foundation, hingga Aditya Permana.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Wintang Warastri & Stefano W. Abbas
Desain: Tiana Olivia
Lanskap acara malam hari di tempat-tempat hiburan ibukota belakangan ini diramaikan dengan kehadiran berbagai jenis karaoke night. Menyanyikan bersama lagu nostalgia, K-Pop, emo, atau bahkan pilihan trek guilty pleasure tertentu memberikan daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk menyambangi gelaran karaoke night. Sensasi ketika orang-orang menyanyikan lagu-lagu yang biasanya tidak dipasang di bar atau klub menciptakan atmosfer tersendiri. Apa sebenarnya yang menjadi alasan keberhasilan konsep sederhana untuk berkumpul dan bernyanyi ini sampai bisa menjadi pilihan hiburan komunal? Bagaimana karaoke bisa menjadi aktivitas pilihan masyarakat ibukota? Kami membahas hal ini bersama beberapa figur yang ikut mengambil bagian dalam berkembangnya karaoke night dan juga mereka yang menikmati aktivitas tersebut.
Ryo Wicaksono
Penyiar, Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Menurut saya semakin segar. Semakin banyak tempat-tempat yang berani untuk memutarkan lagu-lagu yang bukan ‘itu-itu’ saja.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Kalau soal kenapa menjamur sih efek latah saja menurut saya. Ada tempat yang berhasil bikin acara karaoke full orang-orang sampai mengantre masuknya, di social media juga tersebar fotonya kalau karaokenya meriah, ya sudah tempat-tempat yang lain mulai mengikuti. Soalnya karaoke kan bukan sesuatu yang baru juga di dunia hiburan. Dari zaman dulu juga tempat karaoke sudah ada. Dan karaoke bisa dibilang eksekusinya tidak susah, makanya efek latahnya cepat.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
Simple kok. Karaoke sekarang biasanya digelar di bar, jual alkohol. Di saat kita sudah mencapai gelas ke sekian, biasanya ada perasaan ingin menyanyi atau dengar lagu yang familiar, atau ingin joget dengan lagu yang mood-nya senang. Di situlah karaoke membuat banyak orang kepatil. Apalagi kalau karaoke nyanyinya ramai-ramai, jadi tidak tengsin kalau suara jelek (tertawa).
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Mungkin saja, tadi seperti kalian sebut sebelumnya, dulunya di tempat privat sekarang di bar/club. Sepertinya orang sudah tidak harus karaoke dengan teman-temannya saja atau cuma grup kecil. Sekarang vibe bernyanyi ramai-ramai seperti konser, sepertinya lebih dicari. Tingkat kepercayaan diri pun meningkat, sudah tidak ada yang minder suaranya jelek atau bahkan liar banget pada saat lagu yang di-request diputarkan, seperti konser beneran.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Saya sempet lihat di post Instagram teman, sudah ada acara karaoke di Yogyakarta dan Bali. Saya rasa selain dua kota tadi juga sudah ada. Masalah bertahan lama atau tidak, balik lagi ke penyelenggaranya. Kalau konsepnya keren, konsisten, dan berkarakter, saya rasa bisa bertahan lama.
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Nyanyi ramai-ramai lagu zaman sekolah, atau lagu-lagu yang tidak perlu lihat liriknya juga hafal, ditambah alkohol adalah kombinasi baik untuk acara karaoke. Pasti meriah. Menurut saya yang dicari adalah vibe-nya. Toh lagu-lagu yang diputar juga ada di Spotify atau iTunes kan. Cuma vibe-nya itu yang tidak bisa didapat kalau tidak datang ke acara karaoke.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Kalau yang nge-host teman, atau orang yang saya tahu bakal ngehe pilihan lagu-lagunya. Bosen kali nyanyi Oasis – “Wonderwall” melulu.
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Harus punya karakter! Membuat acara karaoke itu gampang, tinggal siapkan layar, proyektor, buka Spotify atau streaming musik apapun lah, install app lirik lagu, siapkan microphone. Sudah beres, semua bisa buat. Makanya harus punya karakter. Kalau diperhatikan acara seperti Videostarr, Diskoria dengan Suara Disko-nya itu mereka berkarakter banget.
Videostarr hadir dengan audio visualnya, jadi bisa nostalgia bareng video clip-nya juga. Suara Disko itu bukan acara karaoke, mereka party. Karena lagu-lagunya full Indonesia semua, dan orang-orang hafal makanya serasa seperti karaoke. Duck Down Bar dan Duck Down Pizza Party juga punya karakter sendiri, yaitu di host-nya. Lagu-lagunya dibebaskan ke host yang sudah terkurasi. Sebagai contoh waktu itu pernah Alipjon menjadi host di Duck Down Bar, dia putar lagu “Maju Tak Gentar”. Suasana heboh dan meriah sekali. Pecah lah. Tempat mana lagi coba yang karaoke lagunya “Maju Tak Gentar”. Itu karakternya Duck Down. Jadi sah-sah saja kalau mau bikin acara karaoke, asal punya karakter. Jangan cuma asal ikut karena latah doang.
Merdi Simanjuntak
Diskoria, Event Consultant Potato Head
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Menurut saya makin ke sini semakin variatif. Tren yang muncul bisa seakan-akan ‘mendobrak’ stigma musik klub atau skena dance music. Salah satunya adalah dengan fenomena menjamurnya karaoke night di bar sampai ke klub, sesuatu yang dulu mungkin kita pikir tidak akan pernah bisa disatukan.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Karena pada dasarnya orang Indonesia itu senangnya beramai-ramai, misalnya berantem sukanya tawuran (tertawa). Maksudnya ya gampang saja berkembangnya karena itu tadi, orang kita senang kumpul-kumpul. Kalau dilihat walaupun latar belakang musik dan kegemaran berbeda, rata-rata hampir semua orang kalau ada acara kumpul khusus misalnya reunian begitu biasanya kumpul di karaoke, jadi ketika format ini dibawa ke ruang yang lebih umum, secara konsep sudah langsung bisa diterima. Cuma paling awalnya saja ada yang bingung atau gengsi. Begitu vibe-nya sudah seru sih akhirnya semua orang jadi have fun saja.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
Menurut saya ada faktor waktu juga, di saat orang sudah mulai jenuh dengan tren musik sebelumnya seperti EDM dan mereka mulai menengok ke opsi yang lain, format karaoke ini jadi bisa langsung ‘kena’.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Menurut saya kalau mau bicara eksklusif di era sekarang ini sih susah ya, karena orang sudah bisa mengakses segala macam musik, jadi ya mereka sudah punya selera yang beragam, tidak lagi terpatok ke satu-dua genre saja. Selain itu seperti yang saya bilang tadi, mau anak hip hop, anak metal, anak indies, semua juga ketika ada acara reuni sekolah atau kampus pasti akan kumpul-kumpul karaoke menyanyikan lagu guilty pleasure. Jadinya ketika nightlife scene sedang mencari opsi untuk mengisi trennya, fenomena karaoke ini langsung bisa mudah diterima oleh crowd-nya. Mad respect untuk para pelaku skena yang tidak terpengaruh fenomena tren dan tetap sejati mengusung musik yang dicintainya.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Tren ini akan muncul di kota-kota besar di Indonesia, Bali mungkin tidak akan semasif itu responnya karena di sana masih banyak crowd asingnya, mereka tipenya kalau mau karaoke ya akan ke karaoke, jadi pasti tidak akan kena. Tapi kalau di kota-kota lain mungkin bisa besar dan bisa jadi opsi lain dari dangdutan atau live band seperti itu.
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Menurut saya sih sama seperti ketika mereka pergi ke karaoke, bernyanyi dan having fun bareng teman-temannya. Karena pulang dari acara karaoke ada euforia yang biasanya terbawa sampai pulang.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Kalau saya biasanya karena DJ atau penyelenggaranya teman saya saja sih, kalau diajak dan kebetulan saya sedang bisa jadi saya datang. Tapi kalau sendiri saya biasanya tidak datang ke acara karaoke sih.
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Ya sebisa mungkin melakukan apa yang kita suka dulu saja sih, dan mengerjakannya serius. Siapa tahu malah bisa jadi tren baru, daripada hanya ikut tren yang sudah ada. Sama lihat-lihat peluang juga, karena musik itu kan luas sekali jenisnya, mulai eksplor satu-satu juga akan genre musik yang sebelumnya kita tidak pernah tahu. Coba mendengarkan dulu.
Astari Halim
Videostarr Selector
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Menurut saya setiap bar ataupun klub itu mempunyai arahan musik yang berbeda-beda, sesuai dengan target market mereka. Akan tetapi, di beberapa bar atau klub mempunyai tema lagu yang fresh dan mulai berani untuk memainkan lagu-lagu yang orang-orang tidak menyangka mereka mainkan.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Budaya karaoke itu sudah menjadi hobi dari masyarakat Jakarta. Dengan kebanyakan sekarang acara-acara di klub maupun bar di Jakarta adalah karaoke night, walaupun kadang-kadang saya suka lihat yang masih agak malu-malu untuk bernyanyi.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
That feeling memegang mic sambil nyanyi sepuasnya itu satisfying dan one-stop happiness. Apalagi kalau bersama teman-teman itu seru sekali, terus bisa bernyanyi sambil teriak-teriak juga.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Benar! karena sudah jadi acara party yang acaranya didistribusikan di media sosial dan juga diantara obrolan orang-orang. Apalagi nanti di venue-nya bertemu dengan orang-orang yang ternyata suka juga dengan lagu-lagu yang dimainkan selector pada malam itu.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Sejujurnya di Bali sudah mulai ada acara-acara karaoke seperti ini. Konsep karaoke party ini cukup diminati masyarakat dan pastinya akan merambat ke kota-kota lain. Mungkin untuk sementara di Jakarta masih akan bertahan lama sih karaoke party ini, karena orang-orang masih tetap datang.
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Iya nostalgic ataupun guilty pleasure sih. Yang orang tidak menyangka, “Wah dimainkan nih lagu ini ya,” terus secara tidak sadar bernyanyi dan kadang bisa stuck berhari-hari. Dan gimmick atau cara event planner-nya menyajikan di acara tersebut. Misalnya seperti Videostarr yang menampilkan video-video lagu yang sedang dimainkan, banyak yang joget terus bernyanyi, tapi ada juga yang menonton.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Biasanya acara karaoke party itu bertema, jadi tergantung temanya apa pada hari itu. Kalau memang yang saya minati temanya saya mau datang. Kadang-kadang venue-nya juga membuat gimmick seperti misalnya minuman-minumannya dibuat sesuai tema dengan acaranya, jadi membuat ingin mencoba.
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Sebenarnya dari segi pilihan-pilihan lagunya maupun branding-nya mereka. Seperti Videostarr arahannya memang lagu-lagu guilty pleasure, dari pop kebanyakan (90-an dan 2000-an) sampai pop dangdut. Mungkin juga seperti guest star yang tidak disangka menjadi selector di acara tersebut. Sebenarnya memang jadinya agak bersegmentasi, tapi itu yang kadang membuat masyarakat penasaran dengan acara-acara yang diadakan.
Aditya Permana
Dekadenz, Music Director Syah Establishments
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Dunia malam Jakarta sudah berumur cukup tua, mungkin dari pengalaman saya sudah ada 30 tahunan (pastinya ada yang mengalami lebih lama lagi). Dan siklus perubahan tren tempat yang sedang digemari dari cafe, ke bar, ke klub, ke superclub, balik lagi ke kafe/bar, dan terus berputar. Pemilik usaha beradu konsep dalam bentuk tempat dan pilihan hiburan sesuai era, referensi dan target pasar yang dituju.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Konsep yang mudah dicerna dan instan memuaskan keinginan seperti memasukkan judul lagu atau artis ke kolom “search” di Google & Spotify. Dulu pasar yang suka gaya hiburan ini pergi ke tempat karaoke-an atau nonton band cafe yang kini disebut band top 40, sekarang formula ini udah dikombo segala. Saya rasa ini sudah ada dari zaman dulu tapi sekarang hadir lagi dalam bentuk dan kemasan baru. Ini memang era dimana orang terbiasa dengan kemudahan dan banyak warga Jakarta menyenangi hiburan seperti ini.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
Seperti penjelasan saya di pertanyaan sebelumnya hiburan mudah dan instan.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Kegiatan karaoke di ruang privat masih berjalan saya rasa sampai sekarang. Pendekatan ‘sing a long’ di dunia klub Jakarta juga sudah ada dari dulu, malah merupakan syarat untuk para DJ harus memainkan lagu yang dikenal selain lagu-lagu yang tidak terkenal. Market karaoke klub menginginkan musik yang termudah untuk diakses terutama di peak hour. Orang hanya mau mendengarkan lagu hits. Tidak hanya joget tapi orang-orang berebutan microphone untuk bisa bernyanyi untuk satu tempat.
Market umum makin umum seleranya, klub komersil harus siap memainkan lagu non klub di antara lagu klub. Di beberapa tempat/acara malah lagu tidak di-mix tidak masalah yang penting liriknya dikenal. Dari zaman dulu lagu pop ada versi radio dan ada versi club remix-nya yang bisa dimainkan di klub, tapi market karaoke menginginkan yang lebih mudah diakses. Bentuk remix tidak selalu mudah untuk dinyanyikan.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Saya rasa era memang sudah berubah. Kalau orang sudah dikenalkan satu cara baru yang mudah dan kilat dan dia puas dengan cara itu maka dia akan terus pakai cara itu. Tapi tren selalu berputar mungkin nanti ada bentuk musik populer baru tapi bentuk musiknya bukan musik pop jadi tidak bisa dinyanyikan? (Tertawa).
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Dalam konteks musik pop rasa senang dan sedih disampaikan dengan langsung dan jelas. Orang ingin merasakan rasa-rasa itu sambil joget tapi ujungnya ingin senang ya, mungkin tidak terlalu lama sedihnya.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Jujur saya jarang datang atau tinggal lama di acara karaoke (tertawa). Mungkin datang untuk tahu tren masa kini saja?
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Adu membuat flyers dan wordings keren. Adu panggil bintang tamu. Tidak mungkin ya kalau konsep karaoke lagu-lagu yang tidak populer? Karaoke khusus lagu-lagu side B? Karaoke lagu-lagu hits underground? Anti pop karaoke karaoke klub? Trippy karaoke klub?
Henry Foundation (Betmen)
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Stagnan sih sudah pasti tidak ya, kalau segarnya itu relatif. Yang pasti saya rasakan sekarang adalah sudah lebih banyak opsi untuk menikmati musik di bar selain genre musik house atau RnB yang dulu sangat mendominasi.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Sepengetahuan saya tempat-tempat karaoke itu ramai setelah jam kantor dan memang jadi salah satu hiburan alternatif favorit untuk menghilangkan stres yang cukup ampuh. Capek setelah bekerja dan kuliah lalu setelah itu bernyanyi gila-gilaan bersama teman-teman di ruang karaoke. Jadi begitu muncul konsep karaoke di bar, akhirnya menjadi sebuah alternatif baru lagi buat mereka, walau sebenarnya karaoke di bar itu bukan hal yang baru di Jakarta.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
Menurut saya karaoke itu digemari karena sifatnya yang interaktif, melibatkan tamu atau penonton secara langsung. Bisa pilih lagu apa saja dan bernyanyi sesuka hati, tidak ada yang komplain.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Ya, tren baru di kalangan menengah atas dan juga bar-bar di area selatan Jakarta saat ini. Padahal menurut saya karaoke di bar-bar itu sudah lama ada di Jakarta, di daerah Utara misalnya bar karaoke dangdut itu banyak sekali di sekitar pelabuhan Priok. Saya bahkan pernah liat puluhan bar karaoke underground sebesar rumah petak berderet di satu gang pinggir sungai kampung nelayan di daerah Cilincing lengkap dengan mini bar, bangku plastik dan sofa-sofa lembab, sound system plus lampu disko seadanya dan mungkin juga playback karaoke hanya dengan DVD/VCD bajakan. Memang hiburan yang sudah lama awam di kalangan menengah ke bawah sebenarnya.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Bertahan berapa lamanya sih gak tau pasti. Yang jelas sekarang orang-orang senang banget nyanyi ramai-ramai di dance floor, sing along. Rata-rata mereka yang datang ke bar tidak terus langsung percaya diri untuk hingar bingar, take over mic bernyanyi lagu-lagu guilty pleasure. Awalnya beli minum dulu, menyapa teman-teman, minum lagi, update status dulu, minum lagi, mulai terbawa suasana lagu dari DJ terus beli minum lagi, baru setelah itu take off. Party model sing along begini kan biasanya orang datang ramai-ramai, dengan teman-teman dan mereka habiskan untuk minum. Bar atau venue sudah pasti senang dan akan terus mengadakan acara seperti ini selama masih menguntungkan untuk mereka.
Kalau kota-kota lain juga sepertinya sudah ada, seperti Bandung, Bali, Surabaya, hanya frekuensinya saja mungkin tidak sebanyak di Jakarta ya. Karena dasarnya karaoke night ini tidak jauh berbeda dengan home band di kafe-kafe yang membawakan lagu-lagu populer jadi seandainya diterapkan di kota-kota lain mungkin bisa mudah diterima. Dan sekali lagi karena karaoke itu hiburan yang sudah merakyat.
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Ya itu tadi, nostalgia. Selain itu ya murni senang-senang saja sih, ada yang sekadar lucu-lucuan bersama teman-teman bernyanyi lagu Celine Dion bareng hipster, indie darling dan metalheads ibukota. Karena karaoke night sedang tren saat ini, jadi kapan lagi bisa menyanyikan lagu seperti “Risalah Hati” milik Dewa di bar-bar terkemuka di Jakarta Selatan. Inilah saatnya, puaskan #makepartysingalong terus sebelum digeser lagi oleh gerakan #makepartydanceagain.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Saya lebih sering diundang untuk mainkan lagu-lagu karaoke daripada datang untuk karaoke (tertawa).
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Gimmick sih ya. Bisa macam-macam, diberi tema seperti Emo Night misalnya, menjadi menarik dan spesifik atau karaoke night spesial hanya lagu-lagu Nike Ardila semalam suntuk, atau silent disco tapi karaoke, atau karaoke dengan penampilan wayang golek dan berhadiah rumah di Meikarta, pasti akan ramai.
Tiavita Herdiana
Dizkorea
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Saat ini, pelan tapi pasti terlihat makin bervariasi. Kalau sebelumnya, bar atau klub mayoritas didominasi oleh musik-musik RnB, hip hop, EDM dan semacamnya. Kilas balik sedikit ke era Parc di tahun 2003, sebuah bar legendaris di wilayah Kebayoran Baru, tiap minggu ada perhelatan Monday Mayhem, acara disko yang diiringi lagu-lagu indie, britpop, rock, sampai pop juga ada. Nah sepertinya dari situ anak-anak muda pada zamannya mulai terbiasa dengan konsep disko + karaoke. Sayangnya di tahun 2006 Parc harus tutup. Tapi Oomleo yang juga berperan sebagai selector di Parc akhirnya keterusan menjadi pembimbing karaoke massal sampai sekarang.
Sekitar tahun 2015 kita diperkenalkan dengan Diskoria, yang tidak bisa dipungkiri lagi akan semangat membawa kembali era kejayaan Disko Indonesia. Setelah itu di tahun 2017 ada Videostarr yang gencar membawa tembang kejayaan MTV, sampai lagu-lagu nostalgia pop Indonesia juga ada. Dampaknya makin banyak format kolektif yang bermunculan. Konsep yang diangkat pun menarik, mulai dari yang mewakili fandom musik Jepang, soundtrack Anime, hingga bergerilya dengan musik Korea. Ada juga konsep yang cukup spesifik seperti tribute untuk lagu-lagu ciptaan Ahmad Dhani, dan ada juga teman-teman yang sedang mempersiapkan acara disko sambil diiringi lagu-lagu dari game. Sangat menarik sih melihat variasi musik yang ada di bar dan klub di Jakarta pada saat ini.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Kehidupan kami para kaum kelas menengah kan biasanya penuh tekanan dalam pekerjaan, aktivitas yang ada di karaoke night ya jadi pelampiasan kebosanan dan kepenatan atas apa yang dihadapi setiap hari. Makanya saya suka nonton “Aggretsuko”, karena cukup relevan (tertawa).
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
Awalnya mungkin dilandasi oleh kesamaan preferensi musik. Kan biasanya kalau acara karaoke night punya tema-tema tersendiri yang unik. Sampai di venue, ketemu pengunjung lain yang semangat banget joget dan nyanyi bareng. Dari yang sebelumnya strangers, tidak jarang sampai kenalan dan membuat circle of friends baru dari acara karaoke night. Lumayan kan dari party bisa silaturahmi.
Benefit lain yang dirasakan adalah bisa sambil olahraga. Para hadirin dan hadirat Dizkorea itu ada saja yang kuat joget dari jam 7 malam sampai jam 2 pagi. Sesudah DJ terakhir main, biasanya akan diputar lagu-lagu untuk closing (pendinginan). Eh, justru di situ masih banyak yang semangat, jadi minta acaranya di-extend. Salut deh, K-popers tenaganya tidak habis-habis buat joget hampir 8 jam (tertawa).
Saya sih tiap pulang acara selalu sedia koyo dan balsem untuk pertolongan pertama pada keencoklan. Maklum faktor umur.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
Kalau dari pengalaman pribadi, dulu saya pernah ada di situasi ingin disko, tapi ragu kalau harus ke klub. Walaupun banyak faktor yang menyebabkan keraguan itu timbul. Biasanya tidak jauh-jauh dari preferensi musik yang kadang kurang cocok, takut terlalu boros untuk jajan di klub, sulit membaur, dan lain lain. Nah karena suasana di karaoke night itu lebih chill dan casual, keraguan yang biasanya muncul, jadi luput dari pikiran.
Ada kesan karaoke night itu hiburan dari rakyat untuk rakyat. Jadi sama-sama happy lah buat selector dan audiens yang datang. Salah satu hal yang jadi fenomena belakangan ini, banyak yang minta pertunjukan karaoke untuk acara party internal di kantor, pernikahan, sampai sunatan. Cukup menembus sekat-sekat pergaulan ya sepertinya?
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Dengan exposure social media, membantu tren ini meluas ke kota-kota besar. Setahu saya, beberapa klub dan bar di Bandung, Jogjakarta, dan Bali sudah pernah membuat acara sejenis ya. Saya rasa kegiatan ini masih akan bergemuruh ke kota-kota lainnya
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Kenyamanan atas karya dari musisi favorit saat melewati masa kecil hingga remaja akan terus ada di bawah alam sadar. Sebagai individu yang mengapresiasi nostalgic stuff, saya mendapatkan perasaan nyaman sekaligus bisa mengekspresikan diri lewat kegiatan karaoke massal.
Namun tidak terbatas hanya menunggu diputarnya lagu-lagu yang familiar. Meskipun terpapar lagu yang belum pernah didengar sebelumnya dan ternyata cocok, itu juga bisa menambah khazanah baru ya. Kalau untuk Dizkorea, selain membawakan lagu-lagu K-pop kami juga coba mengangkat genre lain dari musik Korea seperti hip hop, electronic, dance, sampai lagu anak-anak Korea juga pernah. Semoga pendekatan ini langgeng lah untuk ke depannya.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Konsep acara yang sejalan dengan selera. Kalau ada ketertarikan dengan tema lagu yang akan dibawakan, biasanya itu yang mendorong saya untuk berpartisipasi.
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Menilik dari sudut pandang Dizkorea, sebenarnya pondasi kami sederhana. Kalau bisa, ingin terus tumbuh bersama teman-teman yang memang ada interest dengan musik Korea sekaligus menjadi wadah hearing session musik Korea yang lebih variatif dan luas. Kami juga terbuka bila ada teman-teman yang ingin coba jadi selector atau pemandu joget. Apa lebih baik buat talent agency saja ya Dizkorea?
Oomleo
Bagaimana Anda melihat perkembangan musik yang diputar di bar serta klub di Jakarta – apakah stagnan atau semakin segar dari tahun ke tahun?
Saya agak bingung menjawabnya. Dibilang stagnan, ya tidak juga, dibilang segar, ya tidak segar-segar amat juga. Ini sih subjektif seperti pengalaman umur saya saja ya. Masa keemasan klub/bar di Jakarta mungkin terjadi di era 90-an dan 2000-an. Pilihan genre musik banyak, semuanya nyaris populer, segmentasinya komplit (geng disko mutakhir banyak, geng band-band beragam aliran juga subur, geng jelata juga makmur), semua berbahagia dengan selera masing-masing. Tidak perlu pilah-pilih mana yang lebih tinggi derajatnya.
Setiap orang di masa tersebut seperti sudah masuk takdir golongan (tidak perlu merasa iba bahwa ‘ini’ lebih keren daripada ‘itu’) dan tiba-tiba terjadi perubahan iklim di dekade selanjutnya. Musik dunia berubah dadakan, pilihan genre musik populer semakin sedikit, berbanding dengan akses informasi yang luar biasa tanpa bendungan. Cuma ada 2 opsi, yaitu ikut arus utama atau berlaku beda agar tidak seperti arus utama yang biasanya akan kecemplung juga jadi ‘arus-utama-cuma-beda-versi-aja’. Kira-kira seperti itulah kondisi bar/klub di masa sekarang.
Beberapa tahun ini, muncul tren karaoke night. Dari segi konsep, menurut Anda, mengapa karaoke night sekarang jadi hiburan yang menjamur, terutama di Jakarta?
Selaras dengan kelakuan pengunjung tempat hiburan: dulunya berjoget dan mabuk, sekarang bergeser jadi berdendang dan sadar diri. Karaoke nampaknya cukup bisa memfasilitasi kondisi tersebut karena butuh ekstra ‘kesadaran’ untuk bernyanyi, membaca lirik dan mengingat bagian-bagian lagu.
Apa yang membuat karaoke menjadi salah satu aktivitas favorit warga Jakarta hari ini?
takdir musik populer lebih berpihak kepada lagu yang terdapat ‘nyanyi’-nya. Vokalis adalah ujung tombak. Selalu. Hal mendasar yang paling mudah dipraktekkan oleh nyaris seluruh penikmat musik adalah meniru dan menyanyikan suara semirip mungkin dengan sang vokalis. Bukan nada, irama, atau ketukan musik. Khalayak yang ingin membuktikan kondisi ini akan mencari sarana setepat mungkin. Karaoke adalah satu dari sekian banyak solusi bernyanyi.
Sebelumnya dikenal berkonsep privat dalam ruang khusus, kini karaoke menjadi hiburan komunal ketika ditampilkan di klub maupun bar di Jakarta. Apakah tren ini menjadi parameter inklusivitas yang meningkat di ranah nightlife Jakarta?
You know, laah. Di bilik karaoke tidak memungkinkan untuk aktivasi eksistensi ke banyak pihak. Nominalnya pun mencekam kantong. Yang pasif bernyanyi nyaris tidak terfasilitasi. Di ranah publik sekelas klub/bar, karaoke menjadi pilihan; walau tidak terhitung baru juga sih, buat mengakomodir kebutuhan seperti itu. Musik dan lirik lagu tersedia, mikrofon juga biasanya lumayan berhamburan, bisa bertemu calon lawan jenis, kadang tidak perlu keluar uang sama sekali. Sungguh sebuah kombinasi dunia hiburan yang mantap.
Munculnya party seperti Videostarr, Dizkorea dan tempat seperti Duck Down Bar, Duck Down Pizza Party yang mengangkat konsep karaoke night, apakah menurut Anda tren ini akan bertahan lama di Jakarta saja atau akan muncul di kota lain seperti Bali?
Berkaitan erat dengan teknis dan fasilitas (visual/proyeksi gambar untuk menampilkan lirik lagu) di klub/bar, ataupun genre musik tertentu yang lagi diminati banyak pihak, saya pikir pola bernyanyi di klub/bar akan awet-awet saja, kali ya? Tinggal atur pemilahan genre musik dan spesifik target massa. Jika saat ini sedang tren dan banyak peminat di beberapa jenis musik tertentu, silakan sikat terus!
Next, kita coba opsi-opsi lain demi menjaga keberlangsungan. Tapi, selama budaya bernyanyi masih terus ada, karaoke, juga live music dan set lagu-lagu ‘sing-along’ juga akan hidup terus. Budaya ini sudah berlangsung cukup lama dan bukan persoalan ramai atau sepi peminat. Khalayak bisa bosan dengan lagu yang itu-itu-saja, tapi tidak dengan pola bernyanyi dan bersenang-senang. Kota lain? Sudah mulai bermunculan, namun kadang ada juga ada kendala budaya ‘kurang suka bernyanyi’ di beberapa tempat.
Menghadirkan seleksi lagu yang familiar bagi telinga banyak orang dan cenderung nostalgic, menurut Anda, apa yang dicari oleh orang-orang saat melakukan aktivitas ini?
Yang paling ‘aman’ ya.. Memfasilitasi banyak pihak; tidak cuma ‘segelintir selera’ saja. Dan kondisi ini mengerucut ke radio hits, lagu yang sedang viral, kenangan tembang populer di berbagai masa, lintas genre, guilty pleasure, dan sebagainya. Kadang malu mengakui hal tersebut di ranah pribadi, namun di ranah umum bisa berbeda sama sekali. Keren dan norak itu sangat tipis.
Faktor apa yang mengundang Anda untuk mendatangi acara karaoke?
Bersenang-senang; senang bernyanyi, senang liat orang nyanyi, senang dengan pilihan lagu, senang dengan tamu yang hadir, senang dengan suasana. Apapun. Pokoknya bersenang-senang dengan bernyanyi sebagai objeknya.
Acara karaoke sekarang semakin menjamur, upaya apa yang dapat dilakukan oleh pelaku acara untuk tetap membedakan diri dari acara-acara karaoke lainnya?
Opsi dan ide. Aduh masih banyak sekali pilihan eksekusi pola acara di level ‘bernyanyi’. Lomba, olah-genre, featuring, stage-performing, aktivasi lirik, DJ-ing dan karaoke-ing, aktivasi instan video, humor & comics, MC-ing, karaoke booth, gerobak & karaoke keliling, live music & visual lirik, scouting talent. Apapun! Selama bisa bernyanyi dan bersenang-senang.