Melihat Perkembangan Industri Gaming, Fatwa Haram, dan Potensi Ke Depan
Opini dari beberapa gamers serta game enthusiasts, mulai dari Rivaldo Santo hingga Mahesa Almeida tentang tren hingga fatwa haram yang diberikan belakangan.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Kevina Graciela
Desain: Tiana Olivia
Gaming sudah menjadi salah satu kegiatan yang sekarang sudah sangat berekspansi bukan sekadar menjadi hiburan. Perkembangan dunia gaming pun terlihat dari segala macam bentuk, hal ini terlihat dengan adanya variasi games, mulai dari retro games hingga munculnya tren mobile games seiring perkembangan teknologi. Pada kesempatan kali ini kami menanyakan ke gamers serta game enthusiast tentang budaya gaming yang semakin marak ini.
Rivaldo Santosa
Game Critics, Co-Founder The Lazy Media Group
Bagaimana tanggapan Anda dengan adanya come back dari retro game dan naiknya budaya console gaming?
Rasanya kalau berbicara soal retro game yang kembali lagi menjadi salah satu tren dan tema dari sebuah game, itu sudah menjadi sebuah pola tren yang biasa, di mana tren-tren lama kembali mengalami rotasi naik dan rasanya para developer juga cerdas memanfaatkan konsep retro dalam game mereka yang secara development jadi lebih mudah dan mereka bisa lebih berfokus terhadap gameplay dan konsep dibanding ribet mengurus grafik.
Tentunya retro game concept ini menjadi alternatif untuk para developer indie, khususnya developer Indonesia untuk bisa berkembang dan menciptakan game-game unik dengan konsep retro yang memang secara skala lebih executable untuk kebanyakan developer Indonesia. Untuk budaya console gaming yang naik rasanya karena beberapa developer dan publisher besar di seluruh dunia sudah mulai memperhatikan Indonesia yang pasarnya semakin prospektif, sehingga mereka jadi lebih aktif lagi dalam mempromosikan game mereka di pasar Indonesia. Jadi tanggapan terhadap naiknya budaya console gaming rasanya memang sudah terbaca dari pertengahan tahun 2017 kemarin, dan menjadi hal yang wajar juga karena perkembangan ekonomi dan sosialisasinya yang semakin konsisten.
Dengan banyaknya mobile games yang bermunculan, menurut Anda apakah tren ini bisa menggeser console gaming?
Menurut saya bukan menggeser, tapi justru mobile gaming bisa menjadi komplementer bagi mereka para console maupun PC gamer, di mana sekarang juga banyak kok game-game besar yang memanfaatkan smartphone menjadi additional untuk game-nya, seperti jadi Map dan lain-lain. Tapi kembali lagi kalau berbicara apakah akan menggeser atau tidak, tentunya nanti saat smartphone bisa dieksploitasi lebih “gila” daripada sekarang, sangat memungkinkan kalau smartphone kita nanti bisa sama kuatnya seperti konsol, dan mungkin bermain konsol dan smartphone bukan lagi menjadi sebuah perbedaan, tapi mungkin seamless layaknya Nintendo Switch yang siap portable dan dock. Selain itu, terlihat juga developer besar yang sudah mulai aktif membuat game di mobile. Jadi sekali lagi pendapat yang saya nyatakan adalah bahwa console gaming tidak akan tergeser karena kehadiran mobile gaming, melainkan berubah ekosistemnya dan mekanismenya.
Studi mengatakan bahwa game adalah salah satu adiksi. Bagaimana Anda melihat game dan pengaruhnya pada kehidupan bermasyarakat – apakah game berbahaya bagi mental kita ataukah ini justru bisa jadi industri baru?
Menurut saya pribadi game bisa dinyatakan adiksi itu valid, karena jika dikonsumsi secara berlebihan, tentunya tingkat produktivitas kita sebagai manusia akan berkurang dalam melakukan kegiatan lainnya, kalau pengaruhnya dalam kehidupan bermasyarakat, rasanya game menjadi sebuah media yang baik dalam pergaulan modern anak muda saat ini, di mana anak-anak muda bisa dengan mudah menemukan komunitas dan teman-temannya lewat berbagai game online yang harusnya punya dampak yang positif dalam bersosialisasi di era modern seperti ini.
Untuk masalah mental rasanya hanya satu yang menjadi concern saya sebagai jurnalis sekaligus gamer, yaitu di mana saat social gap yang terjadi pada sebuah game bisa membuat anak-anak muda jadi jauh lebih konsumtif dan melakukan hal apapun untuk bisa terlihat mapan dalam sebuah game yang tentunya ini lama kelamaan menjadi sebuah karakter yang akan melekat kepada setiap pribadi yang mudah terpengaruh terhadap seperti item mahal, kostum mahal, pay to win game, dan konsep mikrotransaksi tidak sehat lainnya.
Terkait adanya pelarangan game PUBG di Aceh, apa tanggapan Anda tentang hal ini?
Rasanya untuk membahas ini bukanlah koridor saya, tapi satu yang pasti menurut saya kenapa Aceh bisa melarang PUBG, yaitu masalah kurangnya sosialisasi game di masyarakat yang terlalu lengket dengan konteks “agama dan budaya”.
Posisi game buatan lokal di industri game sekarang?
Kalau berbicara soal game buatan lokal, sejauh yang saya tahu dan dapat beberapa kabar dari teman-teman developer lokal, rasanya mereka sudah mulai terus secara signifikan memberikan karya-karya terbaik, bahkan seringkali game-game indie buatan indonesia memenangkan berbagai penghargaan game indie skala internasional. Jadi kalau berbicara soal posisi game Indonesia di industri game dunia, rasanya Indonesia sudah mulai dikenal. Bahkan beberapa teman-teman dari developer lokal juga sudah berhasil menembus pasar konsol PS4 dan ada di top shelf di beberapa negara. Bahkan saya dapat bocoran dari developer yang belum bisa disebut namanya, mereka sedang mengembangkan sebuah game berskala besar dan andil dari publisher besar dengan konsep sangat menarik yang tentunya belum bisa saya bocorkan karena belum mendapatkan izin dari yang bersangkutan. Tapi yang pasti developer game Indonesia sudah mulai maju perlahan secara exponential setiap tahunnya.
Apa game yang paling Anda tunggu untuk rilis?
Game yang paling saya tunggu untuk tahun 2019 ini mungkin adalah “Death Stranding” dan “Planet Zoo” karena keduanya punya konsep yang menarik dan sangat terlihat micro management-nya dari kedua game ini alias sangat detail dari semua aspeknya.
Fendy Susanto
Founder Table Six/Capital Six
Bagaimana tanggapan Anda dengan adanya come back dari retro game dan naiknya budaya console gaming?
Menurut saya sih seru banget yah, karena saya pribadi lebih suka games yang mengutamakan segi fun dibanding dengan graphic yang heboh. Retro games juga tidak berat, jadi hampir semua gadgets atau mini/micro computers seperti Raspberry dan Intel Compute Stick, bahkan Android OS bisa dengan mudah digunakan untuk emulate game-game dibawah 32 bit.
Dengan banyaknya mobile games yang bermunculan, menurut Anda apakah tren ini bisa menggeser console gaming?
Memang harus diakui sih mobile games sangat mempengaruhi industri gaming, tapi menurut saya sih tidak bisa geser console gaming, soalnya banyak die-hard fans-nya, dan juga mungkin main di console lebih ada seninya (tertawa).
Studi mengatakan bahwa game adalah salah satu adiksi. Bagaimana Anda melihat game dan pengaruhnya pada kehidupan bermasyarakat – apakah game berbahaya bagi mental kita ataukah ini justru bisa jadi industri baru?
Hmm, mungkin tidak bisa secara kasar dibilang seperti itu sih, karena semua hal juga bisa dijadikan adiksi. Justru menurut saya game bisa membantu kita untuk belajar lebih disiplin supaya tidak addicted (tertawa). Terhadap mental, menurut saya sih tidak berbahaya sih, asalkan masih dalam batas wajar. Justru dengar-dengar anak-anak yang main video games lebih gesit pemikirannya.
Terkait adanya pelarangan game PUBG di Aceh, apa tanggapan Anda tentang hal ini?
Saya kurang setuju sih, karena kenapa game semacam “Counter Strike” yang terang-terangan lebih mengarah kepada terorisme tidak pernah diungkit. Atau lebih killer lagi seperti “DOOM”, “GTA” atau mungkin “Catherine” keluaran Atlus yang lumayan vulgar.
Posisi game buatan lokal di industri game sekarang?
Berkembang banget sih, mungkin karena semakin banyaknya informasi dan tutorial di internet untuk bagaimana mengembangkan video games. Contohnya video game horor yang judulnya “Pamali”, mereka dapat rating 9/10 dari Steam. Gila sih.
Apa game yang paling Anda tunggu untuk rilis?
“Fire Emblem: Three Houses”, “Cyberpunk 2077”, “MechWarrior 5: Mercenaries”, dan Japanese retro games lainnya yang mungkin tidak pernah rilis dalam bahasa Inggris.
Mahesa Almeida
Game enthusiast / Musisi
Bagaimana tanggapan Anda dengan adanya come back dari retro game dan naiknya budaya console gaming?
Saya sebenarnya tidak tahu kalau ada “kenaikan” di budaya console gaming keseluruhan, tapi kalau retro game, saya lihat memang ada semacam come back. Pertama kali membaca pertanyaan ini, saya langsung ingat dengan tren vinyl yang muncul dari beberapa tahun lalu. Menurut saya ini hal sama. Orang-orang senang bernostalgia, dan banyak yang punya penilaian bahwa apa yang ada dari masa lalu punya nilai positif lebih, misalnya lebih keren, lebih unik, lebih membuat perasaan nyaman, dan sebagainya. Buat saya pribadi tidak ada efek apapun sebenarnya dengan “kenaikan” atau come back ini, kecuali untuk retro game ya paling membuat harga-harga hardware dan software-nya jadi naik.
Dengan banyaknya mobile games yang bermunculan, menurut Anda apakah tren ini bisa menggeser console gaming?
Ya, dan sebenarnya sudah terjadi. Mobile game punya akses yang lebih luas, siapa saja yang menggunakan smartphone bisa memainkannya. Ditambah lagi game-game yang kebanyakan free to play.
Studi mengatakan bahwa game adalah salah satu adiksi. Bagaimana Anda melihat game dan pengaruhnya pada kehidupan bermasyarakat – apakah game berbahaya bagi mental kita ataukah ini justru bisa jadi industri baru?
Game memang sudah menjadi sebuah industri bahkan dari dulu dan sama seperti hal lainnya, game jadi berbahaya kalau dijadikan satu-satunya pelarian dalam hidup atau diglorifikasi berlebihan. Semua orang yang berakal sehat pasti paham. Dan sering berpikir juga, apakah game yang merusak mental seseorang atau orang yang memang mentalnya sudah rusaklah yang sering teradiksi dengan game atau gampang terpengaruh dengannya secara negatif.
Terkait adanya pelarangan game PUBG di Aceh, apa tanggapan Anda tentang hal ini?
Peraturan bodoh.
Posisi game buatan lokal di industri game sekarang?
Saya kurang paham.
Apa game yang paling Anda tunggu untuk rilis?
Jonathan Liandi
Gamer
Bagaimana tanggapan Anda dengan adanya come back dari retro game dan naiknya budaya console gaming?
Menurut saya dengan kembalinya retro game itu sangat bagus sih, apalagi dengan tren sekarang yang mayoritas para gamer lebih memilih untuk bermain game mobile ataupun PC. Dengan kembalinya retro game pun akan membuat warna tersendiri juga di dunia para gamer. Dan juga, dengan naiknya budaya console gaming pun diharapkan dari perkembangan komunitas gamer tidak monoton dan menjadi lebih bervariasi.
Dengan banyaknya mobile games yang bermunculan, menurut Anda apakah tren ini bisa menggeser console gaming?
Menurut saya pribadi, itu sangat tergantung dengan kualitas masing-masing game itu sendiri. Jika dengan hanya memainkan mobile games (yang cenderung lebih sederhana dibandingkan untuk bermain game console) kita sudah dapat merasakan pengalaman seperti memainkan game console, tentu orang akan lebih memilih untuk memainkan mobile games.
Studi mengatakan bahwa game adalah salah satu adiksi. Bagaimana Anda melihat game dan pengaruhnya pada kehidupan bermasyarakat – apakah game berbahaya bagi mental kita ataukah ini justru bisa jadi industri baru?
Game memang merupakan suatu hal yang bisa membuat kita addicted atau kecanduan, jika kita tidak bisa mengontrol diri kita sendiri. Jadi yang terpenting buat kalian yang memiliki hobby bermain game, ya kalian harus memiliki self control yang baik. Dan untuk game sendiri pun, terutama untuk game online, ini merupakan suatu industri baru yang bisa dibilang sangatlah besar. Bukan hanya menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang, tapi juga dapat menjadi sarana bisnis yang sangat menjanjikan.
Terkait adanya pelarangan game PUBG di Aceh, apa tanggapan Anda tentang hal ini?
Buat itu sendiri saya no comment. Karena, ya mau bagaimanapun juga setiap daerah berhak untuk memutuskan peraturan di daerahnya sendiri.
Posisi game buatan lokal di industri game sekarang
Untuk game lokal menurut saya masih sangat jauh dibandingkan game-game yang sekarang menjadi trending.
Apa game yang paling Anda tunggu untuk rilis?
“LoL Mobile”.