Tuntutan Penyesuaian Startup terhadap Dampak COVID-19
Dengan skema self-quarantine yang akan memiliki dampak besar bagi ekonomi, berbagai startup telah menciptakan inisiatif untuk menjaga keberlangsungan bisnis mereka.
Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Business vector created by pch.vector – www.freepik.com
Krisis pandemi global COVID-19 sekarang telah mendominasi tiap topik pembicaraan, secara langsung maupun virtual. Tak hanya meliputi keresahan akan kesehatan dan keamanan dari paparan virus ini, krisis tersebut juga telah memicu kegelisahan dari segi ekonomi. Terlebih lagi dampaknya terhadap bisnis-bisnis startup dengan adanya kebijakan work from home. Hal ini memicu berbagai macam inisiatif yang diambil oleh startup, lokal maupun internasional.
Di Eropa, berbagai macam organisasi maupun badan pemerintahan sudah memulai memberi bantuan terhadap usaha-usaha startup. Beberapa diantaranya adalah usaha dari pemerintahan Perancis dalam memberi izin penundaan pembayaran pajak dan biaya sosial serta pemberhentian biaya sewa tempat, biaya listrik, dan air bagi perusahaan-perusahaan yang sedang dilanda kesulitan. Sama halnya yang dilakukan oleh pihak pemerintahan Jerman, yang memberi kelonggaran waktu kepada perusahaan diberi untuk melaporkan kebangkrutan.
Sedikit berbeda dengan di Indonesia, salah satu cara bagi startup untuk menjaga keberlangsungan mereka adalah menyesuaikan strategi agar sejalan dengan kebutuhan masyarakat dalam krisis pandemi ini. Hal ini bisa dilihat sebagai suatu simbiosis mutualisme, seperti HaloDoc yang menyediakan konsultasi gratis, informasi seputar COVID-19, dan meningkatkan upaya untuk selalu restock produk-produk esensial dalam situasi ini, seperti hand sanitizer, multivitamin, dan masker.
Adapun peranan pemerintah adalah menggandeng startup dalam sektor medis dan pendidikan seperti HaloDoc dan Sekolahmu agar mempermudah keseharian masyarakat dalam kondisi self-quarantine. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan keringanan kredit bagi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), penundaan cicilan sampai satu tahun, dan keringanan bunga. Keringanan dari pemerintah ini juga diberikan kepada sopir taksi, ojek online, maupun nelayan yang mengambil kredit untuk kendaraan mobil, motor, dan perahu mereka dengan kelonggaran pembayaran bunga dan angsuran selama satu tahun. Namun, tanpa adanya ikut campur dari pemerintah pun, beberapa startup bahkan telah berinisiatif untuk menangani krisis ini seperti OVO, Grab, dan Tokopedia yang telah bergabung dalam memberi donasi kepada tenaga medis yang menangani COVID-19.
Meski akan ada dampak jangka panjang, era social distancing ini justru memicu banyak startup dalam mengambil inisiatif dan membuka jalan baru untuk menciptakan kebersamaan. Dari online classroom hingga “nobar” secara online. Dinamika startup dan pelanggan sangat bergantung dengan simbiosis mutualisme di era pandemi ini, bahwa keberlangsungan membutuhkan peranan dari dua ataupun banyak pihak.