Suara Diaspora Indonesia di Tengah Hiruk Pikuk Pelaksanaan Olimpiade Tokyo
Berbincang dengan beberapa diaspora Indonesia di Jepang tentang pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan bulan Juli mendatang.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Shadia Kansha, Hanindito Buwono, Aqraa Sagir
Pertandingan Olimpiade adalah ajang olahraga internasional yang dinantikan para atlet di seluruh dunia untuk mempertunjukkan kebolehan mereka dalam berbagai cabang olahraga. Acara yang diadakan setiap empat tahun sekali tersebut seharusnya dilaksanakan tahun lalu di Tokyo, Jepang. Namun, dengan pandemi yang melanda seluruh dunia, hal tersebut harus diundur. Di tengah hiruk pikuk distribusi vaksin di seluruh dunia dan terlepas dari keraguan para warga negaranya, pemerintah Jepang optimis bahwa Olimpiade dapat dilaksanakan dengan aman pada bulan Juli mendatang. Mari bersama kita simak hasil pengamatan para diaspora Indonesia di Jepang mengenai kesiapan pemerintah dan masyarakat lokal untuk menerima para atlet sebagai tuan rumah Olimpiade Tokyo.
Abel Faeyza
Sinto Committee Member
Bisa diceritakan pengalaman Anda mengenai kondisi hidup selama pandemi di Jepang?
Despite the state of emergency, Shibuya is as crowded as ever, and people still hang out past eight in the streets. I don’t know if it is a false sense of comfort but seeing everyone wearing masks makes buying groceries and eating out for lunch a much less worrisome task. The only thing I resent about the pandemic is the enforcement of online school but even that has its benefits. That said, your chance of getting the disease is never zero wherever you go. Unless you go drinking late at night in an Izakaya or refuse to wear a mask during train rides your chances of getting sick are slim. Then again, I’m speaking from a strictly introverted perspective.
Angka Covid-19 di Jepang sedang mengalami lonjakan, bagaimana pemerintah Jepang menangani kasus lonjakan Covid-19 ini?
The government has been extending the state of emergency since it was declared again early this year. The current state of emergency lasts until the 21 st of June, but I bet they are going to extend it again. Although, they have been stricter in closing alcohol-serving restaurants and bars early recently. But then again, you can still often see people gathering in public parks drinking convenience store booze. On a good note, some wards have started vaccinating their residents.
Menurut pengetahuan Anda, bagaimana penduduk lokal menyikapi Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini?
I think the consensus in Tokyo is that it should still be delayed further or cancelled completely. Some argue that since overseas spectators are not allowed to enter the country the event would not be as economically beneficial as it should have been. However, some people pity the athletes and have the opinion that it should be held under strict protocols. At this point the event itself is inevitable and most people have just accepted it regardless of its impact.
Sebagai Diaspora Indonesia di Jepang, bagaimana pendapat anda tentang Olimpiade Tokyo yang akan tetap dilaksanakan di tengah pandemi ini?
Personally, I couldn’t care less. It’s better to just accept the fact that it is going to be held and continue following the usual protocols when going out for errands and get vaccinated as fast as possible.
Apa pendapat Anda mengenai lowongan volunteer yang masih terbuka lebar hingga saat ini? Apakah Anda tertarik untuk ikut serta dalam acara tersebut sebagai volunteer?
Around May, many universities sent Olympic volunteer application forms to their students. I didn’t apply due to the obvious health hazards of doing so and recently a lot of the volunteers have also withdrawn from participating for the same reasons. That said, the people I know that have signed up only did so because it is a good-paying summer job.
Menurut Anda, apakah semangat persaudaraan olimpiade bakal tetap ada di tengah kondisi pandemi yang tidak menentu ini?
To be honest, I think the festive spirit of the Olympics has died down over the pandemic. Although I think the camaraderie between Indonesians will persist during the event, I doubt people would gather to watch it on TV except for badminton.
Damar Masato
Pekerja Swasta
Bisa diceritakan pengalaman Anda mengenai kondisi hidup selama pandemi di Jepang?
Secara pribadi, saya tidak mengalami perubahan yang terlalu drastis. Saya mengalami pandemi covid-19 ini di tahun ke-4 kuliah saya. Tindak pemerintah cukup cepat dimana semua sekolah ditutup dan kelas-kelas dilakukan secara online dan diberikan pilihan masuk kampus jika butuh ke lab. Meskipun transportasi antar prefektur berkurang, tidak ada larangan keras untuk tidak bepergian, bahkan acara wisuda saya pun dilakukan secara tatap muka. Setelah lulus dan sekarang bekerja, selama ini pekerjaan-pekerjaan saya pun semua bisa dikerjakan secara online, dan fasilitas internet disini sudah sangat baik. Memakai masker pun merupakan hal yang biasa di Jepang sebelum pandemi Covid-19, sehingga hampir semua masyarakat di sini rajin memakai masker. Semua penduduk Jepang termasuk pelajar international pun menerima stimulus check sebesar 150rb yen (+- 17 jt rupiah) bulan Maret tahun lalu.
Angka Covid-19 di Jepang sedang mengalami lonjakan, bagaimana pemerintah Jepang menangani kasus lonjakan Covid-19 ini?
Sepengetahuan saya sampai sekarang pun belum ada peraturan yang bersikap “hard lockdown” di Jepang. Selain peraturan dimana toko-toko harus ditutup lebih cepat, peraturan yang diberikan oleh pemerintah lebih bersikap anjuran kepada publik. Toko-toko dianjurkan untuk tutup sekitar pukul 8 malam sehingga jumlah orang yang berkeluaran malam pun berkurang. Beberapa kantor Jepang pun sudah mulai bekerja secara online jika bisa. Upaya vaksinasi di Jepang juga sudah mulai berjalan, saat ini masih di kalangan lansia. Upaya vaksinasi covid-19 Jepang jika dibandingkan dengan negara lain memang termasuk lambat untuk negara maju, tapi nampaknya proses vaksinasi ini berjalan dengan baik.
Menurut pengetahuan Anda, bagaimana penduduk lokal menyikapi Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini?
Mayoritas teman-teman saya (berumur 20an) tidak terlalu menyukai dengan tetap diadakannya Olimpiade Tokyo. Mereka berpendapat bahwa vaksinasi penduduk Jepang harus diutamakan sebelum mengadakan event tingkat Internasional. Saya juga melihat di Internet beberapa petisi yang dibikin untuk menentang Olimpiade Tokyo ini. Namun, beberapa teman saya pun tetap membeli tiket Olimpiade Tokyo cabang olahraga kesukaan mereka.
Sebagai Diaspora Indonesia di Jepang, bagaimana pendapat anda tentang Olimpiade Tokyo yang akan tetap dilaksanakan di tengah pandemi ini?
Secara pribadi, saya kurang setuju dengan tetap diadakannya Olimpiade Tokyo karena akses kesehatan di Jepang akan dibagi kepada atlet-atlet yang datang dari berbagai negara. Dengan meningkatnya kembali kasus covid-19 ini beserta tenaga kerja kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan proses vaksinasi, saya rasa tenaga kerja kesehatan akan semakin terkuras. Namun saya pun akan tetap tertarik untuk menonton jika ditayangkan di televisi.
Apa pendapat Anda mengenai lowongan volunteer yang masih terbuka lebar hingga saat ini? Apakah Anda tertarik untuk ikut serta dalam acara tersebut sebagai volunteer?
Sebenarnya saya mendaftar untuk menjadi volunteer Olimpiade Tokyo sebelum pandemi ini terjadi pada tahun 2019. Saya turut mengikuti event training dan briefing secara langsung di tahun 2019, dan bahkan tetap mengikuti tes dan online training yang diberikan di saat pandemi Covid-19. Terakhir pun saya sudah dialokasikan ke venue Golf yang berada di Saitama. Secara pribadi, saya masih tertarik untuk mengikuti acara tersebut. Namun, yang saya khawatirkan adalah kesehatan, karena akan terpapar dengan banyak orang dari berbagai tempat. Pada akhirnya, saya pun mengundurkan diri dari peran volunteer tersebut.
Menurut Anda, apakah semangat persaudaraan olimpiade bakal tetap ada di tengah kondisi pandemi yang tidak menentu ini?
Menurut saya tetap akan ada semangat persaudaraan ketika permainan nya sudah dimulai. Saat ini berbagai macam event olahraga pun sudah dibuka untuk umum meskipun jumlah kursinya berkurang. Tingkat nasionalisme Jepang cukup tinggi dan atlet-atlet nasional Jepang sangat dihargai oleh media dan masyarakatnya, dimanapun atlet tersebut bermain. Jadi saya rasa saat event Olimpiade Tokyo ini dimulai, masyarakat Jepang akan tetap mendukung.
Jonathan Wijaya
Ketua PPI Tokokudai
Bisa diceritakan pengalaman Anda mengenai kondisi hidup selama pandemi di Jepang?
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan selama pandemi Covid-19 memang sangat berbeda. Toko-toko dan restoran dipaksa tutup sebelum jam 8 malam, menyebabkan jalanan di Jepang terasa seperti kota mati pada malam hari. Selama setahun terakhir, saya tidak bisa merasakan pengalaman belajar secara offline di kampus yang menyebabkan menurunnya produktivitas. Saya juga harus menjalankan magang saya di Bank Indonesia Tokyo secara online sehingga menggagalkan keinginan saya untuk merasakan lingkungan kerja secara nyata dan berinteraksi dengan rekan kerja. Selain itu, tidak ada hiburan nyata yang saya dapat karena dibatalkannya berbagai festival kebudayaan Jepang dan ditutupnya banyak destinasi pariwisata.
Angka Covid-19 di Jepang sedang mengalami lonjakan, bagaimana pemerintah Jepang menangani kasus lonjakan Covid-19 ini?
Saat ini, pemerintah masih memberlakukan keadaan darurat untuk beberapa daerah dengan jumlah kasus Covid-19 yang tinggi. Di keadaan darurat ini, pemerintah membatasi jam operasional toko dan restoran hingga jam 8 malam, dengan restoran dilarang untuk menyajikan minuman beralkohol untuk mencegah orang berkumpul. Selain itu, pemerintah Jepang juga sedang berupaya sekuat tenaga untuk mempercepat vaksinasi, yang sebelumnya dianggap tertinggal dibanding negara-negara lainnya. Pemerintah membangun beberapa pusat vaksinasi berskala besar, dengan bantuan oleh pasukan keamanan dan dokter gigi karena kurangnya jumlah tenaga medis. Saat ini, pemerintah Jepang juga sudah memulai vaksinasi untuk perkantoran, sekolah, dan universitas.
Menurut pengetahuan Anda, bagaimana penduduk lokal menyikapi Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini?
Menurut berbagai sumber berita yang saya baca, kebanyakan warga lokal menolak penyelenggaraan Olimpiade 2020 yang rencananya akan dilaksanakan pada Juli- Agustus 2021. Berdasarkan survey yang diadakan oleh Kyodo News Japan, sekitar 80% penduduk mendorong penyelenggara untuk membatalkan Olimpiade 2020. Mereka khawatir penyelenggaraan Olimpiade akan berdampak pada melonjaknya jumlah infeksi virus Corona, disaat maraknya kasus dengan varian baru yang lebih mudah menular. Pada bulan Mei saya melihat sekumpulan orang berdemo di depan kantor penyelenggara Olimpiade. Protes dilaksanakan secara sopan dan tertib, dimulai dengan penyampaian pendapat dan ditutup dengan iring-iringan. Jumlah partisipan yang saat itu cukup ramai menunjukan kuatnya penolakan dari masyarakat lokal.
Sebagai Diaspora Indonesia di Jepang, bagaimana pendapat anda tentang Olimpiade Tokyo yang akan tetap dilaksanakan di tengah pandemi ini?
Menurut saya pribadi, atmosfer pada Olimpiade tahun ini akan jauh lebih rendah dibanding dengan Olimpiade di tahun-tahun sebelumnya. Selain karena kurangnya animo dari masyarakat lokal, Olimpiade pada tahun ini juga akan diadakan tanpa penonton. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya pendapatan yang didapat oleh panitia dan tentunya bisnis-bisnis yang bergerak di sektor pariwisata dan akomodasi, dan motivasi atlet yang juga akan berkurang dengan tidak adanya pendukung yang datang langsung ke stadium. Saya juga khawatir akan kemungkinan terburuk yang dihadapi para tlet jika pada akhirnya terinfeksi virus selama penyelenggaraan Olimpiade karena pemerintah daerah dan institusi kesehatan yang menolak untuk memprioritaskan kesehatan atlet dan menyediakan kamar perawatan. Selain itu karena kontak antara atlet internasional dan penduduk lokal dibatasi, kemungkinan pertukaran budaya yang mungkin terjadi juga akhirnya gagal.
Apa pendapat Anda mengenai lowongan volunteer yang masih terbuka lebar hingga saat ini? Apakah Anda tertarik untuk ikut serta dalam acara tersebut sebagai volunteer
Saya sendiri sempat tertarik untuk menjadi volunteer pada acara Olimpiade 2021 karena memang ditawari secara langsung untuk posisi tersebut. Namun, setelah melihat situasi terkini dan beberapa pertimbangan matang, akhirnya saya menolak kesempatan tersebut. Pertimbangan utama saya adalah banyaknya kontak dengan staff dan atlet di venue penyelenggaraan yang membuat resiko penularan virus sangat tinggi. Selain itu, panitia juga tidak menyediakan akomodasi khusus bagi para volunteer sehingga masih tetap harus menggunakan transportasi publik, khususnya kereta. Transportasi kereta Jepang sangat terkenal dengan kepadatannya pada jam kerja karena merupakan moda transportasi utama penduduk Jepang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, saya rasa peluang untuk terinfeksi virus corona cukup besar, melebihi benefit berupa pengalaman yang akan saya dapat.
Menurut Anda, apakah semangat persaudaraan olimpiade bakal tetap ada di tengah kondisi pandemi yang tidak menentu ini?
Menurut saya, semangat persaudaraan pada Olimpiade kali ini akan menjadi semakin kuat karena semua kalangan, dimulai dari penonton, staf, dan atlet merasa pentingnya untuk saling menjaga dan mendukung di masa-masa sulit. Seperti yang kita ketahui, di masa pandemi ini semua pihak harus melewati masa-masa sulit, termasuk para atlet dari berbagai negara yang mungkin merasakan dampak finansial, penurunan motivasi karena ditundanya turnamen, hingga masalah kesehatan. Oleh karena itu, mereka merasa pentingnya untuk mempererat semangat persaudaraan di antara mereka, lebih dari keinginan mereka untuk mencapai podium juara.
Nadindra Puntodewo
Mahasiswi
Bisa diceritakan pengalaman Anda mengenai kondisi hidup selama pandemi di Jepang?
Selama pandemi ini tidak terlalu merasakan perbedaan yang signifikan, cuma sekarang keluar rumah pake masker dan lebih berhati-hati dan melakukan preventive actions kayak pake sanitizer setiap masuk ke ruangan baru. I don’t go out as much anymore, if I were to hang out with my friends I would choose to hang out at a park or at our houses than at restaurants. Mungkin yang kerasa banget adalah shift part-time job mengurang in terms of hours and days. Sekarang orang yang dibutuhkan untuk kerja berkurang karena juga restoran tidak seramai itu lagi. Other than that I could say it’s pretty “normal”, other than the masks and hand sanitizer on every corner.
Angka Covid-19 di Jepang sedang mengalami lonjakan, bagaimana pemerintah Jepang menangani kasus lonjakan Covid-19 ini?
Pemerintah Jepang menurut gue sangat pasif agresif untuk menangani situasi covid. Pemerintah Jepang mengadakan promo “ Go To Travel ” in the middle of the pandemic to bring back their economy, in which after the first round it caused covid number nation-wide to skyrocket. After that, they started to do more “emergency states”. Dari tahun lalu beberapa prefecture “besar” sudah 2-3 kali declare-undeclare emergency state. It’s technically never a lockdown, because according to my Japanese friend Japan as a country is not allowed to have a hard lockdown under their current constitution, therefore they only “regulate” some opening hours and recommend people to stay at home.
Menurut pengetahuan Anda, bagaimana penduduk lokal menyikapi Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini?
Beberapa bulan yang lalu ada Olympic torch relay yang lewat kota gue, people are there to watch and all happy about it. On the other side, gue juga banyak denger from my Japanese colleagues that they do not want it to happen because as of now the vaccine rate is super slow and the numbers in Tokyo and Osaka are not going down either. It went down once, got better, but it flew back up again so fast because they did not think things through. To my knowledge, the majority of people do not agree with having the Olympics but I guess the voices of the public are not strong enough to cancel it…
Sebagai Diaspora Indonesia di Jepang, bagaimana pendapat anda tentang Olimpiade Tokyo yang akan tetap dilaksanakan di tengah pandemi ini?
Sebenernya gue sih bukan gak setuju, tapi beneran bingung aja kenapa masih ingin lanjut. I don’t understand the reason why they can’t just hold it off first until everything gets better karena penangan covid dan image covid di Jepang tuh kayak remeh banget. Takut aja… Apalagi vaksin juga sampai sekarang kayaknya gak lancar. On one side, I know how much Japan rushed infrastructure di Tokyo untuk ngejar Tokyo 2020, mungkin sayang ya… but on the other hand, it’s really not fair for health purposes. Dan sekarang memberi izin untuk atlet masuk ke Jepang, tapi masih banyak beberapa temen gue yang stuck gak bisa balik ke Jepang untuk melanjutkan studinya. Seems a bit unfair..
Apa pendapat Anda mengenai lowongan volunteer yang masih terbuka lebar hingga saat ini? Apakah Anda tertarik untuk ikut serta dalam acara tersebut sebagai volunteer?
Gue personally tidak tertarik, tapi ada beberapa temen gue yang tertarik dan emang daftar but it’s their personal choice. It seems risky? Due to the uncertainty of the event too jadi keliatan agak unprofessional? Gue gak ngerti insights persiapannya sendiri ya, tapi kayak takut aja gitu untuk acara yang levelnya internasional dan segede Olympics kalau semua persiapannya online… bukannya meremehkan, tapi it would be better in person no? Tapi juga kalo in person ada high risk of covid…. Jadi bimbang.
Menurut Anda, apakah semangat persaudaraan olimpiade bakal tetap ada di tengah kondisi pandemi yang tidak menentu ini?
Pastinya gak hilang 100%. Orang-orang pasti akan tetap mendukung atlet-atlet yang berjuang karena ya gak gampang bisa terjun ke level Olympics dan itu pasti sesuatu yang sangat mereka banggakan. Walau orang bingung akan keputusan Jepang untuk tetap menjadi host di tengah pandemi ini, tapi pasti orang akan tetep nonton gak sih… Jadi pasti menyemangati satu sama lain. Pasti mereka akan selalu mendukung dan mendoakan yang pastinya untuk tetap sehat.
Raken Hassim
“Tokoh Diaspora”
Bisa diceritakan pengalaman Anda mengenai kondisi hidup selama pandemi di Jepang?
Seperti yang kita semua saksikan, pandemi telah menyebabkan kesulitan bagi semua orang. Dari melihat berita, dan mendengar dari teman dan keluarga, itu mempengaruhi ekonomi serta kehidupan sehari-hari kita. Tapi bisa dibilang, saya ga merasakan situasi separah apa yang dirasakan bagian dunia lain. Beda dengan negara lain yang banyak melakukan Lockdown, pemerintah Jepang tidak memaksakan pembatasan yang keras, melainkan hanya menghimbau orang untuk tetap menjalani kegiatan sehari-hari sambil berhati-hati. Menurut saya upaya Jepang telah menjaga semuanya tetap tenang dan damai cukup bisa diapresiasi, karena masyarakat tetap diberi tahu tentang berita Covid-19 terbaru tetapi tidak ada kepanikan di dalam negeri.
Angka Covid-19 di Jepang sedang mengalami lonjakan, bagaimana pemerintah Jepang menangani kasus lonjakan Covid-19 ini?
Mungkin tidak seresponsif negara lain yang melakukan lockdown, pemerintah jepang menyatakan “state of emergency” untuk kota-kota besar. Dimana pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan ke masyarakat seperti social distancing, work from home, dan menutup area publik diatas jam 8 malam.
Menurut pengetahuan Anda, bagaimana penduduk lokal menyikapi Olimpiade Tokyo yang akan dilaksanakan dekat-dekat ini?
Menurut pengetahuan saya, penduduk lokal banyak yang tidak menyetujui Olimpiade untuk tetap dilaksanakan. Olimpiade akan dilaksanakan kurang lebih satu bulan lagi, tetapi hingga sekarang pelaksanaan vaksinasi pun berjalan sangat lambat. Bisa dilihat juga ada banyak demo dari masyarakat yang ingin Olimpiade untuk tidak diselenggarakan. Tetapi, walaupun banyak pihak menentang adanya olimpiade, nampaknya Jepang dan komite olimpiade akan tetap menyelenggarakan olimpiade di tengah pandemi ini.
Sebagai Diaspora Indonesia di Jepang, bagaimana pendapat anda tentang Olimpiade Tokyo yang akan tetap dilaksanakan di tengah pandemi ini?
Menurut saya, Jepang menyikapi pandemi Covid-19 sangat lambat. Dari tahun lalu saat perdana menteri Abe mengumumkan penundaan Olimpiade 2020, tidak banyak aksi yang terlihat dari pemerintah Jepang untuk mencoba melakukan tindakan pencegahan terhadap pandemi ini. Hal ini bisa dilihat dari vaksinasi, hingga sekarang yang sudah memasuki h-sebulan olimpiade, masih kurang dari 5% dari total penduduk Jepang yang sudah sepenuhnya divaksinasi. Mungkin jika dari tahun lalu pemerintah bisa melakukan tindakan pencegahan yang lebih ketat, kondisi saat ini tidak akan sekisruh ini.
Apa pendapat Anda mengenai lowongan volunteer yang masih terbuka lebar hingga saat ini? Apakah Anda tertarik untuk ikut serta dalam acara tersebut sebagai volunteer?
Volunteer memang sangat diperlukan untuk acara yang melibatkan orang sebanyak ini, tetapi mungkin yang menjadi alasan utama banyak volunteer yang mengundurkan diri adalah mengutamakan kesehatan mereka. Ada beberapa teman indonesia saya yang terpilih menjadi volunteer dan sudah mengikuti persiapan dan training sejak lama.
Menurut Anda, apakah semangat persaudaraan olimpiade bakal tetap ada di tengah kondisi pandemi yang tidak menentu ini?
Tetap ada, tapi akan lebih susah dikarenakan minimnya interaksi yang akan terjadi diantara pihak yang ikut serta. Dengan tidak adanya penonton dari luar negeri yang datang untuk meramaikan pastinya juga sangat mempengaruhi keseruan dan semangat olimpiade yang sesungguhnya.