Pandangan Generasi Terkini Mengenai Kendaraan Listrik di Indonesia
Kami mengajak Gen Z untuk berpendapat tentang transisi kendaraan listrik beserta isu dan keresahan yang membersamai.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Faisal, Carisa Mustika, Thalitha Yuristiana
Ilustrasi: Mardhi Lu
Proyek ambisius pemerintah untuk transisi ke kendaraan listrik mulai gencar dilakukan untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dunia pun sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh kendaraan listrik, baik sebagai solusi untuk keberlangsungan bumi maupun sebagai peluang untuk memajukan ekonomi. Apakah benar kendaraan listrik dapat menawarkan masa depan yang lebih baik untuk Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami mengajak Gen Z untuk berpendapat tentang transisi kendaraan listrik dan isu dan keresahan yang membersamai.
Gana Nugraha
Photographer
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Untuk saat ini bisa dibilang saya cukup setuju dengan adanya kendaraan listrik karena kendaraan listrik tentunya dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan juga cukup ramah lingkungan.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Kalau menjadi solusi bagi negara maju mungkin kita bisa katakan kendaraan listrik cukup membantu, tetapi kalau di negara berkembang contohnya Indonesia, mungkin masih belum maksimal dikarenakan sumber listrik utamanya masih bersumber dari batu bara yang mana untuk memenuhi kebutuhan energi kendaraan listrik akan menambah penggunaan batu bara sendiri.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Menurut saya pribadi, belum. Saya rasa Indonesia harus mempunyai energi listrik terbarukan terlebih dahulu sebelum melakukan transisi ke kendaraan listrik.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Industrialisasi mungkin dapat terus dijalankan apabila kegiatannya dapat dikendalikan dengan cukup baik serta adanya mitigasi perihal dampak buruk yang akan terjadi kedepannya.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Untuk saat ini mungkin masih banyak kontra untuk merealisasikan kebijakan tersebut. Seperti yang kita tahu, keadaan negara kita belum cukup mumpuni bagi masyarakatnya untuk memiliki kendaraan listrik dan mungkin akan menimbulkan masalah baru yaitu kemacetan berlebih terutama di Pulau Jawa.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Hal yang perlu diperhatikan mungkin infrastruktur untuk mendukung keberadaan kendaraan listrik seperti tempat khusus pengisian daya listrik yang harus tersebar di mana-mana.
Ayu Kirana
Mahasiswi Universitas Gunadarma
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Menurutku kendaraan listrik jadi salah satu alternatif yang menjanjikan kalau dipertimbangkan, karena kehadiran kendaraan listrik tentu akan membawa keuntungan terutama untuk peningkatan kualitas lingkungan.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Tentunya, karena kan kendaraan listrik gak menghasilkan asap karbon, jelas akan menurunkan polusi udara. Selain itu juga kendaraan listrik officially gak memerlukan BBM lagi nih, jadi bakal signifikan mengurangi penggunaan minyak bumi.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Kalau untuk saat ini menurutku Indonesia belum. Infrastruktur (untuk) pengisian daya kendaraan listrik belum memadai. Saat ini hanya ada di beberapa wilayah di kota besar aja. Hal ini bikin banyak orang masih mempertimbangkan untuk punya kendaraan listrik, maintenance-nya yang masih agak susah.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Tetap harus dikejar, gimanapun Indonesia sebagai negara berkembang harus terus mengikuti perkembangan teknologi yang ada, nggak boleh sampai tertinggal. Sumber tenaga listrik sebenarnya banyak alternatif, nggak hanya dari PLTU batu bara aja kok, bisa dari sumber lain. Apalagi, Indonesia punya banyak potensi pembangkit listrik yang renewable & sustainable energy, mulai dari air, geotermal, angin dan tenaga surya, tapi ya tentunya perlu perencanaan dan pengembangan yang lebih matang untuk memanfaatkan tenaga listrik dari tenaga lainnya selain uap dengan maksimal. Hal ini jelas berbeda dengan BBM yang dalam pengolahan maupun saat aplikasi langsung yang kurang ramah lingkungan.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Ada sisi baik dan buruknya sih. Sisi baiknya ya tentu lebih ramah lingkungan, mengurangi polusi. Tapi sisi buruknya, jumlah kendaraan pribadi akan semakin meningkat. Mungkin hal seperti ini bisa dipertimbangkan dan ditinjau ulang, misalnya subsidi untuk kendaraan listrik semestinya dialokasikan untuk pembelian kendaraan listrik sebagai angkutan umum. Selain dari segi jumlah armada kendaraan umum yang akan bertambah, juga bisa menekan jumlah kendaraan pribadi yang meningkat sekaligus.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Infrastruktur sih yang paling penting, karena di Indonesia masih kurang memadai. Jumlah stasiun pengecasan masih sangat terbatas jika dibandingkan SPBU, jadi banyak masyarakat yang merasa kesulitan. Kalaupun masyarakat mengecas di rumah, tentu akan memakan biaya yang cukup banyak dari tagihan listrik, jadi banyak orang yang berpikir dua kali untuk memiliki kendaraan listrik.
Raga Syanaka
Finance Staff
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Sebenarnya ada plus dan minusnya sih. Kalau plusnya, kan yang lo tau sekarang kendaraan udah kayak kebutuhan primer ya, bahkan dalam 1 rumah bisa punya kendaraan lebih dari satu karena tuntutan buat kemudahan mobilitas gitu. Dari banyaknya kendaraan, kalau masih gunain bensin itu kedepannya sumber daya yang sulit dalam arti butuh waktu lama buat dibentuk atau diurai karena kan bensin, jadi kedepannya kalau banyak yang butuhin jadi akan terbatas. Makanya sekarang kenaikan BBM itu jadi hal yang sensitif kan. Dalam hal ini, kalau ada kendaraan listrik bisa ngebantu banget buat meminimalisir keterbatasan sumber daya minyak itu.
Kalau minusnya sih gue sadar akan lingkungan Indonesia dalam arti penunjang buat kendaraan listrik masih terbatas kayak perlu adaptasi dan sosialisasi yang masif.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Gak juga, soalnya kan listrik dihasilkan juga butuh batu bara. Kalau gak diselingi sama kebijakan pemerintah dalam mengatasi kebutuhan kendaraan listrik yang besar akan balik lagi ke seperti kebutuhan minyak. Semakin banyak kebutuhan listrik, semakin banyak bahan baku untuk menciptakan listrik, seperti batu bara.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Kayaknya butuh waktu lama dilihat dari infrastruktur, akses ke daerah2 masih sulit kayak jauh soalnya baterai yang digunakan mobil listrik juga memiliki batas usia pemakaian. Kalo di banyak daerah masih sulit aksesnya gimana nanti kalau baterainya udah melewati batas waktunya harus diganti, terus baterai yang gak kepake harus dibuang dan jadi menimbulkan sampah elektronik. Kalau pemerintah gak mikirin tempat khusus buat sampah elektronik, bisa-bisa sampahnya gak diperhatiin dan bisa kesebar gitu-gitu aja. Makanya gue kayak sadar akan infrastruktur Indonesia sih.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Sumber daya mencukupi apakah menandakan suatu negara itu cakap untuk mengelola sumber daya tersebut? Mengelola dalam arti dari mulai menciptakan sampai bertanggung jawab atas efek yang dihasilkan dari memanfaatkan sumber daya tersebut seperti dampak ke lingkungan. Jd sebenarnya ini kayak sebuah pisau bermata dua. Dibilang dikejar mungkin harus karna sebagai sumber daya cadangan artinya kayak masyarakat bisa menggunakan bensin dan listrik. Jadi mungkin bisa sebagai penyeimbang.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Ya itu tadi, kalau kendaraan pribadi jadi meningkat bisa buruk dong tentunya, makanya pemerintah juga harus sadar buat menciptakan kemudahan transportasi publik. Gak hanya fokus ke satu sudut pandang. Lebih sensitif lah.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Yang diperhatiin pemerintah lebih ke infrastruktur sih. Kalau infrastruktur merata kemungkinan port pengisian baterai bisa mudah juga, selain itu harus tau profil/karakteristik pengemudi masyarakat Indonesia. Oiya, jangan lupa kebijakan atas bahan baku listriknya juga diperketat, kadang Indonesia aji mumpung.
Yasmin Aurellia
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Untuk saat ini dan mungkin beberapa tahun ke depan, bagi gue peran mobil listrik belum bisa menggantikan peran mobil berbahan bakar bensin. Meskipun gue pribadi tertarik untuk beli mobil listrik, tapi gue rasa harus tetap dilengkapi dengan mobil ber-BBM karena berdasarkan yang gue pahami, mau seberapa besar kapasitas baterai yang ada di EV meski sudah dalam long-range pun, dari sisi maintenance tetap lebih mudah untuk ngurus kendaraan ber-BBM terutama untuk perjalanan jauh.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Gue percaya kalau apapun yang merujuk pada go-green pasti ada aja cons yang merusak lingkungan juga. Contohnya kayak EV ini, kita perlu menambang nikel untuk pemasok listrik. Meskipun udah ada PLTU atau PLTS, tapi kita tetap masih bergantung pada batu bara. Terus juga, kalau EV kan kita perlu ganti baterai per-5 tahun. This might seem easy, cuma harus dipikirin juga nantinya limbah baterai ini akan dibuang kemana? karena untuk saat ini pun limbah baterai entah itu A3 atau A2 dibuang gitu aja, belum ada tempat recycle khusus untuk baterai ini. So, is EV the solution? Bisa-bisa aja. Tapi masih ada cons yang perlu kita pikirin. Jangan sampai ketika satu permasalahan selesai, timbul masalah baru di kemudian hari.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Mulai siap sih, “Mulai” ya. Tapi per-tahun ini sih menurut gue belum. Karena dari SPKLU sendiri belum merata, bahkan untuk wilayah Jabodetabek sekalipun. Padahal kan rata-rata pemilik EV berasal dari sini, entah itu untuk pulang-pergi kantor atau apapun. Jadi menurut gue, SPKLU harus sebanyak pom bensin untuk Indonesia benar-benar “siap” transisi ke EV.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Kalau emang kita (Indonesia) mau ngikutin perkembangan teknologi, mau nggak mau kita harus ngejar EV, sih. Apalagi kita jadi salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia, bahkan TOP #2 ya kalau gak salah? Jadi kalau kita mau ekspansi terus-terusan, meningkatkan perekonomian negara, mau-nggak mau kita harus kejar perkembangan EV juga. Jadi menurut gue ya.. mau-nggak mau harus kejar industrialisasi, gitu. Apalagi kalau pemerintah mau subsidi EV, pasti makin gila-gilaan lagi. Ditambah pastinya supplier baterai itu bakalan dari negara kita sendiri.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Sebenernya mau transisi menjadi EV atau enggak, Indonesia masih car-centric. Jadi mau lo pindah ke EV atau enggak pun, Indonesia masih akan tetep banyak mobil. Kalau mau ngurangin mobil, then harus diubah pola pikir (masyarakat Indonesia) dari yang apa-apa naik mobil jadi “lebih enak naik kendaraan umum dibanding naik mobil ya”. Jadi untuk sekarang menurut gue, mau diganti ke EV atau enggak pun akan tetap banyak mobil selama Indonesia masih “car-centric”.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Untuk saat ini kan orang-orang pada pindah ke EV karena mereka “menggiurkan” ya, dalam artian para penggunanya dikasih privilese tertentu; bebas dari ganjil-genap, terus pajaknya juga murah. Itu juga yang sebenarnya jadi salah satu alasan gue mau pindah ke EV sih, haha. Tapi yaa, kalau nanti EV udah banyak, pajaknya juga bakal naik, terus kena ganjil-genap juga. Tapi maybe untuk hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum Indonesia transisi ke EV secara masif adalah SPKLU-nya yang jadi poin utama, lalu harus siap manufacturing dari baterai, dan juga SDM untuk EV maintenance seperti bengkel listrik yang mana belum umum di Indonesia (terutama karena mesin kendaraan biasa berbeda dengan mesin EV).
Alfarel Ridwan Syaifullah
Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Aku sendiri gak menentang soal kendaraan listrik karena bagaimanapun juga, EV ini akan lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar bensin.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Secara Individu, balik lagi ke pernyataanku tadi, yes EV ini bisa jadi solusi atas masalah lingkungan.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Nah, aku ngeliat permasalahannya justru disini. Menurutku, Indonesia belum siap melakukan peralihan ke kendaraan listrik. Kenapa belum siap? Karena root-problem atau hal fundamental yang perlu diperbaiki sebelum mentransisikan kita (masyarakat Indonesia) menjadi pengguna kendaraan listrik tuh belum terpenuhi. Karena menurutku, masalah di Indonesia saat ini adalah dependency kita terhadap penggunaan kendaraan bermotor (BBM), bahkan untuk yang jaraknya dekat sekali pun. Contoh simple-nya untuk pergi ke Indomaret, masyarakat Indonesia lebih milih naik motor dibandingkan harus jalan kaki 10 menit. Padahal, kalau di negara lain yang punya pedestrian lebih baik, jalan kaki 10 menit tuh masih dapat dijangkau.
Aku ngeliatnya permasalahan ini udah struktural banget, dari pemerintah yang gak peduli dengan pedestrian, juga dari masyarakatnya yang punya “car-dependency” yang tinggi. Dan yang paling ku gak suka sebenarnya adalah opini-opini yang bilang kalau negara kita gak cocok untuk jadi negara “pejalan kaki” dengan alasan kita negara tropis. Dulu aku juga sempat berpikir hal yang sama, namun setelah aku pelajari dan Alhamdulillah kemarin berkesempatan untuk ikut program IISMA ke Eropa, aku ngeliat kalau ternyata negara 4 musim juga punya struggle-nya sendiri dalam berjalan kaki terkait faktor cuaca. terutama waktu musim dingin yang dingin-nya menyakitkan banget (bikin susah jalan kaki & harus pakai baju berlapis-lapis). Jadi menurutku, pernyataan kalau negara kita gak cocok dengan budaya “berjalan kaki” is invalid. Itu lebih ke kitanya aja yang gamau dan ditambah infrastrukturnya yang belum memadai.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak. permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Menurutku gak perlu karena fundamental problems-nya belum diselesaikan oleh pemerintah. Seperti yang sudah di-state dari sini, oke industrialisasi EV bisa memperkuat perekonomian negara. Tapi, di sisi lain penambangan nikel secara masif dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan hidup masyarakat sekitar. Dampak permanen kan gak bisa diperbaiki lagi setelah hal tersebut udah terjadi, berarti udah jelas banget kalau risk dari industrialisasi EV ini lebih tinggi dibanding outcome-nya. Kenapa aku bilang gitu? Karena sebenarnya, ekonomi siapa yang benar-benar diperkuat dengan adanya industrialisasi EV ini, sih?
Pengukuran perekonomian negara sampai saat ini kan memakai GDP (Gross Domestic Product) ya, dan GDP ini selalu jadi perdebatan apakah sudah jadi pengukuran yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau tidak. Karena logikanya, GDP hanya mengukur rata-rata pendapatan dari negara tersebut. Jadi misalnya ada A – orang kaya dan B – orang miskin, si orang kaya ini kan berbeda pendapatannya dengan si orang miskin, si A 10 juta dan si B 5 juta misalnya. Berarti rata-rata pendapatan mereka jika dianalogikan dengan GDP negara kan 6 juta. Misal di tahun berikutnya pendapatan si A naik jadi 12 juta tapi B gak naik, nilai GDP negara akan ikut naik dong karena yang diambil adalah nilai rata-rata pendapatan negara, meskipun si orang miskin tadi gak mengalami peningkatan pendapatan sedikit pun.
Jadi, kalau ditanya apakah industrialisasi baterai bisa memperkuat perekonomian negara, sebenarnya ekonomi siapa yang diperkuat? Apakah cuma segelintir orang saja atau benar-benar perekonomian masyarakat secara merata?
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Bener banget kalau jumlah kendaraan di jalan akan segitu-segitu aja dan yang akan menjadi pembeda adalah bahan bakarnya yang berubah jadi listrik. Jadi menurutku, ini hal yang buruk karena pemerintah tidak menyelesaikan fundamental problem-nya, yaitu car-dependency kita dan terlalu banyaknya mobil di jalan raya. Jadi menurutku, even udah transisi ke EV-pun, macetnya gak akan berkurang, dan bahan bakar pun akan tetap terbuang (yang kemudian jadi limbah).
That’s why dalam kasus ini, aku berpendirian kalau seharusnya pemerintah menyelesaikan perbaikan infrastruktur transportasi publik dan pedestrian terlebih dulu sebelum melakukan transisi ke EV.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Transisi kendaraan listrik ini harusnya bisa dimulai dari transportasi publik. Di Eropa-pun, sepengetahuanku, bahkan belum semua negara di sana memakai bahan bakar listrik untuk transportasi umumnya. Baru ada di Belanda dan negara-negara Skandinavia lainnya aja yang memakai bahan bakar listrik untuk transportasi umum. Ketika transportasi umum yang mereka transisikan menjadi berbahan bakar listrik sudah berjalan baik, barulah mereka mengkomersilkan kendaraan listrik kepada masyarakat.
Tapi, gak ada perubahan signifikan dari kondisi mereka itu karena orang-orang disana tidak terlalu menggunakan mobil dalam keseharian mereka. Jadi, sehari-hari mereka tetap menggunakan sepeda atau berjalan kaki meskipun sudah punya mobil listrik. Ini yang harusnya jadi fokus utama pemerintah Indonesia jika memang niat dari transisi kendaraan listrik ini adalah untuk mengurangi polusi dan menyelamatkan lingkungan.
Rania Andjani
Mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Kendaraan listrik emang lagi trend banget, sih. Apalagi kalau kita lihat dari transaksinya per-2022 kemarin melonjak drastis kan. Terus kalau kita lihat dari visi jangka pendeknya sih menarik ya untuk menekan emisi karbon. Di sisi lain, kendaraan listrik ini nyaman juga karena gak ada suara bising knalpot buat ngeluarin emisi gas itu. Cuma karena kita ada di Indonesia, aspek dampak lingkungan, kemacetan, dan harga masih perlu diperhitungkan, sih.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Iya, mobil listrik bisa jadi solusi dalam mengurangi bahan bakar fosil. Tapi, mobil listrik kan berasal dari bahan baterai lithium yang berbahan baku nikel, tantangannya adalah pengelolaan limbah tersebut, kalau salah ya bisa jadi ancaman bagi lingkungan laut, seperti segitiga karang dunia.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Untuk 1 – 3 tahun ke depan mungkin belum siap-siap banget. Terutama karena beberapa issues ini yang mau aku highlight:
Manajemen Limbah Nikel di Indonesia Belum Memadai
Bahan baku nikel kan penyokong mobil listrik ya, sedangkan manajemen pembuangan tailing (sisa proses pengolahan nikel) di Indonesia itu mayoritas masih memakai deep sea tailing disposal, dimana limbah pabriknya dibuang dulu lewat pipa ke dasar laut. Katanya sih buat ngehemat biaya ya, biar praktis aja gitu. Cuman, udah ada jutaan ton limbah yang dibuang negara tiap tahunnya. Dampaknya banyak, seperti rentan terjadinya up-welling (air dari dasar laut berganti ke bagian laut yang lebih tinggi), sehingga mempercepat terjadinya sedimentasi yang luas, terjadinya kematian ikan secara masal, keracunan, terus dari logam berat yang tercampur dengan air laut dapat terjadinya biomagnifikasi, hingga sampai menyebabkan kerusakan sel otak pada manusia yang mengkonsumsi ikan dari air laut yang tercemar tersebut, terus ada bakteri arsenic yang sebelumnya belum pernah terjadi, warna laut juga jadi kemerahan, dan berimbas pada nelayan secara langsung.
Eksploitasi lahan Tambang Nikel
Udah lebih dari 500.000 hektar lahan di Sulawesi rusak akibat dari eksploitasi tambang nikel ini, itu baru di satu pulau aja. Belum yang lain. Dampaknya? Emisi karbon yang dihasilkan mencapai 178 juta ton atau sama dengan emisi karbon di Kota Jakarta selama setahun.
Marak di Kalangan Pejabat
Iya, buat golongan menengah ke atas mungkin siap-siap aja, tapi kalau buat tipikal orang yang berorientasi pada return on investment banget alias berharap keuntungan yang tinggi dari kepemilikan mobil listrik padahal mobilitasnya rendah, kayanya belum siap deh. Takutnya nanti jadi ngeluh aja gitu, hehe.
Jadi, jangan sampai beli mobil listrik ini cuma ikut-ikutan tren atau cuma karena tekanan regulasi dari pemerintah aja. Pastiin dulu kesiapan pribadi sampai dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan kelak.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Sebetulnya yang perlu disorot tuh tujuan atau objectives dari percepatan program KBLBB sih, harus diedukasi ke orang-orang. Transisi ke mobil elektrik dengan instruksi dari pemerintah aja tanpa memerhatikan dari fungsi transportasi publik yang lebih mendesak, bakal lebih nunjukkin kesan kalau transisi ini tuh lebih ke “gaya” sih sebetulnya. Jadi, kuncinya disitu, kalau mau dikejar (industrialisasinya) gapapa, asal gak ngerugiin banyak pihak kelak.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Bisa jadi buruk sih, menurutku. Mengingat program yang direncanakan pemerintah kan cuma seputar subsidi atau insentif aja, dan itu gak menyelsaikan masalah kemacetan, terutama di pusat kota. Mungkin kedepannya bisa ada kebijakan yang jadiin penggunaan mobil listrik hanya di hari-hari tertentu aja gitu, mungkin kayak ganjil-genap? Supaya bisa mendesak juga ke pemakaian transportasi umum nantinya.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Ada beberapa poin sih; kalau memang tujuannya untuk meringankan emisi CO2, menurutku transisi EV ini bisa dimulai dari transportasi umumnya yang dibuat senyaman mungkin supaya masyarakat kita terbiasa dengan transportasi umum + bisa jadi solusi kemacetan. Di sisi lain, dengan membiarkan masyarakat ngerasain kendaraan bertenaga listrik terlebih dahulu, mereka bisa tertarik dan kemudian beli juga. Terus bikin SPKLU-nya juga harus merata, jadi walaupun sifatnya evolutive juga lebih tertata.
Kemudian, manajemen pengolahan limbah juga harus diperhatiin. Mulai cari cara alternatif yang gak merusak ekosistem, contohnya seperti bendungan tailing atau limbah padat semacam adsorpsi atau penjerapan. Kemudian, masyarakat perlu dikasih edukasi terkait konsumsi kWh dengan kebutuhan mobilisasi mereka karena menyangkut biaya yang akan masyarakat keluarkan nantinya. Lalu, dibuatnya regulasi terkait kepemilikan mobil listrik supaya orang-orang yang beli mobil listrik ini harus paham dulu gimana sih maintenance mobil listrik yang baik agar gak sia-sia, mungkin bisa dengan mengadakan kontrak pembelian tambahan. Terakhir, mungkin sembari kita cari alternatif bahan bakar lain kali ya? Contohnya kayak yang di ITB pernah melakukan penemuan superkapasitor dari pengelolaan kelapa sawit menjadi non-carbon.
Hasyahuna Drupadi Dewi
Customer Relations at Lamudi
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Sebagai pengguna transportasi publik, saya cenderung kurang mendukung. Walaupun di satu sisi bisa mengurangi polusi, namun masalah lain kayak kemacetan kemungkinan besar akan semakin parah. Saya juga memprediksi kebutuhan energi Indonesia akan melonjak kalau kendaraan listrik ini mulai diimplementasikan. Daripada berfokus ke sana, akan lebih baik kalau pemerintah fokus untuk pengembangan energi baru terbarukan, memperbaiki kualitas transportasi publik, dan mengurai kemacetan.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Menurut saya, mungkin sedikit ya dapat mengatasi masalah lingkungan. Tapi akan pada dasarnya listrik juga kita produksi dari energi fosil ya. Sebenernya gak signifikan jadinya. Seharusnya pemerintah berfokus untuk coba memperbaiki transportasi publik jadi orang gak memiliki keinginan lagi untuk beli mobil.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Kalau sekarang belum ya. Mungkin beberapa tahun ke depan kalau bauran energi di Indonesia udah gak cuma menitikberatkan ke energi fosil aja.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Balik lagi ke jawaban saya sebelumnya, apapun yang berlebihan itu gak baik. Jadi menurut saya, sebelum produksi massal besar-besaran dari sumber daya nikel. Pemerintah sudah seharusnya bikin rencana yang lebih sustainable jadi dampak lingkungan yang dirusak karena sumber daya yang dikeruk berlebihan itu bisa diantisipasi.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Tidak sih kalau menurut saya. Masalah lainnya kayak kemacetan akan terus ada.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Pemerintah harus bisa memperhatikan sistem pengelolaan sumber daya yang menyokong mobil listrik ini secara lebih berkelanjutan. Pemerintah juga harus berfokus untuk mengatasi masalah kemacetan, khususnya di wilayah kota-kota di Indonesia. Pemerintah juga harus mulai mengembangkan energi baru terbarukan kayak panas bumi atau bioenergi atau pembangkit listrik tenaga sampah.
Syafira Handayani
Student in STIE
Bagaimana pendapat Anda mengenai kendaraan listrik?
Setuju sih karena kan polusinya lebih sedikit ya jadi lebih ramah lingkungan sebenernya.
Apakah keberadaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan?
Gak kayak cepet gitu tapi kayaknya kalau dilakukan dalam jangka waktu yang lama itu bakal berpengaruh menurunkan emisi. Cuma masalah lingkungan lain mungkin muncul kayak untuk bikin baterainya sendiri itu kan pakai galian jadinya pasti bakal ada masalah lingkungan di galian-galian itu.
Menurut Anda, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan transisi kendaraan listrik?
Kayaknya kalau sekarang sih sudah ya, kita kan harus mulai pelan-pelan untuk transisi sepenuhnya dari energi yang basisnya minyak bumi. Jadi kita bisa mulai sekarang, tapi untuk developnya emang butuh waktu yang lama.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah ruah. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar. Menimbang kedua hal tersebut, apakah industrialisasi masih tetap perlu dikejar?
Tetap sih, tapi yang harus diubah itu caranya untuk mengelola sumber daya nikel tadi gimana agar gak berdampak negatif ke masyarakat sekitar.
Besar kemungkinan, salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia adalah dengan menjadikannya affordable. Jika demikian, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat. Menurut Anda, hal ini baik atau buruk?
Ada dua sisi sih ya kalau kondisinya seperti itu. Cuma lebih cenderung ke buruk karena kalau di kota-kota besar kayak Jakarta aja, itu bakal macet banget. Beda lagi kalau penyebarluasan EV ini dilakukan di kota-kota atau wilayah kecil, itu pasti akan mempengaruhi mobilisasi setiap orang di wilayah tersebut.
Apa yang harus diperhatikan oleh pemerintah agar transisi kendaraan listrik dapat berjalan lancar?
Mungkin regulasi ya. Kalau bener-bener mau transformasi harus dibuat dengan jelas regulasi atau peraturannya agar gak timpang tindih satu sama lain dan mendukung tujuan dari mobil listrik ini. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa mobil listrik ini minim risiko bahan beracun atau B3 karena kita menggunakan baterai yang pakai lithium, nikel, dll kan.