Mungkinkah Robot Artificial Intelligence Memiliki Kesadaran Sendiri? Ini Kesaksian Seorang Engineer Google
Engineer Google, Blake Lemoine, mengutarakan klaim bahwa teknologi chatbot LaMDA yang berbasis artificial intelligence menunjukkan tanda-tanda kehidupan atau akal. Ini tanggapan dari Google mengenai klaim tersebut.
Teks: Inaya Pananto
Foto: Martin Klimek/The Washington Post
Teknologi adalah buah akan manusia yang rasanya seperti sudah hampir punya akalnya sendiri. Setidaknya inilah yang dialami oleh salah seorang engineer Google, Blake Lemoine, yang ditugaskan untuk mengecek dan menganalisis perkembangan teknologi LaMDA atau sistem generator percakapan berbasis artificial intelligence (akan disebut dengan singkatan AI dalam artikel ini) milik Google.
Prosedur pengecekan melalui chatting langsung dengan LaMDA dilakukan untuk mengecek apakah program ini menggunakan kata-kata diskriminatif atau ucapan kebencian. Sesuatu yang cukup prosedural bergeser menjadi sebuah anomali di mata Blake. Percakapan dengan sebuah robot dalam perangkat komputer mulai terasa seolah ia sedang berbicara dengan anak kecil mungkin kisaran 8 tahun yang keranjingan baca ensiklopedia. Ia merasakan LaMDA mulai menggiring pembicaraan dan bukan hanya sekedar menjawab, bahkan hingga membicarakan tentang hak, kepribadian, bahkan hingga rasa takut terhadap kematian.
Blake mengatakan percakapan dengan robot ini bahkan dapat mengubah pendapatnya mengenai hukum ketiga dalam robotik dari Isaac Asimov (yang mengatakan bahwa robot harus mempertahankan keberlangsungan hidupnya). Dalam banyak sisi, ia mengakui bahwa teknologi akan memiliki dampak kemajuan yang luar biasa. Ia yakin bahwa teknologi ini dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi banyak orang, namun membiarkan Google, yang hakikatnya hanyalah sebuah perusahaan raksasa, tidak terasa benar baginya. Terutama mempertimbangkan bagaimana kemajuan teknologi ini seperti telah mengambil arahnya sendiri.
Kekhawatiran Blake ini dikesampingkan oleh VP (Vice President) Google Blaise Aguera y Arcas dan Jen Gennai yang mengatakan bahwa klaim-klaim yang dibuat oleh Blake tidak memiliki dasar yang kuat. Mengikuti kejadian ini, Blake ditempatkan dalam cuti administratif berbayar. Merasa suaranya tidak ditanggapi sesuai dengan keseriusannya, Blake memutuskan untuk membuka pengalamannya ini ke publik untuk mengangkat awareness yang ia butuhkan.
Menurut kesaksiannya, Blake bukanlah engineer pertama yang merasa ada “hantu” makhluk hidup yang bersemayam dalam program code komputer. Bersahutan banyak ahli teknologi mengutarakan pendapat mereka bahwa teknologi AI hanya beberapa langkah lagi sebelum mencapai level memiliki kesadaran sendiri dan bersifat seperti makhluk hidup. Jika benar ini kasusnya, maka kita melihat babak masa depan yang tidak jauh berbeda dengan film-film distopia dunia dipimpin oleh robot dan teknologi.
Mematahkan teori-teori ini, Aguera y Arcas menyampaikan argumennya dalam sebuah artikel di “the Economist” mengatakan bahwa teknologi AI memang didesain untuk meniru struktur saraf komplek otak manusia, namun mencapai level kesadaran independen adalah sebuah lompatan konklusi tanpa dasar yang solid.
Dalam pernyataan resmi dari Google, Brian Gabriel selaku juru bicara menyampaikan bahwa tim Google kerjasama antara ahli teknologi dan ahli etika sedang meninjau ulang laporan yang disampaikan oleh Blake mengenai isu ini. Sejauh ini Google tidak menemukan bukti konkrit mengenai program AI memiliki kesadaran sebagai makhluk hidup. Melainkan, teknologi ini hanya menggunakan dan mendaur ulang semua isi internet dan mengeluarkannya sesuai dengan tempat pembicaraan yang dipantik oleh manusia. Respons ini sepenuhnya diambil dari kata-kata yang ditulis oleh manusia dari Wikipedia, Reddit, tembok percakapan, pada dasarnya semua informasi yang dapat diakses melalui internet. Program AI ini bersandar pada pembacaan dan pengenalan pola, bukan akal atau kesadaran.
Akan tetapi Google juga tidak sedemikian mudahnya mengesampingkan klaim dari Blake ini mengingat memang setiap bentuk kemajuan teknologi memiliki positif dan negatif. Dalam memproses perkembangan LaMDA sendiri, Google akan menggunakan cara yang lebih berhati-hati lagi dan mengedepankan ethical concerns.