Menghadapi “Tanggal Tua” dan Kecemasan Finansial Semasa Pandemi
Berbincang dengan desainer, platform digital hingga pekerja lepas tentang situasi ekonomi yang semakin tidak pasti, hingga dampaknya pada kesehatan mental kita.
Words by Emma Primastiwi
Ilustrasi: Max Suriaganda
Desain: Mardhi Lu
Bahkan sebelum memasuki masa pandemi, kecemasan finansial merupakan salah satu tantangan terbesar dalam hidup banyak orang. Kini, dengan banyaknya kasus PHK juga situasi ekonomi yang semakin tidak pasti, kecemasan itu terasa semakin berat. Pemerintah di negara-negara lain masih mencoba untuk meringankan beban penduduknya dengan mengeluarkan cek stimulus atau bahkan memberhentikan pembayaran pajak, mortgage juga sewa tempat tinggal. Walau Indonesia sudah merencanakan beberapa injeksi stimulus ke beberapa industri, dampaknya masih belum terlalu dirasakan oleh masyarakat. Karena itu, banyak orang yang merasa putus harapan karena tidak bisa menafkahi diri sendiri maupun keluarga dan, dalam beberapa kasus ekstrim, rasa putus asa tersebut mendorong mereka untuk mengakhiri hidupnya. Melihat besarnya dampak situasi finansial terhadap kesehatan mental seseorang, kami berbincang dengan beberapa pekerja, mulai dari desainer, karyawan platform digital hingga pekerja lepas tentang situasi ekonomi kita yang semakin tidak pasti, hingga dampaknya pada kesehatan mental kita.
Andandika Surasetja
Desainer & Creative Director MORAL
Ekonomi sedang berantakan, tingkat kehilangan pekerjaan juga semakin tinggi. Melalui observasi pribadi, bagaimana Anda melihat dampak situasi ini pada industri kreatif?
Sebelum pandemi, ekonomi kreatif merupakan sektor strategis dalam pembangunan nasional. Kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional terbilang signifikan. Namun, pola konsumsi society yang berubah tentu akan memberi imbas langsung pada industri ini. Sebagian pelaku industri kreatif dapat beradaptasi secara alami seiring waktu, tapi bagi sebagian lagi mungkin perlu bermutasi–lebih dari sekedar adaptasi. Perubahan ekstrem ini bukan untuk semua orang.
Dari kacamata selaku pelaku di industri mode, seluruh sistem fashion yang berlaku juga sepertinya telah runtuh. Tidak ada lagi platform trade show dan fashion show konvensional, pekan mode berubah menjadi format digital, peritel offline tengah bermimpi buruk dengan memikul beban operasional yang serius.
Dalam mengembangkan koleksi pun kini minat serta selera pasar yang tidak lagi dapat didikte dan diprediksi. Keseluruhan gaya hidup telah berubah dan sebagai pelaku di industri mode, saya harus berlapang dada memulai kembali segalanya di halaman kosong.
Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan untuk beradaptasi dalam situasi ekonomi ini?
Bertahan untuk beradaptasi atau beradaptasi untuk bertahan? Yang pasti saya dan tim mencoba untuk dapat terus berjalan dan sebisa mungkin merespon berbagai situasi dengan kepala dingin. Di masa pandemi ini, sesuatu yang relevan di suatu pekan, bisa 180 derajat berubah di pekan selanjutnya. Maka yang bisa dilakukan ialah membuat keputusan yang mindfull dan dapat dipertanggungjawabkan konsekuensinya. Memastikan dapur produksi dapat terus berjalan selalu diimbangi strategi di seluruh lini, mulai dari product development hingga marketing strategy.
Setiap pekan terasa seperti proses trial and error yang tiada akhir. Seluruh sistem perlu menyesuaikan dengan keadaan dan tertib evaluasi setiap kebijakan untuk menghindari damage berlebihan jika ada kegagalan. Perlahan-lahan tentu kita akan menemukan formula yang dapat diterima baik secara internal dan eksternal sesuai perkembangan keadaan.
Seberapa besar situasi ekonomi mempengaruhi kondisi mental Anda? Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
Situasi ekonomi menjadi sangat sulit, dan kita tidak punya pilihan, kecuali belajar berkawan dengan ketidakpastian. Lebih dari sekedar tidak pasti, bahkan saat ini tidak ada yang dapat diprediksi. Bagi saya pribadi, saya hanya berusaha meniti hari ke hari secara hati-hati. Penuh pertimbangan, mengambil keputusan secara sadar, dan terus mawas diri.
Secara mental tentu ini terasa berat. Satu hal yang dapat memberi sedikit kedamaian dalam hati ialah bahwa di MORAL kami senantiasa saling menjaga. Bahwa kami bersama-sama menghadapi segalanya: bahwa saya selalu menjaga seluruh tim, dan seluruh tim juga menjaga saya.
Ketenangan adalah kunci.
Jokowi sedang mempersiapkan stimulus ekonomi agar industri kreatif tetap berjalan. Seberapa pentingnya dukungan dari pemerintah agar pengusaha-pengusaha juga pegawainya dapat bertahan hidup?
Pada hakikatnya peran pemerintah sangat penting. Sekali lagi, sangat penting. Tapi faktanya kami sudah terbiasa berjalan tanpa dukungan pemerintah. Walau demikian, untuk dapat mengembangkan usaha ke skala yang lebih besar, siapa pun tetap membutuhkan campur tangan pemerintah untuk terus maju. Begitu pula dengan kasus khusus yang terjadi saat ini, untuk bertahan di situasi pandemi tentu setiap kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha–terhadap sektor industri apa pun.
Kabar soal rencana stimulus ekonomi bagi industri kreatif ini memang terdengar seperti angin segar. Masalahnya… Seringkali aksesibilitas program serta birokrasi di lapangan tidak “semanis” gembar-gembornya. Berkaca dari situasi sebelum pandemi, maka bagi saya lebih baik tidak berharap sama sekali daripada kecewa (lagi).
Secara komunitas, hal-hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk teman dan sesama yang terpengaruh oleh situasi ini?
Ini adalah saatnya bagi para pelaku di industri ini untuk dapat berjalan bersama-sama. Untuk sementara lupakan sejenak soal kompetisi. Ini adalah waktu yang tepat untuk berkolaborasi–untuk saling memastikan bahwa kita dapat terus survive–bahu membahu saling membantu.
Dengan motivasi yang jauh melebihi dari soal keuntungan materi, tapi untuk mimpi serta cita-cita yang sama dan yang terpenting, melebihi segalanya ada banyak ‘kehidupan’ yang harus terus diperjuangkan.
Ekonomi sedang berantakan, tingkat kehilangan pekerjaan juga semakin tinggi. Melalui observasi pribadi, bagaimana Anda melihat dampak situasi ini pada industri kreatif?
Sejauh ini dari pengamatan kami sejak restriksi pandemi dimulai sampai sekarang, ada dua gelombang yang menantang para pekerja kreatif. Gelombang pertama yaitu ketika ruang gerak yang terbatas akibat PSBB. Gelombang kedua adalah situasi ekonomi dari pasar pengguna jasa kreatif yang berubah pasca PSBB seperti sekarang ini.
Keterbatasan ruang gerak memang memaksa pekerja kreatif yang sebelumnya mengandalkan ruang-ruang publik terpaksa untuk mengganti medium dan sarananya dalam berkarya. Salah satu contohnya adalah seni pertunjukan atau konser musik yang sekarang masih harus berlangsung secara daring. Namun implikasinya, tidak semua pekerja kreatif yang terlibat di dalam ekosistem pertunjukan tersebut (seperti kru panggung, fotografer panggung, dll) bisa turut berkontribusi dan menghasilkan pendapatan. Dan karena mayoritas pekerja di industri kreatif bersifat informal, jadinya tidak ada jaminan finansial yang konkret bagi pekerjanya. Sampai sekarang, masih banyak teman kami yang situasi finansialnya belum pulih dan malahan alih profesi meninggalkan industri kreatif.
Gelombang kedua menghajar segmentasi pekerja kreatif yang lainnya, yaitu mereka yang bekerja dalam proyek komisi dari klien—baik itu individu atau agency kreatif. Prioritas klien berubah, seiring kondisi finansial perusahaan klien tersebut juga menurun. Akhirnya para freelancer kelimpungan cari klien baru, banting harga, bahkan sudah banyak agency yang memotong gaji karyawannya dan tidak sedikit yang melakukan PHK.
Para pekerja di industri kreatif harus meretas tantangan ini secara kreatif. Memikirkan ulang medium dan ruang dalam berkarya yang mampu menghidupi satu sama lain. Lebih jeli dalam mencari peluang dan menciptakan demand baru dalam me-”monitize” skill-set mereka di ekonomi yang berantakan ini.
Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan untuk beradaptasi dalam situasi ekonomi ini?
Mengatur budget pengeluaran, seminimal mungkin supaya sisa tabungan bisa cukup untuk bertahan selama tidak memiliki pendapatan. Menetapkan pengeluaran hanya untuk kebutuhan esensial. Berhenti berlangganan beberapa akun yg bertujuan untuk hiburan. Mencari alternatif pekerjaan ataupun menyalurkan hobi, sebagai salah satu bentuk distraksi agar kondisi mental tetap terjaga.
Seberapa besar situasi ekonomi mempengaruhi kondisi mental Anda? Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
Tidak bisa dipungkiri, situasi ekonomi berpengaruh cukup besar terhadap kondisi mental. Setelah bertahun-tahun dilewati untuk bisa mandiri secara finansial dan membantu sekitar, lalu harus kehilangan pendapatan stabil secara tiba-tiba di segala ketidakpastian ini cukup membuat hilang arah. Dengan mobilitas yg terbatas, mencoba tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat, memastikan fase sulit ini tidak harus dihadapi sendiri dan selalu hadir untuk satu sama lain. Mengalihkan energi negatif dengan menggali hobi dan keahlian baru, juga memastikan tubuh agar tetap fit dan aktif.
Jokowi sedang mempersiapkan stimulus ekonomi agar industri kreatif tetap berjalan. Seberapa pentingnya dukungan dari pemerintah agar pengusaha-pengusaha juga pegawainya dapat bertahan hidup?
Penting. Tapi ya namanya juga pemerintah ya. Semoga semangat dan filosofinya berbanding lurus dengan implementasinya. Karena niat baik pejabat negara (apalagi setinggi presiden) seringkali terbunuh oleh keruwetan birokrasi di level implementasi.
Secara komunitas, hal-hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk teman dan sesama yang terpengaruh oleh situasi ini?
Mungkin bisa dimulai dengan memikirkan supply chain saat kita membeli sesuatu. Tanya ke diri kita sebelum kita menggunakan jasa, membeli sebuah produk atau memilih sebuah brand. Siapa yang akan terbantu? Siapa saja yang bisa merasakan manfaatnya? Apakah pembelian ini bisa mendukung ekonomi lokal?
Pola pikir itu juga yang bisa diterapkan dalam berkarya, bekerja dan membuat usaha. Bagaimana karya lo bisa memberi manfaat finansial ke orang lain? Gimana supaya keuntungan dari bisnis lo bisa lebih menyebar dan merata?
Jika kita secara kolektif menerapkan pola pikir untuk memikirkan ekosistem di sekitar, apapun yang kita lakukan, baik itu mengkonsumsi, memproduksi, melakukan inisiatif ‘for-profit’ ataupun ‘non-profit’, kita akan memberi manfaat bagi sesama.
Jordan Marzuki
Desainer Grafis
Ekonomi sedang berantakan, tingkat kehilangan pekerjaan juga semakin tinggi. Melalui observasi pribadi, bagaimana Anda melihat dampak situasi ini pada industri kreatif?
Saya merasa kita dalam tahap penyesuaian terhadap perubahan yang sangat signifikan. Seperti layaknya revolusi industri dan hal lainnya–akan banyak memakan korban, dan sangat amat kelam. Tetapi, observasi setelah empat bulan, saya sangat optimis dengan banyaknya hal-hal baru untuk melawan pandemi–dari segi inovasi, pemikiran masyarakat juga semakin kritis.
Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan untuk beradaptasi dalam situasi ekonomi ini?
Sesering mungkin menggunakan tenaga dari orang-orang di lingkungan terdekat. Dari fotografer, penulis, composer music–sebisa mungkin mengharuskan diri saya untuk membayar mereka secara profesional.
Seberapa besar situasi ekonomi mempengaruhi kondisi mental Anda? Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
Untuk sekarang, karena secara kondisi ekonomi pribadi–masih stabil, masih waras. Tetapi kerap breakdown pada saat membaca artikel dan berita kredibel yang melakukan prediksi-prediksi di masa mendatang–apalagi setelah negara-negara 1st world yang mungkin saja collapse suatu saat–apalagi di negara Indonesia ini. Tentu saja untuk mengatasinya, either berhenti konsumsi media dan denial, maaf saya tidak ada lagi solusi lain.
Jokowi sedang mempersiapkan stimulus ekonomi agar industri kreatif tetap berjalan. Seberapa pentingnya dukungan dari pemerintah agar pengusaha-pengusaha juga pegawainya dapat bertahan hidup?
Sangat penting, tetapi menurut saya hal ini tidak hanya didasari bantuan, tetapi bagaimana pemerintah bisa lebih mendalami masalah-masalah yang lebih kompleks. Contohnya, sejak Covid-19, tingkat ekspor usaha saya sangat kecil karena harga pengiriman internasional sangat tinggi, hal ini dikarenakan karena berkurangnya frekuensi penerbangan dan restriksi travel internasional–hanya logistik swasta dan premium yang dapat beroperasi. Betapa baiknya apabila biaya pengiriman untuk ekspor keluar negeri dapat keringanan untuk pengusaha-pengusaha kecil, yang mungkin rely terhadap penjualan ke luar negeri.
Secara komunitas, hal-hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk teman dan sesama yang terpengaruh oleh situasi ini?
Hampir sama dengan nomor dua. Saya sempat ngobrol dengan teman saya, bahwa kita lumayan beruntung di Indonesia. Karena untuk melakukan usaha–kita diberikan kemudahan (kalau diluar, izinnya mungkin lebih ketat). Dengan ini, kita banyak disuguhkan usaha teman-teman dari F&B, product design, sampai fashion, untuk sekarang ini, saya sangat prioritaskan untuk membeli dari teman-teman saya, dan memang semoga hal kecil ini bisa membantu.
Marshella Jastine
Stylist, Creative Director
Ekonomi sedang berantakan, tingkat kehilangan pekerjaan juga semakin tinggi. Melalui observasi pribadi, bagaimana Anda melihat dampak situasi ini pada industri kreatif?
Menurut saya dampaknya sungguh besar terhadap industri kreatif, apalagi yang berfokus pada bidang jasa dan events. Pastinya yang paling terdampak secara ekonomi dan secara perkembangan industri itu sendiri. Bagi perusahaan dan pekerja tentunya ini menjadi cobaan sekaligus refleksi diri, apa yang bisa kita usahakan dari keadaan ‘terhimpit’ seperti ini.
Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan untuk beradaptasi dalam situasi ekonomi ini?
Tentunya beradaptasi, dengan memikirkan cara-cara baru yang sesuai dengan keadaan seperti ini, menyiasati cara berkreasi dengan protokol sesuai pandemi. Menyederhanakan banyak hal untuk bisa lebih straight forward dan mudah dicerna, tentunya mindful terhadap keadaan sekitar juga. Secara ekonomi, tentunya lebih cermat dalam business, mengalokasikan dan memprioritaskan hal-hal yang perlu. Merampingkan hal-hal yang tidak terlalu urgent. Ibarat merawat tanaman, mengurus atau menyiram secukupnya, memangkas dahan mati atau dahan liar. Agar pertumbuhan yang baik dapat dijaga di tengah krisis.
Seberapa besar situasi ekonomi mempengaruhi kondisi mental Anda? Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
Awal-awal ketika corona confirmed di Indonesia, tentunya tiba-tiba semua orang masih dalam fase kaget, begitupun saya. Cara saya mengatasi adalah dengan berpikir positif, memikirkan hal-hal yang seperlunya, menjalani hari per hari, dan bersyukur dengan segala yang sudah dimiliki dan dicapai saat ini, dan yang terpenting memilah untuk menyerap informasi mana yang baik dan tidak, hoax atau bukan. Membatasi jarak sehat dengan dunia maya, intinya itu. Karena saya aware dengan muncul-muncul issue dunia, yang sangat bisa mengancam kesehatan mental kita.
Jokowi sedang mempersiapkan stimulus ekonomi agar industri kreatif tetap berjalan. Seberapa pentingnya dukungan dari pemerintah agar pengusaha-pengusaha juga pegawainya dapat bertahan hidup?
Cukup penting, tapi tentunya pemerintah juga memiliki berbagai agenda untuk menjaga stimulus ekonomi yang mungkin dianggap lebih darurat. Saya pribadi tidak berharap banyak, tapi akan sangat baik jika bisa disediakan sarana dan prasarana untuk berkreasi dengan cara baru, secara online tentunya. Tetapi, yang terpenting bagaimana komunitas industri kreatif bisa juga mempertahankan nilai-nilai tanpa menjadi terlalu gegabah dan menggunakan segala cara untuk bertahan. Karena belakangan saya melihat maraknya bisnis online mikro yang memang sangat bagus untuk perekonomian, tapi beberapa juga sudah tidak mempedulikan kreativitas dan orisinalitas. Mungkin ini bisa membuat pasar menjadi jenuh dan memperlambat pertumbuhan industri kreatif, karena bagaimanapun industri kreatif dan mikro merupakan salah satu faktor besar yang men-trigger ekonomi negara kita.
Secara komunitas, hal-hal kecil apa yang bisa kita lakukan untuk teman dan sesama yang terpengaruh oleh situasi ini?
Kalo saya pribadi, dengan mendukung bisnis-bisnis lokal di sekitar saya, melakukan diskusi antar pekerja industri sekaligus membagi siasat. Menjaga ekosistem bekerja atau berkarya yang sudah dimiliki sebaik mungkin dan menuruti protokol kesehatan yang ditentukan. Belajar untuk lebih realistis dan tidak apatis. Saya sangat berharap bahwa kita dapat menerima masa ini sebagai momen refleksi diri dan perbaikan. Lakukan apa yang bisa sekarang, step by step, day by day, slowly but surely.