Melihat Budaya Merayakan Tahun Baru Cina dan Tentang Keberagaman
Menceritakan latar kultural dalam merayakan Tahun Baru Cina serta pandangan akan iklim keberagaman sosial di Indonesia bersama William Gozali hingga Ramengvrl.
Words by Whiteboard Journal
Desain: Kania Thea
Kali ini perayaan Chinese New Year diwarnai oleh tahun Babi. Setiap tahunnya, perayaan ini selalu menjadi momen terbesar bagi masyarakat keturunan Tionghoa untuk mengucap syukur dan harapan dalam menjalani tahun yang baru ini dengan penuh keberuntungan. Kebiasaan dan tradisi unik pun banyak dilakukan dalam perayaan ini. Namun seperti apakah perayaan imlek di era modern kali ini dengan latar belakang kultural yang beragam? Dan bagaimanakah peruntungan tahun ini dipercaya akan membawa keberuntungan? Kami berbincang dengan tokoh-tokoh yang merayakan perayaan ini serta membahas iklim keberagaman sosial di Indonesia yang belakangan ini masih muncul ke arah perpecahan.
William Gozali
Chef
Bagaimana latar belakang kultural Anda telah membentuk pribadi Anda hari ini?
Saya terlahir sebagai keturunan Chinese, yang saya suka adalah saya merasa darah saya darah petarung. Darah survivor. Didikan ayah keras seperti militer. Didikan ayah bukan didikan yang seperti Kak Seto/gaya orang tua zaman sekarang kalau mendidik anak tidak boleh pakai kekerasan. Ayah saya itu keras sekali. Waktu kecil, saya merasa masa kecil saya itu tidak bahagia sekali. Harus kerja dari kecil. Tahu hidup susah seperti apa. Tidak boleh banyak main. Intinya harus produktif! Tidak pintar banget tidak apa-apa, jangan bodoh juga tapi. Tapi sekarang saya tahu kenapa ayah sekeras itu. Karena ayah mau anaknya saat besar itu kuat, disiplin, dan jadi pemimpin. Wejangan-wejangan dia selalu saya pegang sampai sekarang. Thanks dad. Minusnya, terlahir sebagai keturunan Chinese jadi minoritas di Indonesia dan beberapa oknum masih sulit menerima.
Bagaimana Anda telah melihat tradisi budaya Anda berkembang di era modern ini?
Pasti modernisasi menghapus nilai-nilai kebudayaan dan tradisi dari nenek moyang. Saya bukan tipe orang yang sangat mengikuti budaya. Saya hidup beradaptasi dari masa ke masa. Somehow saya tidak merasa punya tanggung jawab untuk jaga tradisi tersebut. This might sound wrong, but this is who I am. I respect it (tradisi) for sure, cuma mengikuti saja semua yang orang tua minta. Seperti mitos-mitos aneh yang tidak make sense itu. Tidak boleh bersih-bersih pas imlek. Harus potong rambut. Etc.
“Year of the Pig” tahun ini dikabarkan akan membawa hoki, apakah Anda mempercayai mitos seputar ramalan zodiak ini?
Dulu saya tidak percaya yang namanya hoki. Tapi sekarang sedikit percaya. Menurut saya ada faktor luck 10% di dalam hidup saya. The rest, you gotta earn it man..
Bagaimana Anda akan menyelenggarakan imlek tahun ini? Apakah Anda akan menjalankan tradisi lama atau mempunyai tradisi baru sendiri?
Thank God, orang tua masih hidup jadi masih merayakan tapi sekadar makan-makan aja, berbagi angpao. Tidak seperti dulu sih ke sana-sini. Putar lagu. Pasang dekorasi. Sekarang sekadar kumpul and makan. That’s enough for me. Tidak berlebihan.
Bagaimana Anda melihat iklim sosial Indonesia yang sekarang makin terpecah dan menolak keberagaman?
Tidak semua orang seperti itu kok. Circle saya menerima saya sangat baik. Hanya oknum-oknum yang kurang piknik dan punya perspektif sempit yang masih menolak keberagaman. Sisanya sih chill saja seperti saya gitu deh.
WD Willy
Ilustrator – Atreyu Moniaga Project
Bagaimana latar belakang kultural Anda telah membentuk pribadi Anda hari ini?
Latar belakang saya tentu saja dari keluarga Chinese yang berbeda di mana mama berasal dari Pontianak dan papa dari Medan yang di mana punya daerah yang berbeda, yang sehingga saya dibesarkan dengan 2 adat Chinese yang berbeda.
Bagaimana Anda telah melihat tradisi budaya Anda berkembang di era modern ini?
Selama berkembangnya zaman tentu saja kebudayaan ini selalu berubah-ubah, tapi tetap tidak menghilangkan budaya asli turun-temurunnya. Tetap berkumpul keluarga di rumah salah satu anggota keluarga yang tertua.
“Year of the Pig” tahun ini dikabarkan akan membawa hoki, apakah Anda mempercayai mitos seputar ramalan zodiak ini?
Untuk ramalan seperti itu kebetulan saya di budaya keluargaku percaya yang seperti itu dan tiap tahun pasti punya keberuntungan yang berbeda-beda.
Bagaimana Anda akan menyelenggarakan Imlek tahun ini? Apakah Anda akan menjalankan tradisi lama atau mempunyai tradisi baru sendiri?
Kebetulan tradisi di keluarga saya selalu sama seperti dahulu, berkumpul bersama keluarga besar.
Bagaimana Anda melihat iklim sosial Indonesia yang sekarang makin terpecah dan menolak keberagaman?
Tentu saja kecewa ya, di mana zaman yang semakin berkembang ini kenapa kita malah makin terpecah-belah dengan hal seperti keberagaman, bukannya seharusnya kita harus saling bertoleransi. Karena mau ras apapun, bagaimanapun kita tetap Indonesia.
Leovir
Fotografer – Atreyu Moniaga Project
Bagaimana latar belakang kultural Anda telah membentuk pribadi Anda hari ini?
Saya bersyukur dilahirkan dengan background Chinese karena banyak tradisi Chinese yang seru dan unik untuk dilakukan. Salah satunya saya memiliki sense oriental dalam berkarya.
Bagaimana Anda telah melihat tradisi budaya Anda berkembang di era modern ini?
Tidak bisa dipungkiri di era milenial ini perlahan festive dan tradisi akan Chinese New Year mulai berkurang. Terutama untuk yang hidup di daerah perkotaan. Namun senang sekali di era sekarang ini unsur budaya/tradisi Chinese justru banyak dikombinasikan dengan platform media kreatif memberikan warna yg lebih segar dan kreatif. Kedepannya berharap makin banyak yang menggabungkan unsur ini karena banyak tradisi yang bisa dieksplor lebih dalam.
“Year of the Pig” tahun ini dikabarkan akan membawa hoki, apakah Anda mempercayai mitos seputar ramalan zodiak ini?
Tidak jika diramalkan secara umum. Karena setiap orang memiliki jalan berbeda.
Bagaimana Anda akan menyelenggarakan Imlek tahun ini? Apakah Anda akan menjalankan tradisi lama atau mempunyai tradisi baru sendiri?
Lima tahun terakhir ini saya selalu berlibur di negara orang sekaligus merasakan pengalaman Chinese New Year di negara tersebut. Tahun ini saya memilih Bangkok untuk destinasi menghabiskan waktu bersama keluarga.
Bagaimana Anda melihat iklim sosial Indonesia yang sekarang makin terpecah dan menolak keberagaman?
Sangat disayangkan ada oknum yang mungkin memanfaatkan situasi untuk kepentinganya sendiri sehingga orang yang kurang mengerti ikut-ikutan. Padahal Indonesia memegang prinsip Bhineka Tunggal Ika.
Ramengvrl
Rapper
Bagaimana latar belakang kultural Anda telah membentuk pribadi Anda hari ini?
Keluarga saya campuran Cina, Jawa, Manado, dengan agama mayoritas Katolik dan Kristen. Tapi keluarga saya tidak pernah ada budaya yang terasa kental banget, jadi rasanya biasa aja. Paling cuma diminta ke gereja tiap minggu dan berdoa ke Tuhan Yesus atau Bunda Maria.
Bagaimana Anda telah melihat tradisi budaya Anda berkembang di era modern ini?
Karena tidak terlalu kena budaya apapun, saya tidak bisa jawab. Mungkin kalau dari Katolik, cuma persoalan teknis menjalankan agamanya seperti sekarang, misalnya pakai proyektor semua (tertawa).
“Year of the Pig” tahun ini dikabarkan akan membawa hoki, apakah Anda mempercayai mitos seputar ramalan zodiak ini?
Not really. I lean more to astrology.
Bagaimana Anda akan menyelenggarakan Imlek tahun ini? Apakah Anda akan menjalankan tradisi lama atau mempunyai tradisi baru sendiri?
Saya tidak terlalu merayakan Chinese New Year. Paling hanya memanfaatkan hari libur dan mengunjungi saudara tua.
Bagaimana Anda melihat iklim sosial Indonesia yang sekarang makin terpecah dan menolak keberagaman?
Lumayan khawatir cause, I’m a part of minority. Dan lebih sedih lagi karena fenomena ini tidak hanya muncul di bawah, tapi bahkan di educated and the rich. If these things keep on growing I’d probably move outside.