Makna “Adulting” dan Bagaimana Menghadapi Segala Tantangannya
Berbincang dengan aktor, musisi hingga mahasiswa tentang beranjak dewasa hingga menghadapi fase-fase hidup yang penuh kekhawatiran.
Words by Emma Primastiwi
Ilustrasi: Max Suriaganda
Desain: Mardhi Lu
Beranjak dewasa. Salah satu fase hidup yang tidak bisa kita tunda ataupun hindari. Beberapa tahun ini kita dihantam dengan situasi-situasi penuh kecemasan, kekhawatiran juga isu-isu dunia yang membutuhkan perhatian lebih. Melihat kondisi tersebut, generasi muda kita pun telah terpaksa untuk beranjak dewasa lebih cepat dari generasi-generasi sebelumnya. Walau sering dikatakan sebagai generasi yang “manja”, generasi ini memiliki kegencaran, resilience juga drive yang luar biasa besar, dan kadang, hal-hal tersebut mempunyai dampak yang signifikan pada kesehatan mental mereka. Dengan itu, kami berbincang dengan beberapa figur, mulai dari aktor, musisi hingga mahasiswa tentang pengalaman mereka dalam beranjak dewasa, hingga cara-cara menghadapi fase-fase hidup yang penuh kekhawatiran.
Adya Filly Pramesti
Mahasiswi, Content Creator
Bagaimana Anda menanggapi tahap pendewasaan? bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental anda?
Sebagai orang yang sangat extrovert, suka melakukan hal baru dan sangat aktif, tahap pendewasaan menurut aku cukup challenging. Mungkin karena semua orang saat menginjak tahap pendewasaan punya banyak goal yg perlu dicapai masing-masing. Dampak kepada kesehatan mental aku sih lumayan ngebuat down aja kadang, tapi syukurnya nothing serious.
Pelajaran terbesar Anda selama tahap “adulting” ini?
Pelajaran terbesar adalah untuk menghargai setiap waktu dan momen berharga dalam hidup kita dengan siapapun itu. Kita bener bener nggak tahu apa yang akan terjadi ke depannya jadi nikmati saja prosesnya dan hidup saat ini.
Dalam pengalaman pribadi, apakah hal yang tersulit tentang proses menjadi dewasa?
Meninggalkan kebiasaan buruk dan menjadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya. Belajar lebih bersyukur dan lebih menerima keadaan. Contoh sederhana adalah melepaskan teman-teman yang sudah tidak satu frekuensi, walaupun sulit, kadang itu yang terbaik. Atau contoh lainnya adalah belajar memikirkan perasaan orang lain dan menyadari semua hal itu bukan tentang diri kita sendiri.
Apakah satu hal yang Anda harap Anda ketahui sebelum menempuh tahap pendewasaan?
Aku harap aku tahu bahwa semua ada waktunya dan kita memang harus bersikap sesuai umur kita. Tahap pendewasaan lumayan sulit karena aku orang yang mellow dan sangat apresiatif dengan hal-hal kecil. Aku juga lumayan takut menjadi dewasa karena kita harus bergantung dengan diri sendiri. Tapi tahap pendewasaan ini sangat berarti karena banyak pembelajaran hidup di dalamnya.
Lewat pengalaman pribadi, bagaimana Anda meringankan anxiety atau kecemasan beranjak dewasa agar dapat menempuh tahap ini?
Perasaan cemas pasti ada, dan memang sesuatu yang aku rasakan tiap hari. Jujur aku pun masih di tahap belajar untuk tidak mencemaskan tahap ini tapi balik lagi, aku selalu bersyukur dengan apapun yang terjadi di dalam hidup aku. Aku rasa memang hidup kita, kita yang kendalikan dan begitupun juga rasa cemas itu sendiri. Jadi, aku mencoba untuk selalu positif dalam segala hal dan memaksimalkan waktu yang aku punya untuk melakukan hal-hal yang aku suka dan bermanfaat.
Iqbaal Ramadhan
Aktor, Musisi
Bagaimana Anda menanggapi tahap pendewasaan? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental Anda?
Menyadari kalau menjadi dewasa itu adalah pilihan, bukan sesuatu yang inevitable seperti menjadi tua. Proses menjadi dewasa itu memang sulit sih, apalagi ketika harus merombak skala prioritas dalam hidup. Belum lagi ketika harus dihadapkan sama situasi dan kondisi yang memaksa saya untuk bertanggung jawab secara penuh atas pilihan-pilihan di hidup saya. Akhirnya belajar kalau semua pasti ada konsekuensinya, entah di dunia yang ini atau yang nanti. Saya sih ngerasa masih jauh (banget) dari menjadi dewasa yang seutuhnya. Masih banyak hal-hal yang belum bisa saya sacrifice hanya karena saya ngerasa itu membuat saya senang. Karena memilih untuk menjadi dewasa pun juga gak semudah itu ternyata. Banyak pengorbanan yang harus dilakuin dari segi waktu, emosi, fisik, maupun mimpi (dalam kasus ekstrem). Makanya mungkin ini alasan gak semua orang mau melakukannya. Harus disadari kalau menjadi dewasa itu membutuhkan waktu dan tenaga yang gak sedikit. Makanya meyakini diri sendiri kalau semua butuh proses benar-benar menenangkan, setidaknya untuk saya kalau lagi mikirin masa depan yang terasa dekat tapi gak keliatan apa-apa.
Pelajaran terbesar Anda selama tahap “Adulting” ini?
Saya belajar kalau di hidup ini kita gak bisa ngebahagiain semua orang. Pasti akan selalu ada orang-orang yang gak suka, menolak, atau gak setuju sama pilihan-pilihan yang kita ambil. Tapi, persepsi orang terhadap diri kita di kepala mereka itu bukan tanggung jawab kita. Sama sekali. We will always be the villain in someone’s story. Makanya selalu berbuat baik ke diri sendiri dan orang lain itu jadi penting. Dari hal sekecil mengapresiasi acts of service mereka dengan bilang terima kasih atau meminta maaf ketika salah. Nah, ini juga penting buat saya di proses adulting. Menjadi dewasa itu mau menerima kesalahan dan mengakuinya. Sadar kalau manusia tempatnya salah, dan gak mungkin kita bener terus. Itu gunanya teman dan keluarga dan team untuk selalu mengingatkan kalau ada blunder di diri kita, supaya bisa jadi pelajaran dan diperbaiki untuk tidak diulangi. Normalise making mistakes to solely learn from it, and when you do make one, own it!!
Dalam pengalaman pribadi, apakah hal yang tersulit tentang proses menjadi dewasa?
Yang sulit itu kalau lingkungan dimana kita hidup belum siap menerima kalau kita memilih untuk menjadi dewasa. Terkadang, ketika kita sedang berproses untuk menjadi lebih baik, malah sering dianggap jadi ‘kaku’ atau tidak seasik dulu. Padahal bukan itu poinnya. Manusia akan selalu berubah skala prioritasnya seiring waktu. Dan menurut saya, ini normal banget. Apa yang tadinya penting bisa jadi enggak, dan yang tadinya enggak bisa jadi prioritas nomor 1. Makanya jangan heran kalau ada temen yang rasanya sekarang jadi jauh, padahal dulu kerjaannya ketemu setiap hari. Mungkin, diri kita di skala prioritas mereka ya udah gak setinggi dulu. Mungkin, mereka punya hal lain yang mereka anggap lebih penting di hidup mereka. Painful, I know, tapi ya memang itu adanya. Mengutip seorang teman, dia pernah bilang, “people don’t come and go, people come and grow”. I think, this is one of life’s most bitter truths.
Apakah satu hal yang Anda harap Anda ketahui sebelum menempuh tahap pendewasaan?
Semua yang kita punya akan berakhir; momen, memori, diri sendiri, dan semua orang yang kita sayangi—kalau suatu hari semua itu akan hilang dan gak bisa kembali. Menyadari kalau waktu itu gak bisa di putar balik dan yang terjadi di masa lalu cuma bisa jadi pelajaran atau penyesalan. Nothing in between. Such a simple concept, I know. Tapi hal ini baru terasa serius sampai saya kehilangan sesuatu yang gak mungkin bisa balik lagi. Sejujurnya, saya juga belum sepenuhnya menerima konsep ini sih. Untuk beberapa hal saya berharap saya bisa terus bersama mereka sampai kapanpun. Tapi ya nggak mungkin juga. Pelan-pelan saya coba belajar untuk lebih be in the moment. Tidak terlalu memikirkan masa lalu dan mencemaskan masa depan, tapi hidup seadanya aja di momen sekarang di hari ini. Rasanya jadi jauh lebih tenang. Coba aja kalau saya tau sama hal ini sebelum di titik sekarang, mungkin proses pendewasaan akan jauh jadi lebih menyenangkan.
Lewat pengalaman pribadi, bagaimana Anda meringankan anxiety atau kecemasan beranjak dewasa agar dapat menempuh tahap ini?
Percaya kalau semua butuh proses. Apapun kegelisahan yang dialami, embrace it. Menurut saya, itu artinya kita masih hidup dan menjadi manusia yang belajar ketika masih mencemaskan sesuatu. Walau kadang berat banget rasanya, saya berusaha untuk mengingat kalau saya bukan satu-satunya remaja yang punya kecemasan dalam beranjak dewasa. Saya sadar saya bukan satu-satunya anak yang waktu kecil ingin sekali jadi ‘dewasa’, lalu sekarang ketika harus jadi dewasa malah mau balik jadi kecil. Saya percaya kalau di luar sana pasti ada temen-temen yang mungkin juga ngerasa sendirian kayak saya, makanya mengingatkan satu sama lain kalau it is okay to not be okay itu penting banget. Saya juga sadar kalau kegelisahan ini gak untuk selamanya. Ya ini memang proses dan harus dijalani. Karena terkadang, the only way out is through. Kalau gagal, besok coba lagi. Kalau jatuh, kita bangun lagi. Kalau salah, kita perbaiki. Dan mencoba untuk percaya kalau suatu hari, kita akan berhasil melewati semua ini.
Kareem Soenharjo
Musisi
Bagaimana Anda menanggapi tahap pendewasaan? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental Anda?
I think in terms of adulting, I’m an early bloomer. Life kind of kept me on my toes for a bit since high school and after that it’s just been a growing process for me. To put it in perspective I think I’ve always been somewhat of a personal bummer in that I don’t let myself be comfortable with joy that much. The clouds are still there, but I think adulting has helped me differentiate which rainstorm to shade or dance to.
Pelajaran terbesar Anda selama tahap “Adulting” ini?
Life is unfair, the world owes you nothing, and our existence has no objective meaning, but I think the good thing about it is that you can create your own meaning towards life, and also that your body cannot sustain itself with only cigarettes, Indomie, and ayam geprek (learnt this the hard way).
Dalam pengalaman pribadi, apakah hal yang tersulit tentang proses menjadi dewasa?
Learning that everything has its due date.
Apakah satu hal yang Anda harap Anda ketahui sebelum menempuh tahap pendewasaan?
That being alone doesn’t help sometimes and you need to communicate how you feel to your loved ones.
Lewat pengalaman pribadi, bagaimana Anda meringankan anxiety atau kecemasan beranjak dewasa agar dapat menempuh tahap ini?
I embrace it and learn to communicate with the little sad man in my head and ask him what’s going on, sometimes he doesn’t want to talk but a few cups of iced americano would help him ease up. After that, it’s just intensive productivity that to this day I don’t know if it’s doing me any good or not. But nonetheless, being human is ultimately the biggest learning curve that we have to go through in order to get our head straight during the stages of adulting.
Nadya Syarifa
Musisi, Content Creator (@Sailormoney)
Bagaimana Anda menanggapi tahap pendewasaan? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental Anda?
Saya gak pernah sadar kapan tahap pendewasaan saya mulai. Tapi saya tahu sekarang saya baru mulai meskipun umur sudah hampir menginjak kepala tiga. Bagi saya pribadi, pendewasaan yang jelas saya rasakan setiap hari adalah jadi lebih suka introspeksi diri, atas apa saja sifat dan nilai-nilai yang diturunkan dari orang tua dan lingkungan keluarga saya yang lain. Tentu kesehatan mental juga menjadi salah satu hal crucial yang saya perhatikan di saat pendewasaan ini. Saya jadi makin memperhatikan kesehatan mental dan terus mempelajari bagaimana cara menjaganya. Kesehatan mental sangat penting dalam menelusuri pendewasaan pribadi saya.
Pelajaran terbesar Anda selama tahap “Adulting” ini?
Sejauh ini pelajaran yang terbesar bagi saya adalah bagaimana dengan mengenali diri sendiri, saya lebih bisa mengerti orang lain, menghargai orang lain, sebagaimana mereka ingin dihargai. Tentu cara-cara menghargai dan dihargai orang itu berbeda-beda. Maka dari itu mendengarkan orang lain dan mencoba untuk mengerti, tanpa harus setuju atau ikut campur, itu menurut saya hal yang paling baik yang bisa saya lakukan sebagai individu yang menjunjung tinggi toleransi.
Dalam pengalaman pribadi, apakah hal yang tersulit tentang proses menjadi dewasa?
Bagi saya hal yang paling sulit adalah menerima kalau ada hal-hal crucial yang tidak diajarkan di rumah maupun di sekolah; self-healing. Mengalami kesedihan, patah hati, dan kesakitan yang lain itu harus tau sendiri gimana caranya tanpa ada yang mengajarkan.
Apakah satu hal yang Anda harap Anda ketahui sebelum menempuh tahap pendewasaan?
Cara bayar pajak dan cara mengetahui hak-hak saya sebagai rakyat Indonesia. Karena itu cuma diajarkan di sekolah sedikit sekali. Sampai sekarang saya masih kurang tahu hak dan kewajiban yang dapat saya gunakan demi kesejahteraan hidup saya di bangsa ini.
Lewat pengalaman pribadi, bagaimana Anda meringankan anxiety atau kecemasan beranjak dewasa agar dapat menempuh tahap ini?
It’s always good to know how to unwind in your own way. Sekarang saya lebih suka yoga dan mengosongkan pikiran untuk 20 menit, atau mendengarkan musik favorit. Dan saat social media malah menambah anxiety, saya selalu bisa bertukar pikiran dengan sahabat-sahabat saya.