Komentar Diaspora Indonesia Terhadap Harapan Baru di Amerika
Berbincang dengan beberapa diaspora Indonesia di Amerika Serikat tentang hasil pemilihan Presiden Joe Biden dan Kamala Harris, harapan baru di Amerika Serikat.
Words by Emma Primastiwi
Ilustrasi & Desain: Mardhi Lu
Walau masih dilanda pandemi dan krisis ekonomi, teman-teman kita di Amerika Serikat masih harus berhadapan dengan berbagai persoalan sosial dan politik. Masih harus berjuang untuk melawan rasisme dan ketidakadilan yang datang dari administrasi kepresidenan selama 4 tahun terakhir, masa pemilihan umum yang berlangsung beberapa bulan ini menandai momen krusial di sana. Setelah membuahkan hasil, kini Amerika Serikat telah dihadapi dengan harapan baru lewat pemilihan Joe Biden dan Kamala Harris. Dihitung sebagai kemenangan bagi warga-warga imigran, POC (people of colour), juga kelompok yang termarginalisasi, Amerika Serikat berada di ambang perubahan. Melihat momen besar ini, kami berbincang dengan beberapa diaspora Indonesia di sana untuk bercerita tentang pengalaman mereka dalam mengamati masa pemilu tersebut, arti kemenangan ini pada gerakan-gerakan sosial dan politik di Amerika Serikat, hingga harapan-harapan mereka ke depannya.
Maulana Kasetra
Diplomat / Co-Host Podcast “BKR Brothers” – Washington D.C
Secara pribadi, bagaimana Anda menanggapi masa pemilu AS beberapa bulan ini?
Berada di Washington D.C. sejak masa kampanye adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Walaupun situasi kampanye dan pemilu sangat dipengaruhi oleh pandemi, antusiasme masyarakat US untuk berkontribusi dalam proses demokrasi sangat jelas terlihat. Pemungutan suara yang diikuti oleh 101 juta pemilih adalah rekor baru untuk AS dan voter turnout sebesar 66% adalah jumlah tertinggi selama 100 tahun terakhir.
Dalam 4 tahun terakhir, imigran, penerima DACA juga mahasiswa internasional memiliki gambaran yang cukup negatif. Sebagai warga asing di sana, bagaimana Anda menanggapi era baru ini?
Kampanye Joe Biden telah menyampaikan beberapa sinyal-sinyal perubahan positif terkait hal ini. Pada hari pertamanya sebagai presiden, Biden berjanji akan membuat legislasi imigrasi komprehensif yang akan memberikan jalan untuk memperoleh kewarganegaraan bagi 11 juta undocumented imigrants dan mempermanenkan program DACA yang sempat di-non-aktifkan oleh administrasi sebelumnya. Selain itu, Biden juga telah menyampaikan keinginannya untuk mendirikan mekanisme yang menambah jumlah visa pekerja/profesional dan mengecualikan mahasiswa asing lulusan program Ph.D di bidang STEM dari pembatasan visa.
Rasisme merupakan isu yang cukup besar di AS. Menurut Anda, dengan terpilihnya Joe Biden, apakah isu ini akan membaik?
Menurut saya pribadi, kalau suatu sistem tidak berjalan dengan efektif selama periode waktu tertentu, pergantian administrasi dapat memberikan peluang untuk menciptakan model atau sistem yang lebih baik.
Selain pembentukan kabinet dengan peningkatan diversifikasi perwakilan, kampenye Biden – Harris menjanjikan pembentukan National Police Oversight Commission sebagai salah satu program prioritas selama 100 hari pertama. Selain itu, dana sebesar $300 juta akan dialokasikan untuk memperbaiki sistem kepolisian melalui SAFE Justice Act untuk mengurangi mandatory minimum sentencing for nonviolent offenses dan mengurangi tingkat residivis.
Tingkat efektifitas kebijakan tersebut akan sangat menentukan bagi hubungan antar ras di AS.
Walau tidak bisa memilih secara langsung, bagaimana Anda ikut merayakan semangat kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris? Terutama Kamala sebagai sosok perempuan dan Asia pertama yang menjabat wakil presiden?
Sebagai orang Asia, saya bangga dengan terpilihnya Kamala Harris menjadi Wakil Presiden wanita keturunan Asia yang pertama. Sayangnya beberapa minggu lalu saya sedang dinas di luar ketika di DC sedang banyak sekali perayaan-perayaan. Dari yang saya tonton di media, antusiasme masyarakat sangat besar dengan terpilihnya Kamala Harris sebagai Wakil Presiden wanita pertama Amerika Serikat.
Selain itu, 25% kursi Kongres 2021 akan diisi oleh wanita. Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar Ayanna dan Rashida Tlaib of Michigan a.k.a. “The Squad” terpilih kembali, Ini juga dirayakan di berbagai kota dan sangat terlihat bahwa masyarakat menaruh harapan besar pada generasi baru politik AS. Kemenangan-kemenangan ini juga akan memberikan motivasi besar untuk kaum perempuan. We will always remember Kamala Harris’ inspiring words in her victory speech: “While I may be the first woman in this office, I won’t be the last.”
Bagaimana melihat perubahan yang diciptakan dari pemerintahan ini dalam jangka pendek dan jangka panjang?
Saya pribadi sangat tertarik dengan pernyataan Joe Biden yang menyampaikan bahwa salah satu hal pertama yang akan beliau lakukan setelah dilantik menjadi presiden adalah bergabung kembali di Paris Accord. Biden juga akan sedang merencanakan Climate Change Plan dengan anggaran $2 triliun. Perubahan iklim adalah masalah global dan sangat kompleks sehingga membutuhkan konsensus dan kontribusi semua negara dalam upaya mitigasi dan pencarian solusi konkrit. Jika Biden berhasil memenuhi janji-janji kampanyenya, ini bisa menjadi game-changer di upaya kolektif dunia untuk memerangi perubahan iklim.
Hanny Boyer
Filmmaker / BTS Photographer – Los Angeles
Secara pribadi, bagaimana Anda menanggapi masa pemilu AS beberapa bulan ini?
Saya berusaha untuk selalu tenang dan menggunakan akal sehat, tapi ada masanya semua itu hilang dari kepala. Saya mengikuti berita melalui surat kabar elektronik, tapi tidak pernah menonton debat presiden atau pidatonya. Mendengar presiden berbicara cenderung meningkatkan tekanan darah, dan saya menghindari rumah sakit di tengah pandemi ini.
Media di negara ini selalu bernuansa ekstrem dan sensasional, sehingga tanggapan masyarakat terhadap media juga berlebihan. Keadaan menjadi sangat tegang di bulan-bulan menjelang pemilihan; orang-orang mempersiapkan barang-barang pokok untuk berjaga-jaga jika keadaan memburuk, aksi kebencian menyebar ke mana-mana, dan penjualan senjata melonjak sampai persediaan habis. Memang keadaan benar menakutkan, tapi kita perlu waspada atas perilaku kita di era ini. Lebih dari sebelumnya, kita perlu kritis terhadap berita yang kita terima atau konsumsi.
Dari awal Trump membuka mulut saya sudah gatal untuk keluar dari pemerintahan sirkusnya, dan sejak Biden dinyatakan sebagai presiden terpilih saya merasa jauh lebih baik. Namun saya akan bernafas lega ketika Trump telah mengemasi tasnya. Adios Poyoso (badut)!
Dalam 4 tahun terakhir, imigran, penerima DACA juga mahasiswa internasional memiliki gambaran yang cukup negatif. Sebagai warga asing di sana, bagaimana Anda menanggapi era baru ini?
Isu rasisme bisa sangat membebani hati, dan negara ini memang membawa isu rasisme dan xenofobia yang dalam. Jadi untuk saya, semua bergantung kepada kemana kepala kita menoleh. Fokus saya selalu kepada orang-orang yang memiliki nilai-nilai moral yang baik, karena di tengah-tengah situasi yang buruk, selalu akan ada orang baik. Saya sangat beruntung untuk tinggal di kota besar seperti LA yang penuh dengan berbagai macam imigran. Saya tidak pernah menghadapi tindakan rasisme yang ekstrem. Paling hanya insiden kecil sesekali, dan seperti lalat yang mengganggu, saya acuhkan.
Rasisme dan xenophobia merupakan isu yang cukup besar di AS. Menurut Anda, dengan terpilihnya Joe Biden, apakah isu ini akan membaik?
Masalah rasisme dan xenofobia masih panjang jalannya untuk diurai, tetapi terpilihnya Kamala Harris sebagai wakil presiden wanita kulit hitam / Asia Selatan pertama merupakan langkah positif. Menurut saya, data pemilu kali ini benar-benar mengungkap masalah utama di negeri ini, yaitu kekuatan supremasi kulit putih. Trump mendapat lebih banyak dukungan dari orang kulit putih tahun ini daripada tahun 2016 meskipun semua kelalaiannya dalam menangani tugasnya termasuk pandemi yang telah menewaskan lebih dari 250.000 orang. Bisa dibilang, itu hanya mengungkapkan seperti apa Amerika sejak dulu. Alasan Joe Biden memenangkan pemilu kali ini adalah dukungan dari komunitas minoritas, terutama komunitas kulit hitam di masa-masa tersulit kampanyenya. Dia mengatakan, “Komunitas Afrika-Amerika kembali membela saya. Kamu selalu mendukungku, dan aku akan mendukungmu.” Tapi apakah masalah rasisme akan menjadi lebih baik dengan terpilihnya Joe Biden? Saya rasa tidak mungkin untuk mengubah sesuatu yang sudah mengakar dalam hanya dalam 4 atau 8 tahun. Tapi ini awal yang baik.
Walau tidak bisa memilih secara langsung, bagaimana Anda ikut merayakan semangat kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris? Terutama Kamala sebagai sosok perempuan dan Asia pertama yang menjabat wakil presiden?
Saya ikut merayakan dengan menunjukkan video pidato dari Kamala Harris kepada putri saya. Dalam pidatonya ia mengungkapkan bahwa meskipun dia mungkin wanita pertama di kantor ini, dia tidak akan menjadi yang terakhir. Saya juga memberikan informasi kepadanya bahwa di Indonesia kita sudah pernah memiliki presiden wanita sebelumnya. Ini penting karena saya ingin dia untuk perduli dengan apa yang terjadi di kedua negaranya. Kita tidak akan pernah tahu dari mana inspirasi itu berasal, siapa tau hal sesederhana ini bisa menginspirasi di masa depan. Tapi yang terutama, saya ingin dia melihat dan mengalami hal-hal monumental seperti itu secara langsung. Itu sebabnya saya membawanya ke demonstrasi penting seperti Women’s March dan protes BLM. Mudah-mudahan dengan pengalaman tersebut suatu hari dia akan memperjuangkan apa yang dia yakini dengan segenap hatinya.
Bagaimana melihat perubahan yang diciptakan dari pemerintahan ini dalam jangka pendek dan jangka panjang?
Melihat perubahan Gedung Putih sebagai metafor dalam 4 tahun ini seperti melihat rumah yang baru ditinggali oleh anak kecil dan kondisinya sangat berantakan. Banyak yang perlu dibenahi mulai dari ekonomi, lingkungan dan energi, sistem kesehatan, sistem pendidikan, sistem pengadilan, keadilan rasial, demokrasi dan reformasi pemerintah, imigrasi, pencegahan kekerasan senjata, semuanya perlu tender loving care.
Dalam jangka pendek, dampak dari pemerintahan 4 tahun terakhir ini adalah hancurnya ekonomi bagi kaum menengah kebawah dan banyaknya nyawa yang hilang karena kurangnya aksi dari pemerintahan dalam masa pandemi. Dalam dampak jangka panjang, saya tidak tau. Semoga dengan adanya pemimpin seperti ini, kedepannya menjadi pelajaran penting bagi bangsa untuk selalu mengingat pentingnya karakter dari orang yang masyarakat pilih sebagai pemimpin.
Aldwin Yusgiantoro
Analyst di BowerGroupAsia – Washington D.C
Secara pribadi, bagaimana Anda menanggapi masa pemilu AS beberapa bulan ini?
Pada awalnya, saya memiliki kekhawatiran yang besar karena ketidakpastian siapa yang akan terpilih untuk memimpin AS untuk empat tahun kedepan. Di tambah lagi, adanya isu-isu sosial dan politik belakangan ini yang membuat kondisi masyarakat di AS semakin terpolarisasi. Masyarakat di sini tidak hanya terbelah soal pilihan presiden, tapi juga terbelah dalam hal-hal lain, bahkan tentang sikap terhadap pandemi Covid-19, sehingga ada yang percaya dan mematuhi protokol kesehatan, dan ada juga yang tidak.
Syukurnya, keresahan saya saat ini sudah lebih mereda dengan hasil polling Pemilu AS yang bisa sudah kita ketahui bersama.
Dalam 4 tahun terakhir, imigran, penerima DACA juga mahasiswa internasional memiliki gambaran yang cukup negatif. Sebagai warga asing di sana, bagaimana Anda menanggapi era baru ini?
Saat ini, saya jadi lebih memiliki optimisme dan penuh harapan dengan hadirnya Presiden terpilih, Joe Biden. Karena, seperti yang dia (Biden) sering katakan, “he ran as a Democrat, he will govern for all Americans.”
Namun, tentu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Biden tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Karena, dia tidak hanya harus menjalankan tugas dan misi-nya, tapi juga harus memperbaiki masalah-masalah yang muncul di pemerintahan sebelumnya.
Oleh karena itu, masyarakat AS dan masyarakat dunia harus memberikan kesempatan dan waktu untuk Biden menjadi the agent of change and help America heal. Saya juga berharap, semua pihak dari Partai Demokrat, Partai Republik, Independent ataupun Libertarian bisa saling bekerjasama demi kepentingan bangsanya.
Rasisme dan xenophobia merupakan isu yang cukup besar di AS. Menurut Anda, dengan terpilihnya Joe Biden, apakah isu ini akan membaik?
Untuk hal ini, tentu butuh kerja keras dari Presiden terpilih Joe Biden dan masyarakat AS secara umum. Karena hal ini merupakan masalah yang sudah lama mengakar, dan tumbuh subur di pemerintahan sebelumnya. Saya yakin akan ada perubahan positif di era kepemimpinan Joe Biden. Ditambah lagi, dengan hadirnya Kamala Harris yang merupakan wanita pertama yang menjadi wakil presiden AS dan juga berasal dari keturunan Asia pertama yang pernah menjabat posisi strategis ini. Sehingga, apapun bentuk diskriminasi yang berasal dari supremasi golongan-golongan tertentu, diharapkan akan luntur dari negara ini.
Walau tidak bisa memilih secara langsung, bagaimana Anda ikut merayakan semangat kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris? Terutama Kamala sebagai sosok perempuan dan Asia pertama yang menjabat wakil presiden?
Pertama, saya merasa senang bisa melihat langsung bagaimana pesta demokrasi masih bisa dinikmati oleh warga negara Amerika. Di mana setiap warga negara di sini memiliki hak yang sama untuk menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin mereka. Karena sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang berasal dari negara-negara non-demokratis yang tidak memiliki kesempatan tersebut.
Kedua, sosok Kamala Harris yang menjadi perempuan Asia pertama yang menjabat wakil presiden itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Dalam pidato kemenangan beliau ada dua kalimat yang tidak akan saya bisa lupakan, yaitu “I may be the first woman to hold this office. But I won’t be the last” dan “every little girl watching tonight sees that this is a country of possibilities”. Dua kalimat yang menurut saya sangat powerful dan menginspirasi banyak orang. Sebagai seorang kakak yang memiliki adik perempuan, dengan sangat bangga saya bisa mengatakan kepada adik saya bahwa “the future is bright for you and all women can be leaders!”
Bagaimana melihat perubahan yang diciptakan dari pemerintahan ini dalam jangka pendek dan jangka panjang?
Untuk target jangka pendek, saya melihat administrasi yang akan di pimpin oleh Joe Biden mulai January 20, 2021 akan lebih berfokus untuk mengatasi pandemi Covid-19. Dalam hal ini, saya yakin Biden akan mengambil langkah-langkah berbasis sains dan masukan dari para ahli, seperti Dr. Anthony Fauci. Sehingga penerapan protokol kesehatan pada masyarakat seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan akan lebih ditegakkan. Setelah itu, target jangka pendek setelahnya adalah memulihkan ekonomi AS dengan berbagai strategi, seperti paket-paket kebijakan yang memberikan stimulus pada pelaku usaha untuk mengatasi masalah PHK dan perlambatan ekonomi di AS.
Selain itu, untuk target jangka panjang, Biden dan Harris akan memutar arah kebijakan-kebijakan AS dari pemerintahan sebelumnya seperti: travel ban dan juga pembatasan ekstrim pencari suaka, keadilan rasial dan reformasi kepolisian, isu lingkungan dan perubahan iklim tepatnya dengan AS bergabung Kembali di Perjanjian Iklim Paris dan memperbaiki citra kebijakan luar negeri (foreign policy) AS di mata dunia contoh nya bergabung Kembali di Organisasi Kesehatan Duni (WHO), memperkuat aliansi NATO dan mengimbangi agresi Tiongkok di Laut Cina Selatan dan Asia Pasifik.
Amalia Suryani
Saung Budaya – New York
Secara pribadi, bagaimana Anda menanggapi masa pemilu AS beberapa bulan ini?
Jujur deg-degan banget karena setelah 4 tahun Trump bisa menjadi president dan nggak bisa di impeach itu mengerikan sekali ditambah di akhir masa kampanye kelihatan pengikutnya semakin banyak dan berani tampil ke kalayak umum. Takut hasil nya akan kaya pemilu tahun 2016.
Dalam 4 tahun terakhir, imigran, penerima DACA juga mahasiswa internasional memiliki gambaran yang cukup negatif. Sebagai warga asing di sana, bagaimana Anda menanggapi era baru ini?
Kayaknya semua orang yang bisa berpikir logis terkena dampak ya, buat saya yang punya anak menakutkan banget gimana penembakan terjadi dimana-mana dan tidak ada tindakan dari president untuk mengayomi justru malah terkesan membiarkan, bukannya membuat policy gun control ini malah anak-anak disekolah diajarkan buat “lockdown” buat jaga-jaga ada intruder, guru hampir di persenjatai. Belum lagi melihat presiden yang tiap hari bully orang-orang, ini kan jadi contoh negatif buat anak-anak bahwa mengkucilkan immigrant itu tidak salah bahwa immigrant itu males, makan pajak etc. Belum lagi pas pandemi dan caranya menangani Covid-19 yang arogan dan tidak mau mendengarkan nasihat dari ilmuwan. Serem banget apalagi di NY kita bisa liat tenda-tenda mayat di depan rumah sakit karena sudah tidak bisa nampung lagi.
Rasisme dan xenophobia merupakan isu yang cukup besar di AS. Menurut Anda, dengan terpilihnya Joe Biden, apakah isu ini akan membaik?
Selama 4 tahun ini banyak orang yang jadi terbiasa dengan rasisme, bahwa white supremacy itu bener, bahwa POC itu numpang disini. Jadi walaupun Biden terpilih kayaknya bakal makan waktu buat mengembalikan cara pandang orang-orang pendukung Trump ini. Ya positive thinking aja deh.
Walau tidak bisa memilih secara langsung, bagaimana Anda ikut merayakan semangat kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris? Terutama Kamala sebagai sosok perempuan dan Asia pertama yang menjabat wakil presiden?
Seneng banget, setelah 3 hari sakit perut and sakit kepal takut bakal kejadian kaya tahun 2016 lagi, eh akhirnya official Biden-Hariris menang. Kita semua turun ke jalan ngerayainnya bareng2. Buat harris ini pasti buat contoh positive dan penyemangat kita-kita yang POC kalo kita bisa membuat perubahan asal mau tetep berjuang.
Bagaimana melihat perubahan yang diciptakan dari pemerintahan ini dalam jangka pendek dan jangka panjang?
Ekspektasi pendek: menangani covid, biar cepet ilang, biar anak2 bisa sekolah normal, biar temen2 bisa balik punya pendapatan. Biar ekonomi pulih pelan2
Ekspektasi panjang: mereformasi perekrutan polisi biar tidak semena-mena, memperbaiki sistem pendidikan biar orang-orang tidak rasis lagi, memperbarui daca, asuransi kesehatan biar lbh bisa terjangkau, bikin policy gun control dan policy climate change.
Azalea Johannes
Penggiat Diaspora / Community Organizer
Secara pribadi, bagaimana Anda menanggapi masa pemilu AS beberapa bulan ini?
I don’t think I’ve completely processed this unprecedented election season. An impeachment, a pandemic, primaries, protests for racial justice, a supreme court vacancy, a woman vice president-elect, a president who refuses to concede. What a year it has been.
Dalam 4 tahun terakhir, imigran, penerima DACA juga mahasiswa internasional memiliki gambaran yang cukup negatif. Sebagai warga asing di sana, bagaimana Anda menanggapi era baru ini?
I read a recent article that says that, according to an FBI report, hate crimes have reached the highest level in more than a decade. It’s not a huge surprise when these past four years we’ve seen President Trump trafficking in the kind of nativist rhetoric that emboldens hate groups. I think what this election has proven is that the majority of Americans do not stand for that kind of rhetoric coming from the highest office in the land—that we expect more from our leaders. I’m glad to be entering a new era with a president who doesn’t demonize immigrants in order to gain supporters. However, the mainstreaming of white nationalism during the Trump era still worries me. I see how white nationalism in the U.S. parallels that of Islamic extremism in Indonesia. I think both threats warrant stronger, bolder responses.
Rasisme dan xenophobia merupakan isu yang cukup besar di AS. Menurut Anda, dengan terpilihnya Joe Biden, apakah isu ini akan membaik?
The fact that Joe Biden is actually willing to acknowledge the existence of systemic racism is a promising start. Will Biden be able to root it out as promised? I’m not sure. It’s going to be an uphill battle for him as he’ll most likely be working with a Republican-controlled Senate. There are also those within the Democratic party itself who feel that his policies don’t go as far as they should. With the murder of George Floyd this year, I think Biden will work hardest to yield results when it comes to police and criminal justice reform. But the fight for racial justice goes beyond putting an end to police brutality. Will he be able to take on systemic racism in employment, education, housing, and healthcare too?
Walau tidak bisa memilih secara langsung, bagaimana Anda ikut merayakan semangat kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris Terutama Kamala sebagai sosok perempuan dan Asia pertama yang menjabat wakil presiden?
As an immigrant woman of color, Kamala Harris’ win is, of course, personally meaningful. Like many women, I grew up frequently hearing about how women were too emotional to be leaders. Messages like that still circulate today, but today’s girls will have the advantage of seeing Kamala Harris as their vice president. I think Kamala Harris serves as an inspiration to young girls as well as older women who lacked powerful female role models in their youth. The importance of representation can’t be overstated. I think no matter your political beliefs, no one can deny that this is a remarkable moment in U.S. history. That being said, I think I’m cautiously optimistic. Being a woman and belonging to minority identities doesn’t automatically guarantee that a person will deliver for those communities.
Bagaimana melihat perubahan yang diciptakan dari pemerintahan ini dalam jangka pendek dan jangka panjang?
In terms of short-term changes, Biden is planning a wave of executive orders to undo Trump’s policies, including reinstating DACA, ending the travel ban for several Muslim-majority countries, and rejoining the Paris Agreement and the WHO. As a Climate Reality Leader, I’m most eager to see the reemergence of U.S. leadership in the global fight against climate change. I’m hopeful about Biden’s ambitious climate plan to invest $2 trillion in clean energy and to get the U.S. to net-zero emissions by 2050. Biden also plans to recommit to the Green Climate Fund which supports climate solutions in developing countries like Indonesia. Besides that, there are, of course, the short-term and long-term priorities of tackling the spread of Covid-19, rebuilding the economy, and promoting vaccine confidence (A recent Gallup poll found that only 50% of Americans are willing to get the Covid-19 vaccine). However, as I mentioned before, how much Biden will be able to get done largely depends on who controls the Senate, which is likely to remain Republican. Finally, there are policy battles and then there’s “the battle for the soul of America.” I think Biden’s hardest long-term assignment will be fulfilling his promise to heal a bitterly polarized nation and restoring the American people’s trust in their institutions.