Deaf Representation Meningkat di Film dan TV, Tapi Masih Kurang di Video Game, Animasi, dan TV Anak-Anak
Representasi Tuli belakangan mulai lebih banyak ditemukan dalam media film, seperti “CODA” dan “The Last of Us”. Namun, menurut diskusi panel Deaf West Theatre, hal ini tidak sesering itu ditemukan dalam media video game, animasi, dan pertunjukan.
Foto: Babbel
Sejak film “CODA” dirilis dan memenangkan Oscar sebagai film terbaik, perwakilan Tuli dalam industri hiburan semakin diperhatikan. Film ini menjadi momen penting bagi penonton Tuli, karena merupakan representasi terbesar komunitas Tuli sejak “Children of a Lesser God” pada 1986 yang membuat Marlee Matlin memenangkan penghargaan aktris terbaik. Ada pergeseran dari keragaman untuk optik menjadi sesuatu yang lebih dalam.
Peningkatan perwakilan Tuli ini tampak dalam beberapa proyek terbaru yang menempatkan representasi Tuli sebagai fokus utama dalam alur cerita. Contohnya, sutradara James Cameron meminta C.J Jones untuk menciptakan bahasa isyarat Na’vi dalam film “Avatar: The Way of Water”. Selain itu, serial televisi HBO “The Last of Us” menampilkan Keivonn Woodard sebagai pria muda Tuli kulit hitam yang berusaha bertahan hidup dari serangan zombie. Selain itu, serial televisi Hulu “Only Murders in the Building” menampilkan James Caverly sebagai pria Tuli, dan salah satu episode diadaptasi hampir tanpa suara untuk menggambarkan perspektifnya.
Namun, perwakilan Tuli dalam video game, pertunjukan langsung, dan genre seperti animasi masih tertinggal. Hal ini menjadi fokus dalam diskusi panel Deaf West Theatre yang dihadiri oleh beberapa tokoh penting di antaranya Lauren Ridloff, Daniel Durant, Michael Epstein, Jessica Flores, Shaylee Mansfield, Erik Nordlof, dan Raven Sutton. Mereka membahas representasi komunitas Tuli dalam media dan hiburan dan mengapa itu penting bagi penonton Tuli.
Mansfield menekankan bahwa pentingnya anak-anak Tuli diwakili dalam acara televisi mereka, karena akan membantu mereka merasa lebih diterima di lingkungan sekitar. Namun, masih banyak hambatan yang dihadapi oleh komunitas Tuli, termasuk kurangnya film dengan terjemahan terbuka yang dibutuhkan oleh banyak orang Tuli.
Meskipun masih banyak hambatan yang dihadapi oleh komunitas Tuli dalam industri hiburan, Sutton tetap optimis bahwa perubahan positif dapat terjadi dengan lebih banyak percakapan, diskusi, dan inklusivitas di depan dan belakang kamera. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk membuat sesuatu menjadi lebih terbuka dan inklusif.