Bagaimana Momen Tahun Baru Imlek Mengajak Diaspora Indonesia Melihat Kembali Identitas Bangsa
Kami mengumpulkan cerita perayaan Tahun Baru Imlek dari beberapa diaspora Indonesia yang sedang jauh dari keluarga di Indonesia.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Titania Celestine & Nancy Rumagit
Ilustrasi: Mardhi Lu
Merayakan Tahun Baru Imlek seringkali diasosiasikan dengan menjalankan tradisi bersama-sama, menyantap masakan lezat, dan menikmati dekorasi serba merah. Namun, tidak semua orang berkesempatan untuk menyambut keberuntungan tahun baru ini bersama keluarga. Keadaan Pandemi hingga terbatasnya kesempatan untuk pulang mendorong banyak Diaspora Indonesia untuk merayakan Tahun Baru Imlek di negara tempat mereka tengah beraktivitas, baik karena pekerjaan maupun pendidikan. Lantas, bagaimana mereka tetap merayakan tradisi walaupun jauh dari rumah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami mengumpulkan cerita perayaan Tahun Baru Imlek dari beberapa diaspora Indonesia yang sedang jauh dari keluarga di Indonesia.
Amanda Suyanto
Student at University of British Columbia, Canada
Di tempat Anda tinggal, bagaimana suasana menjelang Tahun Baru Imlek?
To be honest, tahun pertamaku di Vancouver aku nggak terlalu banyak keluar rumah, jadi di saat itu aku juga lupa bahwa sebenarnya udah mendekati waktu Chinese New Year. Tapi di kampus, tentunya banyak murid keturunan Chinese, jadi seringkali kalian liat mereka makan bareng kalo udah mendekati Chinese New Year, you’ll see their Instagram updates and stuff. Kalo masalah dekorasi ala ala Tahun Baru Imlek di sekitar area tinggal dan kampus, there really wasn’t much.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk perayaan Tahun Baru Imlek ketika Anda tidak bersama dengan keluarga?
Biasanya, kalo menjelang Tahun Baru Imlek, Ibuku pasti udah dekorasi rumah, dan keliatan ketika kita video call. Jadi setelah itu aku tinggal antisipasi angkat telfon dari Ibu terus ngeliat wajah relatives aku, close up.
Kalo diriku sendiri aku gak terlalu hype sama Tahun Baru Imlek, lebih lowkey.
Apa yang membedakan perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri dengan perayaan di rumah?
Being with my family. Menurut aku Chinese New Year itu merupakan salah satu event dimana kamu bisa get in touch dengan identitas diri dan kebudayaan Chinese, if that makes sense. Sekeluarga besar pasti berkumpul back home, terus semuanya pake baju merah. And meanwhile, I’m just here alone.
I think it’s also mostly because, temen-temenku juga multicultural, dan cuma sekitar dua orang di friend group aku yang keturunan Tiongkok. Walaupun begitu, perayaan di sini dan di rumah just isn’t the same.
Semua makanan di rumah is home cooked, pasti Ayah ato Nenek masak. Jadi makan di restoran buat merayakan Tahun Baru di sini just doesn’t really resonate the same feelings.
Adakah suatu hal yang paling Anda rindukan dan/atau nantikan untuk perayaan Imlek tahun ini?
I don’t really think about it, I don’t have much feelings toward it. Karena ya, aku sendiri di sini, dan mikirin Imlek kadang malah bikin aku sedih dan homesick, because I know I’m not with my family.
This is the longest time I’ve been away from home dan aku udah merasa homesick banget, jadi I’m trying not to think of family dinners and family events and stuff of the like.
Sebutkan satu hidangan yang memiliki signifikan personal bagi Anda ketika merayakan Tahun Baru Imlek.
Steamed fish (tim ikan malas). Sebenernya gak ada memori yang terlalu signifikan tentang hidangan ini sih, tapi my dad cooks a lot, and he always cooks this steamed fish. Cara dia masak hidangan ini tuh enak banget. Literally the most simple thing, just fish. But wow man, so good.
Ceritakan satu momen paling berkesan dari selebrasi Tahun Baru Imlek yang menjadikan perayaan tersebut pengalaman terbaik bagi Anda.
Hmm, no specific memory tapi aku selalu mengasosiasikan perayaan Chinese New Year dengan masakan Ayah. So Dad’s cooking = home.
Menurut Anda, apakah perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri mempengaruhi identitas dan asal usul anda?
One of my friends yang orang Indo juga, they don’t really have any other friends selain orang Indo lain. Aku merasa yeah, I connect with them dan dari situ aku inget asal-usul aku. Tapi mereka tentunya bukan my closest friends.
Of course, you connect with them to get a sense of home, tapi tujuan kita di uni itu kan untuk bertemu new people, whether you want to form connections ato cuma mau belajar lebih banyak tentang budaya di seluruh dunia.
Gilbert Marco
Student at Curtin University, Singapore
Di tempat Anda tinggal, bagaimana suasana menjelang Tahun Baru Imlek?
Di daerah Saya, karena banyak populasi Indo-Chinese, jadi banyak banget yang merayakan. Jujur saking ramenya, komplek yang tadinya jalanan luas jadi sempit karena banyak orang pai ni (bahasa yang biasa dikenal masyarakat Indo mungkin ‘silaturahmi’) jadi semua tempat penuh sama mobil parkir. Selain itu juga dari suasana komplek yang diem, yang individualis,menjelang imlek, tetangga semua jadi asik, kalo ketika ketemu atau papasan pasti salam.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk perayaan Tahun Baru Imlek ketika Anda tidak bersama dengan keluarga?
Sebenarnya ini juga pertama kali buat Saya merayakan imlek jauh dari rumah, tidak bersama keluarga. Karena kondisi pandemi dan sekolah yang masih harus saya selesaikan.
Kalo diri Saya pribadi paling cuma adat-adat seperti potong rambut, pakai baju serba baru, saya ikuti karena juga menjadi tuntutan dari keluarga saya untuk tetap mengikuti tradisi.
Apa yang membedakan perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri dengan perayaan di rumah?
Kalau buat Saya sendiri, Imlek di Indonesia jauh lebih enak, ya pastinya. Namanya juga dirayakan sama keluarga. Pertama, perayaan keluarga di rumah pasti penuh makanan, makan chu xi (malam sebelum tahun baru) bersama keluarga dan di rumah juga pasti banyak kue-kue kering dan jeruk.
Sekarang karena Saya sendiri di sini, Saya beli secukupnya saja untuk diri sendiri dan mungkin untuk teman dan sahabat Saya yang ingin merayakan bersama.
Adakah suatu hal yang paling Anda rindukan dan/atau nantikan untuk perayaan Imlek tahun ini?
Sejujurnya ingin sekali pulang ke Indonesia untuk Imlek karena sekarang sudah satu tahun lamanya sejak Saya terakhir pulang, lagi-lagi karena situasi pandemi ini.
Pastinya Angpao dong yang paling Saya antisipasi, hahahaha. Tapi diluar itu awalnya saat Saya kira bisa pulang sebelum Imlek, Saya ingin sekali pergi belanja-belanja Imlek bersama keluarga Saya karena dari tahun-tahun sebelumnya Saya selalu menghabiskan waktu bersama mereka sepanjang perayaan.
Jadi mungkin bisa dibilang Saya kangen keluarga Saya ya… dan proses belanja bareng untuk kebutuhan Imlek. Karena itu udah menjadi ritual buat kita dan tahun ini jadi beda sendiri rasanya.
Sebutkan satu hidangan yang memiliki signifikan personal bagi Anda ketika merayakan Tahun Baru Imlek.
Ada satu hidangan yang selalu ada di meja makan saat Imlek di rumah keluarga Saya, yaitu haisom (teripang). Dan walaupun ini selalu dihidangkan, Saya pribadi tidak pernah ingin makan karena teksturnya yang aneh–dan menurut Saya ada bau-bau kurang enaknya juga… hahahaha! Ini Saya pribadi aja ya. Bagi yang suka haisom, silahkan keep enjoying it, just leave me out of it.
Ceritakan satu momen paling berkesan dari selebrasi Tahun Baru Imlek yang menjadikan perayaan tersebut pengalaman terbaik bagi Anda.
Pernah waktu itu, sekitar beberapa tahun yang lalu menjelang Imlek, karena Saya ini tiga bersaudara, jadi kami suka membandingkan angpao siapa lebih banyak, hahaha!
Jadi saat inilah skill cari muka dan menjilat kami tiba-tiba berkembang pesat. Pernah suatu ketika karena setelah Imlek itu Saya ada rencana pergi ke rumah teman-teman Saya, banyak orang tua mereka yang memberikan Saya angpao juga jadi Saya lah yang menang banyak-banyakan angpao hahahaha
Menurut Anda, apakah perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri mempengaruhi identitas dan asal usul anda?
Saya merasa tidak secara signifikan, karena Saya sudah mengikuti perayaan ini sepanjang hidup Saya, dan Saya sendiri pun masih mengikuti tradisi ini walaupun Saya sendiri di luar negeri, dan bahkan kadang malah belajar lebih tentang ini dari teman-teman yang memang berasal dari Cina langsung.
Madelline Nobel
Student at University of British Columbia, Canada
Di tempat Anda tinggal, bagaimana suasana menjelang Tahun Baru Imlek?
Aku di Vancouver, jadi memang disini tempatnya sangat culturally diverse dan setiap ada perayaan seperti Imlek itu, beberapa bagian kota Vancouver jadi sangat vibrant penuh festivities and decorations.
Terutama di tempat-tempat yang penduduknya mayoritas Asian, jadi di supermarket banyak yang jual angpao dan makanan-makanan tradisional Chinese. Suasananya jadi nostalgic untuk aku secara pribadi, it reminds me of home.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk perayaan Tahun Baru Imlek ketika Anda tidak bersama dengan keluarga?
Aku sendiri punya banyak teman-teman Indo di sini, yang juga ikut merayakan Chinese New Year. Jadi ketika aku sendiri di sini dan gak sama orang tua dan keluarga, biasanya aku spend the night out dan kita berbusana merah buat acara makan-makan.
Di rumah, biasanya aku mulai beli beberapa dekorasi kecil-kecilan buat bikin aku merasa more at home, dan aku juga suka beli masakan-masakan tradisional buat di rumah for me to enjoy.
Apa yang membedakan perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri dengan perayaan di rumah?
Suasana di rumah itu selalu lebih dari sehari merayakan Chinese New Year, my family would spend the holidays celebrating with friends and family, karena banyak yang suka menggelar pesta perayaan juga.
Unlike my holidays here, aku lebih sering stay at home aja dan biasanya masak makanan Chinese ato masakan Indo, terus mungkin setelahnya aku tetap dapet uang angpao, hehe. Tapi beda aja dengan menerima red envelope langsung dari tangan keluarga.
Adakah suatu hal yang paling Anda rindukan dan/atau nantikan untuk perayaan Imlek tahun ini?
I look forward to spending the day makan makanan enak bareng teman-teman dan adek yang di Vancouver juga. Sejujurnya aku kangen banget makan di rumah dan perayaan besar bareng sekeluarga di rumah.
Sebutkan satu hidangan yang memiliki signifikan personal bagi Anda ketika merayakan Tahun Baru Imlek.
For my family, setiap perayaan cultural holidays itu selalu terasa seperti gado-gado budaya soalnya keluargaku campuran keturunan Chinese sama Indonesia. Jadi ketika Chinese New Year kita selalu banyak variasi makanan dari tahun ke tahun.
Tapi satu masakan yang selalu konsisten dihidangkan ketika Chinese New Year itu Lo Hei, bagi yang kurang familiar, Lo Hei biasanya kita pake buat acara prosperity toss. Jadi kita berkumpul sekeluarga, dan di meja makan banyak pilihan sayur dan ikan, terus setelah itu kita say a few words kemudian kita toss pieces of food into the air, untuk merayakan tahun baru.
Praktek budaya itu selalu memiliki arti yang berharga dan personal untuk keluarga aku, walaupun it’s only a small tradition.
Ceritakan satu momen paling berkesan dari selebrasi Tahun Baru Imlek yang menjadikan perayaan tersebut pengalaman terbaik bagi Anda.
One of the most memorable celebrations waktu itu adalah ketika anggota keluarga besarku dari Singapura datang ke Jakarta untuk perayaan bareng-bareng. It left a really deep impression karena saat itu mungkin merupakan acara kumpul keluarga yang paling besar.
I had a great time embracing my heritage with my extended family. Dari situ aja perayaannya menjadi lebih berarti dan berkesan banget buat aku secara pribadi.
Menurut Anda, apakah perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri mempengaruhi identitas dan asal usul anda?
Iya, aku merasa ada dampaknya pada faktor identitas diriku tapi cuma to a certain extent. Beberapa perbedaan yang bisa memicu perubahan ini menurut aku itu faktor lack of family around me here in Vancouver.
Perayaan Chinese New Year itu sangat menekankan aspek kekeluargaan dan mostly it’s about family. Jadi perayaan sendiri disini kadang merasa bahwa kamu nggak merayakan secara penuh atau sama sekali.
Tapi menurut aku, komunitas di Vancouver dan teman-teman aku disini juga menjadikan aku lebih nyaman, karena mereka juga in the same position as I am. Banyak rasa familiarity yang aku temukan selama perayaan tahun baru, karena aku jadi merasa kayak sebenarnya aku nggak jauh dari rumah.
Aku juga merasa, selama aku feel connected enough to my identity and ethnicity, perayaan di luar negeri dan tinggal di luar negeri itu tidak berdampak negatif sama sekali. Karena ujungnya kembali lagi ke diriku dan perasaan ku, serta kebanggaanku sama garis keturunan dan kebudayaan aku.
Edward Ishak
Student at Indiana University Bloomington, USA
Di tempat Anda tinggal, bagaimana suasana menjelang Tahun Baru Imlek?
Untuk sekarang, saya sedang tinggal di Bloomington, Indiana. Suasana menjelang Tahun Baru Imlek di sini cukup festive di beberapa daerah kota, karena Bloomington bisa dibilang kota kampus untuk Indiana University Bloomington, di mana ada banyak international student dari Cina. Universitas ini cukup diverse dari segi budaya, jadi setiap kali ada perayaan budaya, sudah pasti akan ada acara besar.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk perayaan Tahun baru Imlek ketika Anda tidak bersama dengan keluarga?
Biasanya Indiana University kirim email kepada siswanya mengenai beberapa acara di kampus, dan dari situ saya biasanya cari acara Tahun Baru Imlek, lalu saya juga cari teman-teman dari Asia atau Asia-Amerika yang merayakan Tahun Baru Imlek. Selain itu, saya juga cari Chinese restaurant di daerah kampus yang mungkin ada bonus beberapa hari sebelum hari perayaan Tahun Baru Imlek. Beberapa international students mungkin juga jualan makanan Chinese untuk galang dana buat acara, jadi saya juga ikut beli bareng temen-temen.
Apa yang membedakan perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri dengan perayaan di rumah?
Yang bikin paling beda itu suasana di tempat yang bukan rumah bersama orang-orang selain keluarga. Sebelum pergi ke Amerika Serikat, saya sudah merayakan Tahun Baru Imlek 18 kali bersama keluarga di rumah saya (mungkin sekali-kali ke restoran atau rumah saudara). Selain itu, budaya kionghi kionghi, dapet angpao dari anggota keluarga itu tidak sama rasanya kalau bersama temen-temen.
Adakah suatu hal yang paling Anda rindukan dan/atau nantikan untuk perayaan Imlek tahun ini?
Saya sudah pasti rindu makanan yang khas di Indonesia kalau rayain Imlek. Makanan seperti ikan bandeng kukus, kue lapis legit, dll. Selain itu sudah pasti rindu merayakan bersama keluarga.
Sebutkan satu hidangan yang memiliki signifikan personal bagi Anda ketika merayakan Tahun Baru Imlek.
Salah satu hidangan favorit saya itu kue lapis legit! Saya kurang yakin apakah ini termasuk hidangan Chinese atau ada influence budaya dari Belanda, tapi kue ini sangat spesial untuk keluarga saya pada saat Tahun baru Imlek. Kebetulan Oma saya memiliki resep sendiri untuk kue lapis legit yang sudah diwaris turun-temurun haha. Sejak saya kecil, saya selalu makan kue lapis legit resep itu setiap Tahun baru Imlek, jadinya saya tidak terlalu suka makan kue lapis legit buatan orang lain.
Ceritakan satu momen paling berkesan dari selebrasi Tahun Baru Imlek yang menjadikan perayaan tersebut pengalaman terbaik bagi Anda.
Saya paling ingat perayaan Imlek 2017. Banyak saudara saya dari Australia, Singapura, Surabaya datang kumpul di Jakarta saat itu. Kita main musik bareng-bareng. Ada yang nyanyi, saya main gitar, ada yang main keyboard, dll. Kita main beberapa lagu The Beatles, Bee Gees, dan musik jadul lainnya haha. Itu salah satu perayaan Imlek yang saya paling ingat sampai sekarang.
Menurut Anda, apakah perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri mempengaruhi identitas dan asal-usul Anda?
Menurut saya, merayakan Tahun Baru Imlek di luar negeri membuat saya sadar bahwa setiap individual, keluarga dari berbagai negara memiliki cara sendiri merayakan Tahun Baru Imlek. Merayakan Tahun Baru Imlek di luar negeri justru membuat saya bersyukur memiliki keluarga yang merayakan Tahun Baru Imlek dengan makanan yang enak (yang ada resep sendiri), main musik bareng-bareng, dll. Ada beberapa budaya yang sama dengan negara-negara lain seperti dapet angpao, tapi tetap ada beberapa hal kecil yang membuat kita merayakan Imlek berbeda dengan orang lain.
Dominic Denzell
Student at RWTH Aachen
Di tempat Anda tinggal, bagaimana suasana menjelang Tahun Baru Imlek?
Sekarang saya tinggal di Aachen, Jerman untuk menempuh studi Bachelor saya. Di tempat saya tinggal, perayaan untuk Chinese New Year biasanya tidak terlalu besar dan hampir tidak ada. Salah satu alasan terbesar karena saya tinggal di kota yang tidak terlalu besar dan sebagian besar populasinya adalah pelajar. Tapi tahun ini, universitas tempat saya belajar mengadakan Spring Festival Gala untuk merayakan Chinese New Year di mana akan diadakan konser dan juga perayaan secara virtual.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk perayaan Tahun baru Imlek ketika Anda tidak bersama dengan keluarga?
Tahun lalu, pandemi Corona benar-benar mempengaruhi keadaan saya dan teman-teman mahasiswa lainnya dalam kegiatan kami sehari-hari. Hampir sebagian besar restoran tidak bisa makan di tempat dan semuanya harus take away. Kami hanya bisa berkumpul di rumah salah satu teman untuk merayakan dengan cara membeli Chinese food dari restoran. Namun, kali ini saya dan teman-teman berencana untuk membuat dumpling bersama untuk merasakan kebersamaan yang biasa kami rasakan saat di Indonesia. Dan juga kami berencana untuk makan jeruk bersama karena jeruk dalam Bahasa Mandarin disebut ‘zhi’ yang memiliki cara pengucapan hampir mirip dengan emas. Oleh karena itu, jeruk dianggap membawa keberuntungan. Saya juga berencana untuk melakukan zoom bersama orang tua saya dan keluarga besar saya sehingga setidaknya saya bisa ikut serta dalam acara keluarga meskipun secara virtual.
Apa yang membedakan perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri dengan perayaan di rumah?
Saya merasakan perayaan Imlek ini benar-benar berbeda dengan yang biasa saya rasakan di Indonesia. Pertama, saya tidak bisa merayakan bersama orang tua dan juga keluarga besar saya, di mana kami biasanya mengadakan makan bersama dan juga membersihkan rumah beberapa hari sebelum Imlek. Dan juga tidak ada kegiatan pembagian angpao yang biasa dinantikan oleh kami yang belum bekerja dan belum menikah. Dan juga di kota tempat saya tinggal sekarang, hampir seperti tidak ada perayaan dan juga tidak ada dekorasi di gedung-gedung mall seperti di Indonesia.
Adakah suatu hal yang paling Anda rindukan dan/atau nantikan untuk perayaan Imlek tahun ini?
Yang paling saya rindukan dari Imlek adalah momen di mana saya bisa berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Imlek bersama orang-orang terdekat saya. Saya juga merindukan hidangan-hidangan Imlek yang benar-benar tidak ada tandingannya.
Sebutkan satu hidangan yang memiliki signifikan personal bagi Anda ketika merayakan Tahun Baru Imlek.
Ikan Tim dan Kue Lapis.
Ceritakan satu momen paling berkesan dari selebrasi Tahun Baru Imlek yang menjadikan perayaan tersebut pengalaman terbaik bagi Anda.
Momen yang paling berkesan untuk saya adalah ketika saya masih di sekolah dasar, di mana saya pada saat bangun di pagi hari ketika Imlek, saya langsung mendatangi kamar orang tua saya dan langsung mengatakan, “Gong xi fa cai,” untuk mendapatkan angpao. Berikutnya, saya langsung mendatangi rumah om dan tante saya untuk meminta lebih banyak angpao. Tak lupa, pada saat saya masih kecil, saya juga menantikan saat-saat menonton Barongsai (Lion Dance), karena menurut saya tarian tersebut sangat keren dan juga menakjubkan.
Menurut Anda, apakah perayaan Tahun Baru Imlek di luar negeri mempengaruhi identitas dan asal-usul Anda?
Saya menjadi lebih menghargai dan juga menghormati tradisi keluarga saya, khususnya dalam perayaan Tahun Baru Imlek ini. Hal ini disebabkan karena minimnya perayaan di Jerman, membuat saya rindu akan festival dan juga perayaan yang besar seperti di Indonesia. Saya merasa bahwa tradisi ini harus dilanjutkan karena hal inilah yang membuat kita memiliki kultur yang unik.