Back to Square One? Wuhan Kembali Lockdown dan Panic-Buying
Meski jumlah kasus masih sedikit, pemerintah giat menerapkan testing massal.
Teks: Deandra Aurellia
Photo: RTE
Seperti naik mesin waktu ke 19 bulan lalu, beberapa moda transportasi seperti pesawat dan kereta memberhentikan perjalanan dari dan ke Wuhan untuk sementara. Hal ini tentu berhubungan dengan kenaikan kasus Covid-19 varian delta yang tingkat penularannya sangat tinggi.
Pihak berwajib juga segera mengarahkan testing massal di kota berpenduduk 11 juta tersebut, kota dimana virus ganas ini pertama kali ditemukan. Panic-buying, fenomena yang terjadi secara global di awal pandemi, kembali menghantui Wuhan layaknya awal tahun 2020.
Lonjakan kasus di Cina bermulai pada bulan lalu, yang tentunya dikarenakan varian delta, varian yang kembali menghebohkan seisi dunia. Amerika Serikat yang telah mencabut aturan wajib masker dan social distancing sepertinya terpaksa kembali menegaskan aturan-aturan tersebut. Bagaimana tidak, jumlah kasus positif di sana bertambah 150% pada dua minggu ke belakang.
Pada konferensi berita, salah satu anggota pihak berwajib dari Wuhan, Li Tao, beranggapan bahwa testing massal di Wuhan sesungguhnya hanya tahap antisipasi saja karena jumlah outbreak yang relatif masih kecil. Namun, untuk melindungi diri dari kembalinya outbreak mematikan seperti pada kuartal pertama 2020, para tenaga kesehatan di Wuhan bertekad menutup semua celah masuknya virus tersebut kembali ke negaranya, yang tentu dibantu oleh testing massal dan lockdown.
Kota-kota dengan jumlah kasus tertinggi seperti Yangzhou dan Zhangjiajie telah di-lockdown dari kota-kota lainnya. People’s Daily mengabarkan, “Viral genome sequencing yang ditemukan di semua kasus hasilnya mengarah ke varian delta. Seluruh kota yang terkena imbas lonjakan kasus ini telah mengambil langkah untuk memutus rantai infeksi sebisa mungkin.”