Floating Points Akan Bermain di Indonesia, Ini Adalah Fakta Menarik Tentang Dirinya
Floating Points dikenal dengan pendekatannya yang unik dalam membawakan musik eletronik.
Teks: Vania Almira
Foto: Google
Floating Points dikenal dengan pendekatannya yang unik dalam membawakan musik eletronik. Ia memberi kehangatan dalam komposisi elektronik yang cenderung dingin dengan instrumentasi yang mengundang gaya jazz, soul hingga musik klasik dalam format yang intim dan personal. Sam Shepherd, pria yang berdiri di balik monikernya ini dikenal sebagai seorang musisi sekaligus produser dan DJ asal Manchester, Inggris yang memiliki latar science sebelum mengulik musik elektronik secara relijius. Untuk menyambut kedatangannya kamis ini di Potato Head Beach Club Bali, berikut adalah fakta menarik dari Floating Points.
Memulai karir sebagai pengoleksi piringan hitam
Sejak kecil Shepherd memang sudah sangat mencintai musik. Selama duduk di bangku sekolah ia selalu mengunjungi beberapa toko musik di sela-sela waktu jam makan siang hanya untuk mendengarkan beragam jenis lagu. Kecintaannya terhadap musik ini membuat ia betah berpergian ke beberapa kota bahkan negara, hanya untuk membeli karya musik dalam bentuk piringan hitam. Tercatat pada tahun 2015, Shepherd telah memiliki sebanyak kurang lebih 10,000 koleksi piringan hitam. Ya, bukan hanya Madlib yang memiliki referensi musik begitu kaya.
Dibesarkan dalam keluarga religius
Dibesarkan oleh seorang ayah yang berprofesi sebagai pendeta, Shepherd mengaku bahwa ia bukan merupakan pribadi yang religius, terlebih semenjak ia jatuh cinta terhadap ilmu sains. Namun, ia mengaku bahwa dalam karir bermusiknya, ia sangat terinspirasi oleh musik-musik beraliran religius atau pun spiritual. Hal ini terlihat jelas di dalam karya-karyanya yang memiliki unsur-unsur musik spiritual dan seringkali membuat dirinya bertanya-tanya dari mana ia mendapat ketertarikan tersebut.
Menyandang gelar PhD dalam bidang neuroscience
Selain dikenal dengan kejeniusannya dalam mengolah musik, Sam Shepherd juga telah menyandang gelar PhD dalam bidang neuroscience. Selama studinya di University College London, dalam waktu yang bersamaan, Shepherd juga menggarap debut albumnya yang bertajuk “Elaenia”. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa pengerjaan album pertamanya memakan waktu sekitar 5 tahun.
Album “Elaenia” lahir dari sebuah mimpi
Setelah membaca buku yang mengisahkan tentang teori reinkarnasi sembari mengerjakan track pada albumnya, Shepherd mengalami sebuah mimpi yang melibatkan cerita tentang teori reinkarnasi atomik. Di mimpinya ini, ia melihat sebuah burung yang bermigrasi dan kehilangan arah hingga pada akhirnya kehidupan burung ini terserap oleh hangatnya hutan. Mimpi yang ia anggap unik dan puitis ini menginspirasi dirinya untuk menyelesaikan beberapa track dengan improvisasi. Nama “Elaenia” juga lahir dari nama sebuah burung yang hadir di mimpinya.
DIY harmonograph untuk cover album “Elaenia”
Dengan kepintarannya, Shepherd merancang sebuah harmonograph dengan menggunakan serat optik filamen di mana ia dapat mengatur pergerakan pena dan gambar melalui cahaya. Terinspirasi dari sebuah harmonograph yang ia temui saat berkunjung ke sebuah museum di London, lahirlah gagasan untuk menghasilkan karya seni buatan sendiri untuk cover albumnya, yakni berupa sebuah gambar geometris yang unik.
Pertunjukkannya yang selalu memukau ini merupakan salah satu penampilan yang patut ditonton. Saksikan penampilannya dalam konsep DJ set di Sun Down Circle #024 di Potato Head Beach Club Bali tanggal 15 Maret 2018.