Tawarkan Sustainable Design, Roya Aghighi Ciptakan Biogarmentry
Menilik proses eksplorasi kain tanaman dari seorang desainer Roya Aghighi.
Teks: Novila Nuramalia
Foto: Dezeen
Di era kota urban seperti sekarang, orang-orang selalu terdepan dalam mengikuti tren dan selalu ingin tampil beda dalam hal fashion. Tapi apakah pernah terbesit dalam benak, bagaimana jika baju yang kita pakai ternyata bisa memberikan nilai positif untuk kehidupan?
Roya Aghighi, seorang desainer Kanada-Iran, telah menciptakan baju yang terbuat dari ganggang, mengubah karbon dioksida menjadi oksigen melalui fotosintesis bernama Biogarmentry. Baju ini dibuat sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan untuk fast fashion dan bukti konsep untuk tekstil yang dibuat dengan sel fotosintesis hidup.
Proyek Aghighi ini sendiri, telah terpilih untuk Dezeen Awards 2019 dalam kategori sustainable design. Studi kelayakan Biogarmentry adalah usaha bersama oleh Advanced Materials, dan Process Engineering Laboratory, juga Botany Lab di UBC, dan telah berkolaborasi dengan University of British Columbia (UBC) juga Emily Carr University.
Untuk membuat kain Biogarmentry ini, sejenis ganggang hijau sel tunggal bernama chlamydomonas reinhardtii, dipintal bersama dengan nano polymer. Hasilnya kain ini terasa seperti linen namun sesungguhnya adalah tekstil non fotosintesis pertama yang pembuatannya tidak ditenun. Di sisi lain, pemakai baju Biogarmentry ini perlu merawat baju tersebut selayaknya mereka merawat tanaman agar selalu tetap hidup karena Biogarmentry diaktifkan dengan terpapar sinar matahari. Layaknya tanaman, cara pencuciannya pun pemakai hanya perlu menyemprotkannya dengan air seminggu sekali.
Saat ini, tekstil diperkirakan akan hidup sekitar sebulan, dan periode ini dapat diperpanjang hanya jika dirawat dengan baik. Setelahnya, baju Biogarmentry dapat dibuang melalui pengomposan.
Jika dilihat dari segi positifnya, pemakaian baju Biogarmentry dapat meningkatkan lingkungan langsung pemakainya, dan massa yang dipakai dapat membantu mengatur emisi karbon. Aghighi menuturkan, “Aspek kehidupan tekstil akan mengubah hubungan pengguna dengan pakaian mereka, mengubah perilaku kolektif di sekitar kebiasaan kita yang berorientasi pada konsumsi untuk membentuk masa depan yang berkelanjutan.”