Studi Kasus: Mengulas Desain UI/UX Gojek bersama Galih Pambudi
Dalam Studi Kasus kali ini, kami membahas proses kreatif dari desain UI/UX aplikasi Gojek bersama Galih Pambudi.
Words by Hana A. Devarianti
Foto: Galih Pambudi
Desain: Tiana Olivia
Berkat konsep desain User Interface dan User Experience (UI/UX) yang hyperlocal dan nyeleneh, Gojek mampu membuat para penggunanya merasa lebih dekat dan relate dengan layanan yang ditawarkan dalam aplikasi. Dan, di Studi Kasus kali ini, bersama dengan Galih Pambudi sebagai UX Writer di Gojek, kami mengulas proses dibalik desain UI/UX aplikasi Gojek. Soal objektif dari desain, referensi yang digunakan, serta alasan mereka membawa lokalitas dalam treatment aplikasi.
Tentang Objektif Desain
Bagi Gojek, hal yang patut dipertimbangkan ketika mendesain sebuah aplikasi bukan cuma soal kemudahan pengguna semata. Sebab, hal yang juga tak kalah penting adalah bagaimana desain tersebut dapat meninggalkan kesan as a brand di hati para penggunanya. Bagi Gojek, hal tersebut dicapai dengan mengapresiasi para pengguna dari aplikasi itu sendiri. “Kami juga melihat layanan yang Gojek berikan sangat diapresiasi oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin menunjukkan apresiasi kami kembali kepada para pengguna dan membuat para pengguna bisa merasa lebih dekat dan relate dengan Gojek melalui karya desain kami di aplikasi,” tutur Galih.
Berdasarkan objektif tersebut serta setelah melakukan riset mendalam soal tipe pengguna, tema besar “The Candid Life of Indonesians” pun dipilih. Dengan tema yang kental akan nuansa lokal, Gojek berusaha untuk mengangkat cerita para pengguna bahkan tim internal Gojek itu sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan di kehidupan sehari-hari.
Tentang Referensi Desain
Dengan konsep yang bernuansa lokal, referensi desain pada akhirnya datang dari keseharian masyarakat Indonesia. “Untuk spesifik konsep desainnya, kami banyak terinspirasi dari kejadian-kejadian lucu dan absurd sehari-hari, cerita-cerita masa kecil, mitos, meme yang lagi populer di internet, hal-hal detail yang hyperlocal, dan segala kreativitas orang Indonesia yang banyak akal,” ungkap Galih. Referensi tersebut kemudian diturunkan ke segala konten aplikasi, mulai dari copywriting dan ilustrasi di aplikasi sampai release notes atau pemberitahuan update aplikasi di Play Store dan App Store.
Galih sendiri banyak terinspirasi dari film atau series yang dia tonton. Terutama film dan series yang memiliki setting di masa lalu, contohnya Mad Men atau Stranger Things. Musik yang diputar, pakaian yang dikenakan, hobi dan perilaku, hingga lelucon serta obrolan yang ada dalam film dan series tersebut mampu memvisualkan era yang menjadi latar belakang cerita dengan sangat detail. Sehingga, penonton pun dapat membangun imajinasi dan bisa merasa relate dengan apa yang digambarkan di film dan series tersebut.
Approach storytelling serta attention to detail yang baik dari film dan serial tersebut kemudian menjadi referensi Galih dalam proses kreatif desain UI/UX aplikasi Gojek. Yang kemudian menginspirasi Galih untuk menggambarkan kelokalan dan cerita sehari-hari masyarakat Indonesia. “Saya melihat bagaimana penonton dapat membayangkan, dapat merasa dekat, ikut merasakan apa yang terjadi di cerita yang divisualisasikan oleh para filmmaker, dengan segala detailnya seperti yang tadi saya uraikan, sangat menarik untuk diterapkan di konsep kreatif kami”, kata Galih.
Tentang Proses Desain
Desain UI/UX dari aplikasi Gojek memakan waktu tak sampai satu tahun. Dalam proses pengerjaan tersebut, Galih mengatakan kalau meyakinkan stakeholders akan konsep desain yang diusung tim menjadi tantangan tersendiri. Terlebih karena jumlah stakeholders dari Gojek juga tidak sedikit. “Setiap layanan memiliki timnya masing-masing, dengan personality yang berbeda-beda, dan dari culture dan negara yang bermacam-macam pula, tidak dari Indonesia saja,” tutur Galih.
Mengingat bahwa sebelumnya Gojek memiliki gaya berkomunikasi yang sangat formal kepada penggunanya, wajar jika tim desain kesulitan untuk meyakinkan stakeholders ketika mereka ingin mengganti direction dari copy dan ilustrasi menjadi konsep yang hyperlocal dan nyeleneh. Meski cukup challenging, dengan pintar-pintar menjelaskan dan “menjual” konsep yang dibawa, tim desain pada akhirnya dapat meyakinkan para stakeholders. Sampai akhirnya aplikasi Gojek memiliki desain UI/UX yang khas seperti sekarang ini.
Tentang Hasil Desain
Sejak awal, tim desain UI/UX dari aplikasi Gojek memang ingin membuat pengguna untuk merasa lebih dekat dan relate dengan Gojek melalui desain aplikasi. Dan, nampaknya, hal tersebut berhasil diraih. “Sejauh ini, respon pengguna sangat positif terhadap karya-karya desain kami. Sering kami temukan screenshot bertebaran di internet, atau yang secara personal mengirimkan pesan atau ngetag ke Instagram kami soal karya mana yang mereka sukai,” ungkap Galih.