Belajar Fotografi dari Ruang Kreatif Alternatif MES 56
Kenali salah satu komunitas seni fundamental dalam mengubah tren fotografi, MES 56.
Teks: Carla Thurmanita
Foto: Kfw stiftung
Proses kreatif dalam menghasilkan karya selalu memerlukan rangkaian panjang dalam perjalanannya. Di dalam proses tersebut, terdapat tahapan demi tahapan yang seseorang harus lalui terlebih dahulu guna mencapai hasil kreatif yang berkualitas. Selain itu, diperlukan juga keterkaitan kuat antar satu faktor penunjang dengan faktor lainnya untuk mendukung proses berkesinambungan yang terus berputar. Salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam proses kreatif ini ialah tempat di mana seseorang melahirkan ide kreatifnya dan mengeksekusi hasil karyanya di sana.
Dalam kondisi di setiap kota besar dengan segala kompleksitas dinamikanya, proses kreatif seringkali membutuhkan ruang tersendiri guna dirinya berkembang luas dengan lebih leluasa. Seiring berjalannya waktu belakangan ini, mulai banyak muncul ruang kreatif alternatif yang menyediakan kesempatan dan fasilitas bagi para pekerja seni yang berangkat dari berbagai jenis bidang dalam memoles karyanya. Salah satu ruang yang menjalani peran tersebut adalah Ruang MES 56.
Didirikan pada tahun 2002, Ruang MES 56 mulai berkembang menjadi lokasi tempat berkumpulnya para pekerja seni dan kreatif di kota Yogyakarta. Bertempat tidak jauh dari Istana Sultan Yogyakarta, dan juga mengambil corak Jawa modern dalam desain arsitektur bangunannya;, Ruang MES 56 memilik studio, kelas belajar, hingga ruang bermain dengan pohon besar nan rindang di bagian halaman depannya.
Ruang MES 56 ini diinisiasi oleh sederet seniman lokal; mulai dari Agung Nugroho Widhi, Akiq AW, Anang Saptoto, Angki Purbandono, Daniel Satria Koestoro, Dessy Sahara Angelina, Edwin Dolly Roseno, Eko Bhirowo, Jim Allen Abel, Wimo Ambala Bayang, sampai Wok The Rock. Dari banyaknya pendiri dan penggagas Ruang MES 56 yang juga memiliki latar belakang bidang kreatif yang berbeda, dapat terlihat bahwa pembangunan ruang alternatif ini memang sejatinya dilandasi oleh semangat kolektif seniman yang bersinergi satu sama lain dengan sesama komunitasnya.
Kinerja ruang alternatif ini berfokus pada bidang fotografi dan seni kontemporer dimana kedua bidang tersebut masih memiliki kemungkinan untuk dapat beririsan dengan disiplin ilmu lain. Kehadiran ruang kreatif seperti ini memunculkan harapan akan terjadinya pembangunan kondisi kreatifitas yang responsif – yang tidak melulu hanya mengkritisi lingkungan sekitar dan bersikap kontekstual terhadap substansi – demi terealisasinya kondisi dan situasi masyarakat yang lebih terbuka, kreatif, serta mandiri.
Ruang MES 56 memiliki berbagai jenis lingkup kegiatan yang diselenggarakan secara rutin; mulai dari program pameran, diskusi, pertukaran kreasi, workshop, hingga pengarsipan dimana siapapun yang datang ke sana dapat ikut andil dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini. Ruang MES 56 juga seringkali telah mengikuti berbagai macam kegiatan seni di luar lingkungan mereka – baik tingkat regional maupun internasional – seperti Indonesian Zone First 3 Sec. di Nuans OffSpace Dusseldorf (2006), City to City di Lembaga Indonesia Prancis Yogyakarta (2007), dan Kompilasi: A Survey of Indonesian Contemporary Art di BUS Gallery Melbourne (2009). Dengan dilakukannya keseluruhan program dan kegiatan yang biasanya didukung oleh biaya pribadi dan pihak donatur dari institusi non-profit maupun komersil ini; kehadiran ruang kreatif alternatif ini memiliki satu tujuan utama yaitu untuk mendorong dan juga meningkatkan keberadaan seni kontemporer di Indonesia.