Telusur Relasi Seni, Teknologi dan Sains Melalui “Media Art Globale 2019: Transhuman Code”
Menawarkan experience lebih dari sains dan teknologi melalui instalasi virtual/augmented reality, hingga, artificial intelligence.
Teks: Kevina Graciela
Foto: Ergian Pinandita
Berangkat dari kondisi di abad ke-21 ini, bahwa semua hal menjadi data dan media sosial sebagai sebuah alat manusia dalam membuktikan bahwa dunia yang ditinggali semakin digital, sebuah pameran bernama Media Art Globale (MAG) hadir. Sebagai bentuk kolaborasi antara Connected Art Platform dan Komunitas Salihara, pameran ini hadir dengan judul, “Media Art Globale 2019: Transhuman Code”.
Menggunakan tema “Transhuman Code”, MAG ingin menyampaikan bahwa manusia dan teknologi dapat bersatu dengan baik dan disambungkan menuju hal-hal positif. Festival yang diikuti 17 seniman baik lokal maupun internasional ini dikuratori oleh Mona Liem dan Michelle Geser. Pada karya yang ditampilkan pun, gelaran ini menawarkan experience lebih dari sains dan teknologi melalui instalasi virtual/augmented reality, bioteknologi, artificial intelligence, dan digital life.
Mencerminkan peran digital, pameran ini membutuhkan respon atau keberadaan pengunjung untuk bisa memberikan esensinya. Selain itu, bukan hanya untuk penikmat seni saja, pameran ini memberikan ruang kepada science geek ataupun technophile untuk melihat perkembangan teknologi kita hari ini. Salah satu karya yang menarik datang dari Budi Ubrux yang menggunakan teknologi AR dalam karyanya yang berjudul “Indonesia Kaya 2019”. Pada karyanya, ia menyediakan AR sebagai medium interaksi manusia – dalam instalasi seperti mobil dilengkapi barcode yang jika di-scan akan menampilkan AR berisi sejarah dan gambaran ornamental dari instalasi ini.
Selain teknologi, beberapa karya bertema sains turut mencuri perhatian, salah satu yang paling unik adalah seniman asal Brazil bernama Eduardo Kac yang mengambil DNA miliknya dan menyuntiknya ke sebuah bunga. Pada karyanya ia mencoba bereksperimen menggunakan tumbuhan sebagai medium dan menunjukkan bahwa adanya kolaborasi dari bioteknologi yang masih sangat jarang diangkat dalam karya seni. Pembuktian darinya ini sangat spektakuler untuk kemajuan seni di ranah bioteknologi.
Digitalisasi dan media sosial turut diangkat pada pameran ini oleh Reza Zefanya Mulia dengan judul “The Work of Art in the Age of Instastory”, memaparkan konsep dari fenomena Instagram story yang kian menanjak. Karya yang ia buat berbentuk kendi keramik yang ia kombinasi dengan ponsel menyala dengan paparan Instagram story sebagai ornamen pelengkap dari karya seninya.
Sebagai episode perdana, Media Art Globale berhasil memberikan pemaparan menarik tentang seni di ranah teknologi dan sains yang mungkin jarang untuk disoroti dan dilihat dari banyak angle. Lewat tema “Transhuman Code” ini, nampaknya kita diajak untuk merenungi hubungan manusia dan teknologi yang tak hanya menjadi perantara dalam bersosialisasi, tapi juga bisa digunakan untuk eksplorasi imajinasi terliar manusia.
–
“Media Art Globale 2019: Transhuman Code”
9 Agustus- 1 September 2019
Selasa – Minggu
11.00 – 20.00 WIB
Komunitas Salihara
Jalan Salihara No.16
Pasar Minggu
Jakarta Selatan