Teks oleh Muhammad Faisal
Foto FHM
Mitos itu terlahir kembali. Setelah dibuat kali pertama pada 35 tahun yang lalu, mereka datang membawa penerusnya; Blade Runner 2049. Perlu diketahui, Blade Runner adalah pendobrak batasan. Kita mungkin tak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika kompleksitas sci-fi digabungkan bersama dimensi noir yang surreal. Namun Ridley Scott sudah memikirkan di kepalanya. Lewat Blade Runner, Ridley Scott seakan mengingatkan umat manusia tentang krisis bernama mempertanyakan kehidupan. Apabila semesta tak lagi bertumpu humanisme, lantas apa yang ingin diharapkan?
Apabila di film pembuka topik berputar di sekitar perburuan replicant serta kemelut identitas, kali ini Blade Runner 2049 mengambil latar waktu 30 tahun pasca 2019 di mana Opsir K (Ryan Gosling) dari kesatuan LAPD dihadapkan pergulatan serius mengenai kemanusiaan yang mendekati kemusnahan. Ia memutuskan untuk menelusuri pangkal permasalahan sekaligus menuntunnya pada sosok legenda, Rick Deckard (Harrison Ford).
Dalam trailer resmi berdurasi 3 menit tersebut, suasana dark serta shadowy sangat terasa seperti premis terdahulu. Kekacauan membayangi setiap jengkal rutinitas di balik deru modernitas maupun dominasi mesin-mesin transformasi massal. Tatapan Gosling yang sulit diterka, ketakutan Ford, hingga makna ganda ketenangan Leto meramaikan fragmen demi fragmen. Menyimpan banyak misteri yang sengaja diacuhkan atau menunggu untuk dipecahkan.
Di seri keduanya, Ridley Scott menyerahkan tongkat estafet penyutradaraan kepada Dennis Villeneuve (Prisoners, Sicario, Arrival). Nampaknya Ridley percaya bahwa karya emasnya bakal berkembang apabila diserahkan pada tangan yang tepat. Melihat reputasi Villeneuve yang dikenal pintar memainkan plot, Ridley tak perlu khawatir buah hatinya jatuh di pasaran. Ditambah pula keberadaan Roger Deakins sebagai pengambil gambar maupun Hampton Fancher selaku penulis naskah, membuat Blade Runner 2049 pantang dilewatkan di bulan Oktober.