Being Sustainable in Fashion: Donasi, Regifting, dan Belanja Secondhand
Ketika berhenti sejenak untuk menilai jumlah baju dalam wardrobe, tentunya kita akan menyadari bahwa sebetulnya kita tidak membutuhkan baju sebanyak itu.
Teks: Titania Celestine
Photo: Hannah Morgan via Unsplash
Sebuah upaya untuk menjadi lebih environmentally conscious dan mengamalkan prinsip hidup yang lebih sustainable, kalangan peminat fashion dianjurkan untuk menormalisasi penggunaan ulang baju, atau clothes swapping.
Terkadang, kita tidak sadar akan jumlah baju yang kita miliki hanya atas dasar impuls membeli in store. Atas dasar hal tersebut, ketika kita berhenti sejenak untuk menilai pembelian atau jumlah baju dalam wardrobe, tentunya kita akan mulai menyadari bahwa sebetulnya kita tidak membutuhkan baju sebanyak itu.
Walaupun di dalam hati mungkin kita merasa self-conscious ketika menggunakan baju yang sama berulang-ulang kali misalnya, ke tempat kerja atau ke kampus, nyatanya semua berujung kembali kepada self confidence dari pakaian yang dikenakan.
Menurut beberapa ahli lingkungan, hal terbaik yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi lebih ramah lingkungan yakni mulia dari menggunakan pakaian yang sudah tersedia di dalam lemari baju, dan membatasi jumlah pembelian pakaian baru.
Ketika berkehendak untuk membeli pakaian baru untuk one time occasion, dianjurkan untuk menyewa atau meminjam baju. Dari hal tersebut, kalian bisa memilih variasi gaya dan mode untuk setiap acara berbeda, instead of muncul pada acara berbeda dengan pakaian yang sama dan menghilangkan keperluan untuk membeli atau membuat gaun dan setelan jas baru.
Untuk variasi style, direkomendasikan bagi penggemar fashion untuk memiliki variasi aksesoris dibanding variasi clothing item, seperti scarf, kaca mata, dan headwear.
Selain itu, juga dianjurkan untuk regifting barang secondhand kepada keluarga dan kelompok teman, atau berdonasi pakaian secondhand kepada organisasi yang dipercaya dapat menyalurkan clothing items bagi pihak yang membutuhkan.