Teks: Billy Dewanda
Foto: Goethe Institut Indonesien

Pagelaran pameran seni di Indonesia akhir-akhir ini kian digemari masyarakat, baik yang memang pencinta kesenian maupun yang sekadar berkunjung untuk melihat dan belajar. Dengan melihat peningkatan kebutuhan akan kompetensi seni kontemporer di Indonesia, Goethe-Institut Indonesien memberikan penawaran menarik bagi para pengurus pameran seni pemula dengan program pelatihan bersama kolektif, institusi seni, dan studio kreatif bernama “APIK”

Program pelatihan ini digerakkan guna meningkatkan kualitas pertumbuhan seni rupa kontemporer di Indonesia. Dengan menemukan orang-orang yang cinta dengan industri ini, diharapkan dapat membangun pondasi yang kuat dalam sektor budaya. Walaupun ranah seni budaya sering terbengkalao, jika tokoh-tokoh di balik layar itu bisa dikembangkan dengan baik, program ini bisa membuka pintu lapangan pekerjaan yang luas bagi pecinta seni. Terlebih dengan kekuatan seni kontemporer yang diperkuat unsur modernisasi, akan menarik perhatian masyarakat untuk lebih mempelajari kesenian bersama dengan kurator dan pengurus pameran, Leonhard Bartolomeus.

Praktisi dan akademisi dari Museum MACAN, Gudskul, Jakarta Biennale, Serrum, Ace House Collective, dan Komunitas Salihara juga akan berpartisipasi dalam program “APIK” untuk berbagi pengetahuan dan bimbingan melalui modul, kuliah video, penugasan, dan diskusi langsung selama tiga bulan. Selain itu, Goethe-Institut Indonesien juga berkolaborasi dengan studio kreatif MAIKA AKAR NUSANTARA dalam pengembangan proses kreatif dalam produksi konten dan video.

Program “APIK” ini terbuka bagi mahasiswa tingkat akhir, anggota kolektif atau organisasi seni, dan seniman independen. Nantinya pada tahun 2020, peserta yang terpilih akan mengikuti program magang di institusi dan komunitas dalam jaringan Goethe-Institut.

Informasi lebih lanjut klik di sini.