Membicarakan Bursa Transfer Musim Dingin dan Harapan Pada PSSI
Berbincang soal liga Eropa dan perkembangan sepak bola di Indonesia bersama Nikita Dompas hingga Darius Sinathrya.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Mayra Tahir & Vestianty
Awal tahun baru selalu menjadi awal dimulainya ‘perburuan’ klub-klub akan pemain baru bagi persepakbolaan liga Eropa untuk melengkapi kekosongan masing-masing tim guna semakin memperkuat kesebelasannya. Dengan harga pembelian pemain yang selangit, tentu menjadi suatu keputusan besar bagi para klub memilih dengan tepat siapa pemain yang akan dipilihnya. Kami pun berbincang dengan para pemerhati bola untuk melihat fenomena yang sedang terjadi pada bursa transfer musim dingin pada tahun ini, serta membahas mengenai geliat persepakbolaan Indonesia yang minggu lalu dikagetkan dengan pengumuman pengunduran diri dari Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.
Merdi Simanjuntak
DJ, Diskoria
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Jawabannya akan sangat subjektif haha karena saya pendukung Arsenal, saya sangat berharap Arsenal bisa mendatangkan seorang pemain belakang yang kuat seperti Matthijs De Ligt dari Ajax Amsterdam. Arsenal yang tampil impresif di awal musim perlahan mulai melempem lagi dan menurut saya membutuhkan sosok yang cukup kuat di lini belakang.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Bayern München dan Real Madrid. Bayern sudah terlihat kesusahan karena regenerasi pemain mudanya bisa dibilang agak terlambat dan masih mengandalkan pemain-pemain senior yang perlahan mulai “meredup.” Bisa dilihat dari performa timnas Jerman yang sudah mulai kepayahan juga dan sebagian besar tim tersebut berasal dari klub Bayern. Kalau Real Madrid jelas membutuhkan sosok dengan kepribadian yang kuat sepeninggal Cristiano Ronaldo untuk bisa mengejar Barcelona di La Liga.
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Tidak selalu sih, saya selalu percaya pada sistem yang dikembangkan Ajax Amsterdam (dari dulu hingga sekarang) dan Arsenal (dulu) yaitu di pengembangan pemain muda dan permainan kolektivitas tim. Menurut saya transfer mahal belum tentu bisa membentuk “kolektivitas tim,” tapi transfer yang tepat baru bisa. Kejelian manajer untuk bisa menemukan pemain yang tepat untuk skema timnya adalah kuncinya. Contohnya bisa dilihat di klub seperti Lyon dan Dortmund yang tidak terlalu bergantung dengan transfer mahal dan banyak mengandalkan pemain muda di tim utamanya dan mereka bisa bersaing di papan atas liga masing-masing (Dortmund malah memimpin klasemen Liga Jerman sampai saat ini). Lyon bahkan bisa membuat seorang Memphis Depay yang sebelumnya “melempem” di klub sebesar Manchester United untuk bisa tampil impresif dengan skema permainan yang diterapkan sekarang, dan untuk di kasus Dortmund ada Paco Alcacer.
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Saya cenderung melihat liga kita itu selalu maunya proses yang ‘instan’ dan selalu kurang matang dalam perencanaan. Saya juga melihat liga kita selalu dibutakan dengan gemerlap proses transfer liga Eropa tanpa memikirkan hal yang paling mendasar dari klub tersebut, yaitu kebutuhan timnya. Untuk bisa tahu kebutuhan timnya seperti apa dan pemain yang tepat yang dibutuhkan itu tidak selalu gampang dan pasti membutuhkan waktu untuk melangsungkan prosesnya, nah di Indonesia cenderung mengabaikan prosesnya itu. Contoh konkritnya adalah pada proses transfer pemain awal musim yang paling selalu digembar-gemborkan. Namun menjelang tengah musim, pemain yang di awal musim namanya digembar-gemborkan tadi sudah dilepas dan diganti lagi ke pemain lainnya. Dalam hal pelatih juga seperti itu, hampir di setiap kejuaraan internasional pelatih timnas kita selalu ganti. Mentalitas ini yang menurut saya harus dibenahi dengan belajar ke Eropa bahwa klub disana selain sistem yang bagus ada kematangan perencanaan juga yang perlu dibenahi. Contoh lain soal hal mendasar yang dilupakan adalah fasilitas klub yang masih buruk kadang malah ditutupi oleh manajemen dengan transfer jor-joran tadi, tapi ketika pemain mahal sekalipun datang bermain dengan fasilitas klub yang buruk, performa pasti akan tidak maksimal juga dan berakhir dengan pemain tersebut didepak dan diganti ke pemain lain lagi dan akhirnya klub tersebut bermuara dengan posisi tidak sesuai target yang dicanangkan.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Kalau ini saya menilainya bisa jadi karena isu ‘suap’ dan pengaturan skor yang mulai marak dan sudah mulai mengarah ke keterlibatan beberapa eksekutif P$$I. Saya tidak menuduh bekas ketua P$$I tersebut terlibat langsung ya, mungkin beliau mundur karena merasa tidak mampu mencegah kekurangan pada sistem lembaga yang dipimpinnya sehingga isu tersebut bisa berkembang atau bagaimana. Atau bisa jadi beliau memang terlibat langsung di dalamnya sih, tapi jujur saya tidak tahu pasti.
Nikita Dompas
Musisi, Produser Musik
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Matias De Ligt (Ajax) kalau bisa ke FC Barcelona .. biar bisa duet dengan Umtiti. Jadi calon penerus Gerard Pique. Paling nggak Barca bisa beli pemain masa depan kalau La Masia belum bisa menghasilkan pemain-pemain masa depan yang mumpuni.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Tottenham Hotspurs perlu banget (tertawa). Either Spurs yang beli pemain bintang atau Harry Kane yg pindah.
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Suka ga suka sih ya. Kenyataannya begitu. Tapi saya tetap berharap sih klub seperti FC Barca lewat pembinaan pemain muda (La Masia) bisa berjalan konsisten, jadi ga selalu jor-joran banyak duit beli pemain bintang. 20 tahun lalu Pemain Termahal Dunia , Denilson 21,5 million pound dibeli Real Betis masa udah 10x lipat harganya pas Neymar ke PSG (222jt euro).
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Mengutip pernyataan dari Coach Justin Lhaksana, kita harus melihat dari pembinaan pemain usia dini dari usia 6 tahun rutin berkompetisi secara konsisten dari U-12 sampe U-23. Dan kita harus menganggap sepak bola sebagai Million Dollar Industry, bukan semata-mata olahraga. Jadi setiap komponen industri mendukung. Karena kalau di Eropa sepak bola bisa mengubah hidup dari miskin sampe jadi kaya raya. Yah kayak Neymar saja, dia tahu kalau dia serius berlatih ujungnya jadi apa.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Bisa dimengerti kenapa dia berhenti karena pegang 2 jabatan penting. Sekali lagi mengutip dari Justin Lhaksana, bahwa siapapun ketum PSSI ga bakal ngaruh kalau sistemnya ga diganti. Jadi ya, antara ngaruh dan ga ngaruh.
Firzie Idris
Jurnalis Sports
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Mesut Ozil. Kelihatan sekali kalau pelatih Arsenal, Unai Emery, sudah tidak cocok dengan maestro asal Jerman ini. Inter Milan digosipkan mengincar Ozil dan saya pikir transfer ke Serie A akan menguntungkan bagai sang pemain yang masih berusia 30 tahun tersebut.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Tottenham. Banyaknya pemain mereka yang cedera sangat melukai kapabilitas Spurs. Sekarang mereka sudah gagal di ajang kompetisi domestik tetapi masih bertahan di Liga Champions.
Pelatih Mauricio Pochettino sudah menekankan pentingnya investasi bagi klub dan bisa jadi ini jendela penting bagi Spurs untuk meyakinkan sang pelatih, yang kabarnya banyak diincar klub-klub elite lain itu, untuk tetap bertahan.
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Sebuah studi pernah menyebutkan bahwa posisi klub di klasemen Liga Inggris kurang lebih berjalan selurus dengan bujet gaji pemain mereka. Memang, ada beberapa tim yang terkadang melawan tren ini, contoh paling ketara adalah ketika Leicester menjuarai Liga Inggris pada 2015-2016. Akan tetapi, kekuatan finansial suatu klub biasanya akan diterjemahkan ke posisi mereka di klasemen.
Liga Jerman, sementara itu, berbeda dengan di Inggris. Sejak beberapa tahun terakhir Borussia Dortmund bekerja keras untuk mengidentifikasi talenta-talenta murah yang dapat dikembangkan klub. Kini meraka dapat mengungguli FC Bayern di klasemen.
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Mungkin dari yang paling simpel dulu, soal penjadwalan. Liga Indonesia selalu bermasalah soal scheduling. Liga Indonesia sudah selesai tetapi Piala Indonesia masih berjalan; bahkan baru memasuki babak 32 besar hingga akhir Januari. Terkini, Persija menjadi korban karena para pemain baru mereka tidak dapat didaftarkan untuk ikut kompetisi AFC.
Kedua, soal manajemen suporter. Beberapa rivalitas antarklub di Indonesia sudah keluar dari jalur. Berbagai langkah yang ditempuh untuk mencegah kekerasan antar suporter terbukti gagal dengan terus berjatuhnya korban.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari liga-liga Eropa terutama soal manajemen massa, kerjasama antar institusi, dan pengamanan di area sekitar stadion yang dapat mencegah jatuhnya lebih banyak korban dari kalangan suporter.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Tekanan terhadap dia sudah terlampau besar, baik dari internal PSSI atau pun eksternal. Saya mendapat informasi bahkan pressure terhadap Pak Edy datang dari orang nomor satu di republik ini. Dari internal, banyak voter dan petinggi PSSI yang juga dikabarkan senang pak ketum mundur. Semoga keputusan pak Edy dan kinerja Satgas Anti Mafia yang terus menciduk para terduga oknum match fixing bisa membuat PSSI terus berbenah.
Hanif Thamrin
Jurnalis
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Pada jendela transfer musim dingin ini yang terdekat adalah Ivan Perisic. Finalis Piala Dunia edisi terakhir itu bisa mengisi kepingan yang hilang di tim Unai Emery. Arsenal sangat membutuhkan sayap yang punya kecepatan, bagus dalam penetrasi dan umpan silang. Emery sangat bergantung dengan skema 4-2-3-1, namun hanya punya Alex Iwobi untuk meng-cover pos sayap. Kehadiran Perisic ke Arsenal akan menambah dimensi baru dalam permainan the Gunners, skema pinjam untuk kemudian dipermanenkan pada musim depan sepertinya menjadi opsi terbaik, mengingat Arsenal tak punya uang untuk mendatangkan Perisic langsung secara permanen. Musim depan akan berbeda, dilepasnya Ramsey dan Welbeck akan meringankan kas Arsenal di sektor beban gaji – sehingga tanpa partisipasi di Liga Champions pun Arsenal masih bisa mendatangkan 1-2 pemain. Jika Ozil jadi dilepas musim depan, maka satu bintang akan datang. Perceraian tak terhindarkan mengingat Ozil masih menjadi pemain bergaji tertinggi di kubu Arsenal dan playmaker Jerman tersebut tak masuk dalam skema Unai Emery. Arsenal harus berinvestasi besar mendukung Emery musim depan – jika tidak, mereka terancam absen lama di Liga Champions untuk empat musim beruntun. Pemain kelas dunia tak akan datang tanpa Liga Champions, lihatlah Juventus: setelah kembali ke Serie A di tahun 2007 mereka kesulitan menarik pemain bintang karena La Vecchia Signora terus terpuruk di papan tengah. Baru setelah 2011 dan menjadi kampiun Serie A tujuh musim beruntun – Bianconerri mampu menarik CR7 ke Italia.
Nasib Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez di Man United akan terjawab pada musim panas mendatang. Teka-teki siapa yang akan menjadi manajer permanen the Red Devils akan menjawab masa depan kedua nama tersebut. Jika Ole Gunnar Solskjaer bertahan, maka Lukaku bisa saja tersedia di bursa transfer musim panas mendatang. Pilihan utama Ole adalah Marcus Rashford, Lukaku tak dalam posisi menguntungkan karena ia seorang target man murni dan tak bisa tampil di posisi lain. Sementara itu Alexis Sanchez masih bisa memainkan 2-3 posisi yang berbeda sehingga masih besar kemungkinan untuk dipertahankan. United dipastikan akan mendatangkan seorang bek tengah mumpuni untuk mengawal lini pertahanan mereka yang keropos.
Teka-teki masa depan Eden Hazard juga akan terjawab di musim panas 2019. Mungkin, dari sedikit pemain berkategori kelas dunia – hanya Eden Hazard yang punya peluang pindah klub musim depan. Tak diragukan lagi bahwa ia selalu mendambakan Real Madrid, namun semua tergantung siapa yang akan mengisi pos manajer Madrid musim depan. Jika Solari dipertahankan, kecil kemungkinan Hazard berganti baju dari biru menjadi putih.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Musim depan berpotensi menjadi musim keenam AC Milan tanpa Liga Champions. Sepakbola Italia butuh Rossoneri kembali ke tempat semestinya, namun tanpa investasi yang nyata – sulit membangkitkan Milan, siapapun pelatihnya. Milan butuh keseimbangan dalam skuatnya, paling realistis bagi Milan adalah membeli pemain muda berpotensi dan memolesnya menjadi bintang. Seperti yang dilakukan Juve dengan Pogba, Dybala, Bernardeschi, Rugani, Sandro: belanja dengan pintar. Manajemen baru Milan terlihat belum solid, teranyar Leonardo dan Paolo Maldini bersitegang terkait penjualan Hakan Calhanoglu. Jika Milan masih morat marit dalam kebijakan transfernya, nasib mereka tak akan berubah pada musim depan.
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat ini. Ada beberapa tim yang mampu meraih gelar tanpa mengeluarkan uang yang banyak, tim-tim seperti Atletico Madrid dan Juventus secara tradisi tidak belanja jor-joran seperti tim Inggris atau duo Spanyol Madrid dan Barcelona – namun mereka tetap bisa berprestasi. Juve adalah rajanya free transfer, dari Fabio Cannavaro, Andrea Pirlo, Fernando Llorente, Paul Pogba, Sami Khedira, Kingsley Coman, Dani Alves, Emre Can, hingga terbaru Aaron Ramsey menjadi bukti betapa efektifnya juru transfer La Vecchia Signora. Atletico juga demikian, menemukan Torres, Aguero, Costa, Falcao, dan menjualnya dengan keuntungan berkali lipat, namun tetap konsisten di Liga Champions maupun La Liga. Uang memang penting, namun filosofi sepakbola yang berkesinambungan jauh lebih penting. Juventus tak akan pernah senang menang dengan skor 4-3 seperti Arsenal, menang 1-0 adalah kebanggaan bagi Juve – dan manajemen Juve membangun skuat dengan acuan tersebut, siapapun pelatihnya. Demikian pula dengan Atletico yang membangun skuatnya berdasarkan filosofi khas Diego Simeone. Selain filosofi, memberi ruang besar kepada tim scouting juga merupakan cara lain untuk sukses tanpa transfer besar. Seperti yang dilakukan Leicester City saat mereka menciptakan keajaiban dengan menjuarai Premier League beberapa waktu yang lalu. Tim scouting mereka menemukan Jamie Vardy, N’golo Kante, dan Riyad Mahrez – jika digabungkan harga ketiganya di bursa transfer saat ini bisa mencapai 200 juta paun. Model ini pula yang diadaptasi oleh Tottenham Hotspur, mereka memberikan kepercayaan dan ruang kepada para pemain muda, itulah kenapa pemain seperti Dele Alli, Harry Winks, Kyle Walker Peters, Juan Foyth, Son Heung Min yang dipercaya tampil reguler di Premier League, hasilnya? Sudah tiga musim beruntun Spurs berada di empat besar, secara konsisten menggeser salah satu dari Chelsea dan Arsenal di empat besar.
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Pertama, konsistensi jadwal. Tingkat kepercayaan sponsor terhadap PT LIB atau PSSI akan tetap rendah jika setiap tahunnya terus merubah jadwal kompetisi liga, terutama pembuatan jadwal yang kerap berbenturan dengan kalender FIFA. Kedua, komitmen tegas PSSI dalam memberantas match fixing, di Eropa kasus seperti ini ditindak tegas. Terbukti hukuman pengurangan poin untuk AC Milan dan Lazio serta degradasi ke Serie B untuk Juventus. Jika ada temuan konkrit dari satgas anti mafia bola yang mengungkap keterlibatan klub lewat manajer atau staff, PSSI harus menindak tegas individu serta klub-nya. Jangan lagi berlindung di balik kata-kata ‘oknum’. Terakhir, aturan yang tegas terhadap pemain asing, tidak hanya dari segi regulasi – namun juga ketegasan terhadap administrasi berupa ITC dan dokumen ketenagakerjaan. Selama ini, pemain asing yang beredar menghambat pemain asli Indonesia untuk berkembang, lihatlah timnas senior – kita kesulitan mencari pemain untuk pos striker, karena posisi itu rata-rata diisi pemain asing di klub-klub Liga 1.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Kesan saya terhadap pak Edy Rahmayadi tidak berubah sedikit pun, di mata saya – beliau tetap orang ‘bersih’ yang ingin memperbaiki sepakbola Indonesia. Hanya saja, sisi sepakbola bukanlah elemen paling kuat dalam kualitas seorang Edy Rahmayadi. Beliau adalah pemimpin yang cakap – sayang untuk memimpin federasi dibutuhkan kualitas khusus yang terkait dengan persepakbolaan, ini yang beliau kurang – dan sayangnya orang-orang pilihannya tidak cukup berkualitas untuk mendukungnya saat ujian-ujian datang menerpa. Dalam hitungan bulan, sekjen pilihan Edy Rahmayadi mundur – sekjen itu layaknya seorang General Manager di PSSI, dari situ saya melihat segalanya tinggal menghitung hari, dan kasus pengaturan skor mempercepat hal yang sebenarnya tidak terelakkan. Sepakbola Indonesia kekurangan satu hal: budaya malu. Seharusnya para exco ikut mundur bersama pak Edy – toh tidak ada sumbangsih nyata yang mereka berikan terhadap sepakbola Indonesia, bahkan tiga diantaranya tengah diperiksa oleh tim satgas anti mafia bola. Di negara lain, jika tidak mampu memberikan prestasi – para petinggi sadar diri dan mundur dengan legowo. Secara regulasi, statuta PSSI juga menyulitkan orang-orang baru dari kalangan profesional untuk masuk dan memberikan perubahan. Dengan kondisi sekarang, hanya rasa pesimisme yang bisa dirasakan pecinta sepakbola Indonesia karena para petinggi PSSI kembali diisi orang-orang lama.
Justinus Lhaksana
Pelatih Sepak Bola
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Kalo di winterbreak susah cari pemain besar. Tapi untuk musim depan sih Hazard karena nampaknya dia nggak happy di Chelsea.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Sebenarnya banyak tim yang butuh, tapi dari beberapa tim besar dunia yang urgent butuh suntikan pemain bagus adalah Real Madrid, Arsenal, dan AC Milan.
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Dalam industri sepakbola jaman sekarang memang dana untuk beli pemain bagus sangat penting. Tapi yang dibutuhkan untuk menjadi juara tidak cukup hanya dana, management profesional, pelatih hebat dan pemain hebat, jika mereka bersinergi baru bisa menjadi tim top.
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Liga Indonesia harus fokus ke pembinaan, dari Sabang sampai Merauke dan dari usia 6 tahun harus berkompetisi tiap minggu. Jika itu bisa dilakukan, 15-20 tahun lagi baru kita bisa bersaing dari top Asia.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Ketua mundur itu hak dia, nggak berpengaruh juga terhadap sepakbola kita. Kita sudah bergantian bbrp ketua dan puluhan exco, sepakbola kota nggak berkembang juga, justru kelihatan stagnan. Jadi masalahnya lebih dalam bukan hanya di ketua.
Darius Sinathrya
Aktor / Sports Presenter
Siapa pemain besar yang Anda harap akan pindah tim pada liga Eropa?
Saya termasuk orang yang melihat bursa transfer musim dingin sebagai solusi jangka pendek dan diambil hanya untuk klub yg punya urgensi karena kondisi kritis di dalam timnya seperti cedera pemain kunci atau memang masih butuh 1-2 pemain untuk melengkapi skuad inti.
Tapi rasanya satu dekade terakhir bursa transfer bukan lagi hanya berfungsi untuk mendatangkan pemain yang benar-benar dibutuhkan klub, ada banyak hal lain yang mempengaruhi keputusan klub dalam mendatangkan atau melepas seorang pemain, di antaranya tidak berkaitan dengan hal teknis dan kebutuhan di lapangan yang sebenarnya.
Jadi kalau ditanya pemain besar yang saya harap pindah di bursa transfer kali ini, saya akan menjawab, jika pemain tersebut benar-benar seorang ‘pemain besar,’ seharusnya ia pindah di musim panas, di mana ada cukup waktu untuk memilih tim, bicara dengan calon pelatih dan pengurus klub baru, juga waktu untuk beradaptasi dengan segala hal yang baru agar kebesarannya terjaga atau semakin jadi di klub barunya.
Menurut Anda, tim manakah yang paling butuh transfer besar?
Saat ini rasanya beberapa tim memang sangat butuh pemain baru yang bisa jadi pembeda atau menambal absennya beberapa pemain kunci. Spurs salah satu tim yang sangat butuh pemain baru dengan banyaknya pemain mereka yang cedera. Saya tidak mengerti keputusan Chelsea merekrut Higuain dan melepas Morata. Sama seperti mereka melepas beberapa pemain muda berbakat yang sekarang jadi kunci di klub rival. Juga keputusan Barcelona mendatangkan KP Boateng.
Lepas dari itu semua, seharusnya media memberi sedikit porsi lebih dalam kemanusiaan dengan tragedi Emiliano Sala. Mungkin perhatian akan berbeda jika kejadian itu menimpa pemain yang punya nama lebih ‘besar.’
Ranah sepak bola sekarang sangat bergantung dengan bursa transfer, benarkah kesuksesan tim bergantung dengan keuangan mereka?
Sebagian kecil, kita sudah melihat banyak klub menghamburkan uang tanpa hasil apapun. Seharusnya sepakbola kembali pada akarnya, tiap klub punya filosofi dan itu dimulai dengan memilih pelatih/manajer yang akan menyusun tim dan menunjukkan pada suporter nilai-nilai klub yang menjadi kebanggaan suporter, sesuatu yang selalu mengikat kita.
PSG dan Man City adalah dua contoh di mana uang belum cukup untuk mendapatkan semua gelar. Namun jika kita lihat lebih dalam, dua klub ini juga menjadi contoh di mana mereka mencoba untuk membangun dan mengenalkan nilai-nilai baru, tradisi baru, dan dengan kekuatan keuangan serta konsistensi mereka, semua seperti hanya menunggu waktu. Tidak ada yang instan dalam sepakbola.
Bagaimana Liga Indonesia bisa belajar dari tren di Liga Eropa?
Sulit.
Apakah ada harapan ketika kemarin ketua PSSI mengundurkan diri? Apa komentar Anda?
Apa yang harus dikomentari? PSSI selalu seperti itu dari dulu. Mereka selalu merasa superior dengan statuta FIFA yang ternyata belum diratifikasi dan sepertinya luput dari perhatian.