Cerita Tentang Kamu
Sebuah cerita tentang mayoritas gambaran kehidupan semua orang saat ini.
Words by Whiteboard Journal
Kamu adalah manusia abad ini. Kamu sudah menjadi kaum urban yang harus bisa mengikuti alur dan gaya hidup perkotaan. Kamu hanyalah manusia biasa yang ingin bebas. Bebas menentukan kehidupanmu sendiri. Namun, semakin kamu dewasa, kamu semakin berpikir bahwa dunia sudah sepenuhnya berbeda. Kamu sadar, kadang hidup bisa begitu… begitu sinting!
Pagi ini kamu terbangun dari tidur pendekmu setelah semalam kamu baru pulang pukul dua pagi karena harus lembur. Jadilah kamu hanya tidur sebentar untuk kemudian bersiap-siap pergi bekerja.
Kamu mandi dengan air dingin karena kamu belum memasang air hangat di tempat tinggalmu. Membuka lemari dan mulai memilih pakaian mana yang ingin kamu pakai. Kamu memperhatikan pakaianmu dalam lemari yang sudah mulai sesak. Ada beberapa pakaian yang sudah enggan kamu pakai lagi. Kamu memikirkan untuk beberes jika ada waktu senggang nanti, dan mengeluarkan pakaian-pakaian yang sudah tidak dipakai itu dari lemari serta memperbaharuinya dengan menambah beberapa pakaian model terbaru setelah gajian tiba. Sepatu dan tas pun kamu sesuaikan dengan pakaian yang kamu pakai. Melihat sepatumu yang sudah mulai membosankan, kamu jadi teringat sepatu impian yang kamu lihat kemarin di salah satu toko sepatu di sebuah mall dan ingin sekali kamu beli. Sabar, nanti setelah gajian tiba, kamu bisa mendapatkannya. Tidak lupa, setelah semua siap, kamu menyemprotkan parfum favoritmu di titik –titik nadi dan lehermu.
Kamu berpikir untuk membuat sarapan tapi kamu belum membeli bahan makanan yang baru. Bahkan kamu lupa beberapa makanan dalam kulkasmu itu sudah kadaluarsa dan belum kamu buang. Kamu memutuskan untuk membeli di restoran cepat saji saja karena waktu masuk jam kantor tinggal sebentar lagi.
Di tempat kerjamu, kamu akan selalu bekerja dengan baik dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Kamu sadar, di tempat kerjapun kamu masih harus bertempur dengan rekan kerjamu yang lain. Siapa yang bekerja lebih baik dan bertahan lebih lama, jabatan lebih tinggi akan kamu menangkan. Otomatis gajimu juga! Di kantormu, kamu bergaul sangat baik dengan rekan kerjamu, mengobrol ketika senggang dan bergosip ketika makan siang. Menggosip adalah kegiatan yang wajib kamu lakukan bersama rekan kerjamu supaya kamu bisa menjalin pertemanan ke tingkat yang lebih tinggi. Karena penerimaan seseorang ke dalam pertemanan bergantung pada berita gosip apa yang mereka bawa. Jadi kamu akan membicarakan soal seseorang yang mempunyai hubungan romantis dengan teman kantornya sendiri, kolega yang suaminya selingkuh, soal perselisihan antar kepala divisi, atau setidaknya soal artis yang sedang heboh dibicarakan di media. Apapun itu, yang penting membicarakan orang lain di belakang.
Jika malam sudah rontok, kamu akan tidur lebih cepat karena besok kamu harus kembali bekerja. Kamu akan mengecek hal apa saja yang belum kamu selesaikan hari ini serta apa saja agendamu untuk besok. Ah, lupa kamu belum membalas pesan dari orangtuamu, maka kamupun baru saja membalas pesan dari orangtuamu yang sudah dikirim sejak siang. Kamu juga tidak lupa berdoa supaya kamu bisa segera membeli rumah dan mobil.
Akhir pekan tiba, kamu akan pergi ke salon setelah Senin-Jumat kamu habiskan untuk bekerja dan merasakan tubuhmu sudah mulai ringsek. Kamu akan pergi makan di restoran, hangout di mall, dan nongkrong di kafe atau bar. Memesan secangkir kopi atau sebotol bir dan tidak lupa mengisap berbatang-batang rokok untuk pelepasan. Kamu butuh memanjakan diri. Kamu perlu diperlakukan baik dan istimewa oleh dirimu sendiri. Ada waktunya untuk mentraktir dirimu sendiri setelah lelah bekerja. Jadilah kamu melakukan semua yang kamu mau. Seperti salah satu slogan yang medesak kita untuk “Just do it!” Kamu belanja apapun yang kamu mau. Belanja sampai mati! Kamu makan apapun yang ingin kamu makan. Toh, diet masih bisa dilakukan besok. Makan sampai kamu mengeluh perutmu buncit. Akhirnya, kamu melakukan program diet. Kamu bingung memilih diet yang enak yang mana. Besoknya, kamu tetap saja makan apa saja. Kamu berpikir, yang terpenting itu manjakan dirimu sekarang atau menyesal karena kamu menghabiskan hidup dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. You only live once!
Yang paling penting di atas segalanya adalah, ikuti apa yang mereka bilang, “Jadilah individu!” Cari pekerjaan karena kamu tidak mungkin terus bergantung pada keluarga. Maka, kamu pun berusaha keras agar bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar pemerintah dengan asuransi dan dana pensiun (Ya, sebetulnya kamu sudah tidak terlalu menginginkan jadi PNS, tapi kalau masih bisa, ya boleh lah ya). Kalau sudah begitu, tidak akan ada orang yang mencibir. Kamu pun hidup tenang dan bahagia. Maka dari itu, kamu memilih pergi dari kota kecilmu demi pekerjaan, penghasilan, dan hidup yang lebih baik, walau itu membuatmu tidak bisa sering berkumpul dengan keluargamu. Di sana, kamu juga berusaha dan berdoa untuk mendapat pasangan yang baik-baik biar nanti kalau kamu pulang ke rumah pas lebaran, kamu bisa dengan bangga menjawab pertanyaan “kekasihmu orang mana?” atau “kapan nikah? Udah ada calonnya?”
Lalu otakmu seperti mau meledak. Kamu pun ambruk. Kamu memilih berpura-pura gila dan masuk rumah sakit jiwa.
–
“Cerita Tentang Kamu” dari Shofi Ayudiana disubmit melalui program Open Column. Jika ingin menjadi bagian dari program ini, klik tautan berikut: Whiteboard Journal Open Column Program.