Quick Review: Howl
“I saw the best of my generation destroyed by madness…” Begitulah awal kalimat dari salah satu mahakarya klasik Amerika abad 20, Howl. Sajak ini ditulis oleh Allen Ginsberg, penulis fenomenal yang muncul pertama kali pada 1950-an.
Teks: Ibrahim Soetomo
Foto: YouTube
“I saw the best of my generation destroyed by madness…” Begitulah awal kalimat dari salah satu mahakarya klasik Amerika abad 20, Howl. Sajak ini ditulis oleh Allen Ginsberg, penulis fenomenal yang muncul pertama kali pada 1950-an. Awal kemunculan karya ini merupakan babak penting dalam sejarah kesusastraan, dan inilah yang coba diangkat oleh Rob Epstein dan Jeffrey Friedman dalam film berjudul sama.
“Howl” merupakan film eksperimental dengan menggabungkan narasi film tradisional dengan dokumenter. Narasi film ini berjalan non-linear dan setiap periodenya dibedakan dengan warna; hitam putih hingga sepia. Film ini juga menggunakan animasi untuk mengilustrasikan sajak Howl. Perpindahan antara adegan dirasa cukup cepat, sehingga penonton tidak bisa menikmati setiap cerita dengan baik, tapi mungkin ini adalah usaha sutradara untuk menggambarkan awal kemunculan Beat Generation secara utuh. Secara keseluruhan, “Howl” merupakan wahana lintas waktu yang mengasyikkan.
Quick Review Howl: 3.5/5
Howl (2010)
Sutradara: Rob Epstein dan Jeffrey Friendman
Sinopsis: Awal karir Allen Ginsberg dan sajaknya, Howl, yang diadili karena memuat konten cabul.