La Pointe Courte (1957)
La Pointe Courte merupakan film pertama Agnes. Film ini mengambil latar sebuah tempat bernama la Pointe Courte di sebuah kota kecil Sète. Dalam film ini diceritakan sepasang kekasih yang menghabiskan beberapa hari di La Pointe Courte untuk memutuskan haruskah mereka tetap bersama atau tidak. Dalam film pertamanya ini, terlihat gaya pengambilan gambar Agnes Varda yang banyak mengambil visual dengan latar dan suasana yang kuat. Pada film ini ia mengambil gambar keseharian para penduduk sekitar seperti kegiatan makan, mengobrol, atau saat nelayan membenarkan simpul pada jaringnya. Film ini dianggap sebagai pelopor new wave pada perfilman Perancis. Dari yang biasanya mengambil cerita dan mengangkat nilai yang kompleks, menjadi lebih sederhana namun memberi tekanan.
Vagabond (1985)
Vagabond adalah salah satu karya Agnes yang substansial. Sandrine Bonnaire memerankan tokoh utama dalam film ini memenangkan Best Actress César tahun 1986. Bercerita mengenai potret seorang perempuan homeless bernama Mona. Pada bagian awal, tubuh Mona tertutup salju dan kedinginan di sebuah gundukan tanah. Cerita kemudian flashback ke beberapa tempat yang pernah Mona singgahi saat berkelana. Secara cermat film ini mengantar Mona bertemu dengan beberapa sosok dan tempat yang menarik seperti seorang profesor botani, peternak kambing, dan pekerja kebun anggur. Mona adalah sosok perempuan yang memberanikan diri pergi dari Paris dan dari pekerjaan yang mapan untuk berkelana. Dengan jalan cerita yang menarik dan sinematografi Agnes yang kuat, wajar bila film ini dianggap sebagai film terbaik Agnes.
Cleo from 5 to 7 (1962)
Film ini menceritakan Cleo, seorang penyanyi pop yang berkeliling di sekitar kota Paris sambil menunggu hasil tes medis. Dengan cermat, Agnes menangkap kronologi yang berdurasi dua jam yakni saat Cleo berjalan-jalan dan menunggu hasil tes medis tersebut. Ia merekam ketakutan Cleo akan kemungkinan hasil tes kanker. Kekuatan sinematografinya berada pada struktur waktu dalam film yang seolah-olah realistik menempatkan Cleo dan 2 jam penungguannya. Selain itu, dalam cerita juga dihadirkan tokoh-tokoh simbolik. Yang paling dekat adalah Antoine, seorang tentara yang baru pulang dan bertemu dengan Cleo yang sesaat seperti menarik tokoh utama dari kekhawatiran hanya kemudian bertanya kepada Cleo beberapa saat kemudian, “Apa kau takut?”
Happiness (1964)
Untuk membicarakan keluarga yang bahagia, Agnes memilih setting cerita Jean-Claude Drouot dan istrinya Claire serta kedua anaknya Sandrine dan Olivier. Ia mengambil latar suburban Paris bersama keluarga tersebut. Cerita dalam film berasal dari keutuhan dan kebahagian keluarga François. Keluarga François dianugerahi dua anak yang tidak pernah menangis dan selalu tertidur sebelum François dan istrinya ingin bercinta. Sampai suatu waktu François ketahuan berselingkuh di belakang Thérèse dan rumah tangganya serta keluarga yang penuh kasih sayang itu harus berpisah. Dalam film ini Agnes masih mempertahankan gayanya untuk mengambil gambar-gambar simbolik yang mampu mewakili cerita seperti saat ketika adegan terakhir, Agnes mengambil gambar bunga matahari yang layu di musim gugur. Lengkap dengan komposisi sebuah lagu dari Mozart yang beberapa instrumen woodwind-nya diganti dengan pekik biola yang liris.
One Hundred and One Nights (1995)
Film One Hundred and One Nights adalah film komedi yang Agnes Varda tulis dan menjadi salah satu film yang diputar di ajang Berlin International Film Festival ke-45. Film ini menceritakan Monsieur Cinema, seorang cinephile yang telah berumur 100 tahun yang menyewa mahasiswi studi film, Camile Miralis untuk membantunya mengingat film-film yang pernah ia tonton. Secara satir, film ini menyindir cinephilia tentang ukuran pengetahuan kritikus film yang terkadang dianggap sebagai nabi dan lewat karyanya ini ia ingin mengkritik masyarakat film yang terkadang snob dan pretensius.
One Sings the Other Doesn’t (1977)
Film ini menjadi salah satu film Agnes yang memiliki narasi yang agak panjang dan kompleks. Mengambil jalan cerita dari dua orang perempuan yang bersahabat sejak lama, One Sings the Other Doesn’t berusaha memberikan karakter yang komparatif. Suzanne (Théresè Liotard) merupakan perempuan yang konvensional, sedangkan Pauline (Valérie Mairesse) terkesan radikal. Lewat film ini Agnes juga dianggap dekat dengan feminisme lewat sebuah adegan saat Pauline menyanyi dan lagu yang ia nyanyikan adalah lirik repetitif “I’m a woman—I’m me!”
The Creatures (1966)
Berangkat dari cerita yang kompleks dan visual yang tidak biasa, film The Creatures mendapat review yang beragam. Ada yang berpendapat bahwa visual The Creatures bagus dan ada yang berpendapat bahwa plotnya terlalu absurd. Apa yang bisa dilihat adalah usaha Agnes untuk memberi visual dan narasi yang masih menyimpan nilai. Di dalam film, apa yang menjadi khayalan dan kejadian nyata yang dialami oleh Edgar tidak jelas. Antiklimaks dalam cerita memberi tekanan pada apa yang Agnes ingin ceritakan, bahwa inspirasi dan keutamaan pada sang seniman mengenai karyanya memiliki dua sisi yang masing-masing tidak tampak jelas kepada penontonnya.
The Beaches of Agnes (2008)
Film berjudul The Beaches of Agnes adalah film dokumenter dan autobiografi Agnes Varda yang menjadi feature filmnya yang terakhir. Di dalam film berdurasi 110 menit ini, Agnes menyediakan visual dengan teknik yang beragam, mengekspos tempat dan teman-teman lamanya, dan menarasikan kisah hidupnya. Di dalam film Agnes juga merayakan ulang tahunnya yang ke 80. Dalam adegan pertama pada film, Agnes membawa sebuah cermin ke pantai dan menancapkannya di pasir, kemudian ombak pelan-pelan bermain di bawahnya. Ia menangkap sensibilitas artistik Perancis yang esensial dalam sesuatu yang kecil dan sederhana. Seperti dalam ekspresi bahasa Perancis joie de vivre atau joy of life, Agnes membawa emosi film dokumenter-autobiografisnya dengan nuansa yang emosional.