Indonesia Etc: Exploring the Improbably Nation
by Elizabeth Pisani
Kadang memang, butuh cara pandang yang berbeda untuk memahami secara lebih baik mengenai apa yang ada di sekitar kita. Dan, perspektif inilah yang membuat Indonesia Etc. buku yang menarik. Alih-alih melihat Indonesia dari sudut pandang turis, lupakan eksotisme, Elizabeth memilih untuk berbaur dan menelisik pada ruang-ruang paling personal warga Indonesia (untuk riset penulisan buku ini, Elizabeth mengunjungi lebih dari 20 provinsi di penjuru nusantara) untuk mendapatkan cerita dan inti dari masalah yang dihadapi bangsa ini. Hasilnya adalah wawasan yang cukup mendalam mengenai sejarah, budaya, politik, ekonomi dan apa yang akan disambut oleh bangsa ini. Rangkuman penting bagi mereka yang pernah menghadap bendera dan hormat pada sang saka.
Lelaki Harimau
by Eka Kurniawan
Agak susah sebenarnya memilih diantara buku karya penulis yang telah mengharumkan nama bangsa di ranah internasional ini. Hampir semua buku karangan Eka Kurniawan memiliki kedalaman cerita yang menarik, tapi “Lelaki Harimau” memiliki keistimewaannya tersendiri. Meskipun termasuk novel tertipisnya – hanya berisi 172 halaman -, Lelaki Harimau seperti merangkum semua karakter terbaik yang dimiliki Eka. Di awal cerita, khayalan diperkenalkan, lalu pelan-pelan diturunkan menjadi mendekati kenyataan, sebelum Eka mengakhirinya dengan khayalan sekali lagi. Namun, sejenak setelah menyelesaikan halaman terakhirnya, Lelaki Harimau akan membuat kita ragu. Mengenai bagaimana kita, sebagai manusia kadang memiliki kemampuan untuk mengaburkan batasan kenyataan dan khayalan, hanya dengan modal amarah dan dendam di dada.
Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
by Dewi Lestari
Bisa dibilang, selain film Ada Apa dengan Cinta, Dewi Lestari adalah salah satu tokoh yang membawa sastra ke ranah populer. Dikenal sebagai penyanyi, nyatanya Dewi Lestari tak kesulitan dalam menuliskan sebuah kisah yang menyilangkan filosofi populer dan sains dalam plot yang cukup menarik. Banyak yang bilang bahwa episode pertama dari seri Supernova ini merupakan yang terbaik diantara lima sekuelnya. Tapi yang jelas, agak susah untuk menemukan pembanding buku berseri yang memiliki dampak sebesar buku ini.
Mereka Bilang, Saya Monyet
by Djenar Maesa Ayu
Bersama Ayu Utami, serta beberapa penulis perempuan lainnya, Djenar Maesa Ayu adalah kanon yang paling lantang dalam mendobrak tembok tebal stigma dan diskriminasi terhadap perempuan di negeri ini. Gaya penulisannya yang lugas, kegemarannya bermain-main dengan kata dan topik yang vulgar seakan menantang konsep norma dan normal yang ada di kepala setiap pembacanya. Melalui kumpulan cerita pendek ini, Djenar memulai perjalanan panjangnya untuk memperjuangkan apa yang ia yakini benar. Tak heran bila kemudian naskah ini diangkat menjadi film dan memenangi empat piala Citra pada tahun 2009.
Narcopolis
by Jeet Thayil
Sesuatu yang berbau substansi maupun hal-hal tabu masih jadi primadona populer hingga hari ini, dan Jeet Thayil menerjemahkannya dengan apik dalam “Narcopolis.” Satu hal yang bisa membuat pembaca tercengang sejak halaman pertama adalah kemampuannya dalam menulis berlembar-lembar halaman introduction yang terdiri dari satu kalimat saja. Jika Anda suka William S. Borroughs, pasti buku ini bisa jadi pelengkap imajinasi Anda dalam melihat keliaran dunia yang tidak terselubung oleh sistem atau tata krama dari pemerintahannya. Buku ini menyajikan kehidupan di Mumbai, India yang kurang lebih merangkum buku-buku Burroughs, yakni “Junky” dan “Naked Lunch” lengkap dengan kehadiran opium, halusinasi, ketuhanan, kematian dan adiksi yang menggerus dan memperkaya jiwa seseorang sekaligus. Jika Anda suka ‘petualangan’, buku ini akan mendorong Anda untuk mengeksplorasi sudut underground kota Mumbai.
Pulang
by Leila S. Chudori
Namanya menjadi warna tersendiri di antara penulis Indonesia. Dikenal sebagai jurnalis dan penulis di Indonesia yang mengemban pendidikan di benua tetangga, Leila peka dengan isu-isu dan fakta di sekitarnya. Bertolak dari pengalaman hidup dan referensi buku yang mempengaruhi gaya penulisannya, ia merumuskan sebuah buku berjudul “Pulang.” Lewat buku ini, Leila menjahit setting antara Perancis dan Indonesia pada tahun 65-68. Mengangkat keadaan politik yang kacau dari kacamata persona tokoh-tokoh utama, Leila menggambarkan pergulatan yang dialami para eksil dan keturunannya yang ditampik. Dengan menyetarakan segala elemen cerita, pembaca bisa menemukan nasionalisme dan eksistensialisme yang seringkali dipinggirkan oleh seseorang. “Pulang” jelas akan menggerakkan siapapun yang apatis maupun nasionalis, berkat deskripsi dan penceritaan apik, terlepas dari carut marut politik Indonesia.
Saksi Mata
Seno Gumira Ajidarma
Walau kemampuannya dalam merangkai kata secara romantis di “Sepotong Senja untuk Pacarku,” bisa membawa siapapun terombang ambing dalam kegombalan, “Saksi Mata” berpijak lebih kuat di ingatan pecinta buku. Seno dan keinginannya untuk menguak kebenaran sekaligus melawan kemapanan telah membawa dirinya di bawah sorot lampu sejak peristiwa Timor Timur. Karena ditekan oleh pihak-pihak berkepentingan ketika ia ingin merilis berita mengenai Dili, Seno berinisiatif untuk menceritakannya dalam format fiksi, “Saksi Mata.” Berangkat dari mitos bahwa fiksi dipercaya sebagai kanal yang dapat mengabadikan pesan, lewat buku ini Seno membuat mereka yang belum lahir ketika peristiwa berlangsung dapat mengetahui kekejian yang terjadi di Timor Timur. Di buku ini, pembaca akan dibuat tertegun dengan kelihaian Seno dalam menyembunyikan makna – sebuah keadaan yang masih perlu dilakukan sekarang jika ingin mengedarkan fakta.
Gadis Kretek
Ratih Kumala
Lupakan latar belakang Ratih Kumala, apalagi kehidupan personalnya jika ingin membaca karyanya agar tidak menjustifikasi kemampuannya dalam meracik cerita. “Gadis Kretek” ini bukan cerita tentang cinta melulu atau isu pencarian jati diri, jika itu kesan yang timbul ketika membaca resensi yang beredar. Hadir dengan latar belakang beberapa kota; Kota M, Kudus, Jakarta, pada periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Ratih memberikan pembaca sebuah dunia romantis yang penuh misteri. Sebuah cerita dengan alur dan penokohan menarik, membuat pembaca bertanya-tanya siapakah perempuan yang menjadi tokoh sentral dalam buku ini. Yang pasti, berkat narasi padat nan apik, Ratih tahu benar bagaimana membuat pembaca tidak bisa menutup buku sebelum tahu siapa sang gadis yang membuat tokoh-tokoh dalam bukunya ketar-ketir.