Ca Bau Kan (2002)
dir: Nia Dinata
Sebagai film panjang pertama rilisan Kalyana Shira Films, Ca Bau Kan mampu mengangkat nama rumah produksi ini ke level di atas rata-rata. Diangkat dari novel karya Remy Silado yang berjudul Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa, versi layar lebarnya diperankan oleh jajaran aktor dan aktris kawakan seperti, Ferry Salim, Lola Amaria, Niniek S. Karim, sampai Alex Komang. Dengan pimpinan Nia Dinata sebagai sutradara, dan produksi artistik yang handal, deretan aktor tadi mampu menghidupkan kembali kisah prostitusi di era perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dirilis di tahun 2002, film ini juga memiliki sejarah tersendiri karena menjadi salah stau film lokal pertama yang menggunakan Bahasa Hokkian yang dilarang oleh pemerintahan Orde Baru.
Arisan! (2003)
dir: Nia Dinata
Sampai sekarang, Arisan! Mungkin menjadi salah satu film nasional yang mampu membahas berbagai masalah urban dalam tone yang menghibur, tanpa mengurangi relevansi isu yang diangkat. Dibintangi deretan aktor dan aktris handal, Nia Dinata sekali lagi menunjukkan tangan dinginnya untuk menghasilkan sebuah film yang berkualitas. Plotnya yang berpusat pada kehidupan beberapa tokoh dalam aktivitas khas kelas atas mampu menceritakan sisi kehidupan yang ketika itu belum banyak jadi bahasan, termasuk salah satunya tentang isu homoseksualitas yang ditampilkan dengan berani dan nyata oleh film ini. Tak mengherankan ketika kemudian film ini banyak meraih penghargaan, termasuk diantaranya adalah 12 nominasi di Festival Film Indonesia tahun 2004, dimana mereka lalu memenangi 5 piala diantaranya. Pada tahun 2011, Kalyana Shira kembali dengan sekuelnya, Arisan 2 yang
Janji Joni (2005)
dir: Joko Anwar
Meskipun ceritanya cukup sederhana, Janji Joni merupakan salah satu film Kalyana Shira yang mampu menyentuh banyak individu, dan bahkan menjadi salah satu film penanda generasi. Sebagai film pertamanya, Joko Anwar mampu membuat sebuah film komedi romantis yang hingga kini agak susah dicari pembandingnya. Menceritakan tentang perjalanan seorang pengantar film dalam menjalankan tugsanya, film ini juga sedikit menyinggung masalah perfilman dan pentingnya kejujuran di dalam alur ceritanya. Berbagai penghargaan yang diraih oleh film ini membuktikan taji film ini, termasuk salah satunya pencapaian mereka di SET Awards dan Asia Pacific Film Festival 2005. Yang kemudian membuat Janji Joni semakin lekat dengan ingatan adalah soundtrack berisi 14 lagu keren yang dikurasi oleh tim Aksara Records, dimana publik diperkenalkan dengan nama-nama seperti White Shoes and The Couples Company, The Adams, Zeke and The Popo hingga Tomorrow People Ensemble.
Berbagi Suami (2006)
dir: Nia Dinata
Ketajaman Kalyana Shira Films dalam mengangkat isu-isu yang belum tersuarakan kembali terbukti pada film Berbagi Suami. Seolah tak puas dengan pencapaian Arisan! Yang cukup berhasil dalam membongkar cerita dari kehidupan urban dan isu tentang homoseksualitas, di film ini, fenomena poligami dan segala cerita di dalamnya dibahas dengan apik. Beberapa angle yang ditampilkan dari jalan hidup tiga perempuan mengupas berbagai sisi poligami dari perspektif perempuan. Kualitas akting pemerannya yang bermain dengan natural, serta intrik cerita yang menarik membuat film ini selalu seru untuk ditonton. Selain sukses dalam meraih dua Piala Citra pada tahun 2006, film ini juga mendapat apresiasi di level internasional dengan raihan dua award bergengsi, yakni Best Feature Film dalam Hawaii International Film Festival, juga “Movie of the Year” dari Guardians e-Awards.
Perempuan Punya Cerita (2008)
dir: Upi Avianto, Nia Dinata, Fatimah Rony, Lasja Fauzia Susatyo.
Perempuan Punya Cerita adalah proyek kompilasi empat film pendek karya empat sutradara; Upi Avianto, Nia Dinata, Fatimah Rony, dan Lasja Fauzia. Keempat sutradara ini mengangkat empat cerita yang tersebar di beberapa daerah, Jakarta, Kepulauan Seribu, Cibinong dan Jogja. Sumantri, Safina, Esi, dan Laksmi, empat tokoh utama dari film ini membuka pandangan penonton mengenai diskriminasi dan masalah yang dihadapi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Script yang seperti diangkat langsung dari cerita yang tersembunyi dari kehidupan sehari-hari, membuat film ini mampu mengangkat kesadaran akan ketidakadilan yang harus dihadapi perempuan Indonesia.
Quickie Express (2007)
dir: Dimas Djayadiningrat
Jika di Janji Joni Kalyana Shira Films mengangkat genre komedi romantis, Quickie Express adalah sebuah film dimana mereka mencoba menjelajahi black comedy. Sekali lagi mengangkat topik yang cukup tabu di masyarakat: gigolo, kali ini Dimas Djayadiningrat dilibatkan sebagai sutradara untuk menghidupkan script dari Joko Anwar yang imajinatif. Hasilnya adalah sebuah film dengan tampilan prima yang menggugah tawa sembari tetap menyindir benak para penontonnya. Nuansa 70’an berhasil dihidupkan dengan tata artistik dan kamera yang apik. Deretan cameo yang tampil prima juga menambah kualitas film ini. Menariknya, di soundtrack film ini muncul sebuah band fiktif bernama “The Squirts” dimana David Tarigan menjadi vokalis dengan gaya disko maksimal.