Edisi Selected kali ini datang dari Feel Koplo, yang menyajikan perjalanan seorang Penjelajah Jalan Tikus. 

Tetumbuhan rindang – semak belukar di lembah lapang – kerikil yang lembab di tepi sungai – kabut misterius. Derap langkah, jejak yang tertinggal, dan siulan hewan. Tapi bukan itu, kita bangun dan tergesa, melawan jarum jam dan notifikasi di gawai seluler untuk tetap kalah pada waktu. Begitu sasaran sudah di ujung picingan mata, terurai pula pola dan berbagai macam gantinya untuk kemudian ditarik pelatuknya–tapi kalem sebatang dulu. Mengedarai hiruk pikuk realita, dari persimpangan depan sudah tampak tumpukan nasib serupa. Pilihan ada di sebalah kiri jalan, secercah harapan kurang lebih selebar 150 centimenter dikurang pot tanaman, tumpukan dus, ban bekas, tong sampah, nmax yang terparkir, atau gerobak nasi kuning pondasian, diiringi kicauan mesin token listrik. Itu pun tak tampak dimana ujung dan keluarnya. Akhirnya, mau gimana lagi. Dengan penuh cemas dan harap, kunyah-lumat-dan-telan dulu saja. Sisanya bisa dinikmati atau dimaki sesuka hati. Selamat! Sekarang kita sudah sampai di tujuan, atau belum? Gapapa.