Tujuhpuluhlima
Fat Cat Ffonz is back after a long time of absence.
Fat Cat Ffonz is back after a long time of absence.
Sebuah band berisi dua orang; Bernardus Fritz Adinugroho dan Jonathan Pardede, yang memiliki ketertarikan dalam musik elektronik ini sudah menjajal beberapa panggung di ibu kota. Melihat gerak geriknya yang , bukan berarti performa Sunmantra patut dipertanyakan. Melayangkan kekaguman atas aransemen yang mereka buat, bisa jadi salah satu bentuk apresiasi musik, namun rasanya menggerakkan tubuh sembari menikmati alunan dentum dansa menjadi pilihan terbaik. Kami mendapat kesempatan untuk mengetahui latar belakang atas berdirinya Sunmantra dengan berbincang bersama Bernardus Fritz Adinugroho. Intinya karena kami mau buat sesuatu yang belum pernah dilakukan. Dulu, kami tergabung dalam Black Mustangs yang notabene band. Setelah vakum, akhirnya saya dan Jojo memutuskan untuk buat sesuatu yang , itulah yang membuat kami memilih jenis musik ini, selain memang kami berdua lagi mengulik musik elektronik. Sebenarnya Sunmantra itu sampai sekarang adalah duo, cuma lebih . Ke depannya, kami tidak menutup kemungkinan juga untuk berkembang ke area yang lebih kolektif, karena kami selalu ingin buat sesuatu yang untuk membantu proses kreatif kami. dalam musik kalian, dari mana pengaruh musik yang didapat ketika meracik karakter Sunmantra? Banyak hal yang mempengaruhi kami, karena kami banyak medengarkan musik techno, acid house dan deep house. Nah, dari ketiga genre itu, kami campur terus dan jadilah musik Sunmantra, dan juga belakangan ini kami lagi banyak menonton film sci-fi dan giallo, lagunya kami ambil dari genre tersebut. EP selanjutnya, kami akan lebih instrumental. Karena tanpa vokal, yang kami mau adalah atau dari karakter instrumen yang kami pakai. Sebenarnya kami lebih eksperimen ke arah . Kami lagi banyak merekam ulang aransemen yang sudah jadi, agar karakter suaranya sesuai dengan apa yang kami inginkan.