Pandemi Membuat Ekspor Mie Instan Korea Mencapai Rekor Penjualan Tertinggi
Selain karena pandemi, peningkatan permintaan akan ramyeon ini juga disebabkan oleh film “Parasite”.
Teks: Ratu Intan Mutia
Foto: Aju Business Daily
Meskipun dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, kecintaan orang di seluruh di dunia terhadap mie instan tidak dapat dihentikan begitu saja. Selain cara memasak yang mudah, mie instan bisa dibilang cukup mengenyangkan dan, hebatnya, tidak membuat kita merogoh kantong lebih dalam. Selama pandemi berlangsung, kecintaan orang-orang terhadap mie instan ternyata kian meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut laporan dari Aju Business Daily, ekspor mie instan yang biasa disebut ramyeon di Korea Selatan telah mencapai rekor tertingginya di tahun 2020.
Di tahun tersebut, dimana pandemi benar-benar mengurung kita, ekspor ramyeon dari Korea Selatan mencapai angka 603,6 juta USD atau setara dengan 8,5 triliun IDR. Peningkatan sebesar 29,3 persen per tahun ini terjadi murni karena permintaan ramyeon yang meningkat selama masa pandemi. Selain itu, peningkatan tajam dalam penjualan ramyeon Nongshim pada tahun 2020 juga dikaitkan dengan film “Parasite” karya Bong Joon-ho. Nama dari film pemenang Oscar tersebut tentunya sudah akrab di telinga masyarakat. Terlebih, porsi waktu di rumah yang lebih banyak bisa saja membangkitkan keinginan untuk menonton ulang film tersebut dan menemukan apa yang dinamakan “Jjapaguri” atau “Ram-don”. Campuran dua ramyeon populer dengan topping daging sirloin ini merupakan metafora kuat untuk kelas atas dan kelas bawah. Penonton film “Parasite” dari seluruh dunia mulai penasaran akan rasa tersebut dan akhirnya berlomba-lomba mencari “Chapaghetti” juga “Neoguri” untuk segera disantap.
Penyebaran ekspor ramyeon ini telah diungkapkan oleh Korea Customs Service dimana 150 juta USD (1,5 triliun IDR) atau 24,7% dari total ekspor telah dikirimkan ke Tiongkok. Angka tersebut diikuti oleh ekspor ke Amerika Serikat sebesar 82 juta USD (1,15 triliun IDR), Jepang sebesar 55 juta USD (774 miliar IDR), dan Thailand sebesar 27 juta USD (380 miliar IDR). Penting untuk dicatat bahwa rekor tertinggi tidak memperhitungkan ramyeon yang diproduksi di pabrik luar negeri. Dengan begitu, produksi di pabrik luar negeri ini pun akan mendorong popularitas yang terlihat pada tahun 2020.