Upaya Swara Gembira Menjaga Warisan Musik Indonesia
Kami berbincang dengan Swara Gembira mengenai perkembangan karya musik Indonesia dan bagaimana kita dapat mempertahankan warisan karya Indonesia di era yang serba cepat ini.
Teks: Avi Amerta
Foto: Swara Gembira
Dengan terus berkembangnya progresi musik Indonesia dari dulu hingga sekarang, penting rasanya untuk menjaga warisan karya-karya seni lawas Indonesia. Tentu saja menjaga warisan karya Indonesia adalah hal yang harus dilakukan secara kolektif, seperti apa yang dilakukan oleh Swara Gembira. Kami berbincang dengan Rifan dari Swara Gembira mengenai perkembangan karya musik Indonesia dan bagaimana kita dapat mempertahankan warisan karya Indonesia di era yang serba cepat ini.
Dari mana datang gagasan untuk mengangkat kembali musik Indonesia lama di konteks modern?
Swara Gembira hadir sebagai sebuah aspirasi yang berangkat dari kecintaan kita akan ragam budaya populer Indonesia, bukan hanya musik populer melainkan karya seni lainnya seperti seni tari, tata rias, dan tata busana. Ketertarikan ini kemudian diwujudkan melalui sebuah pagelaran karya, yang memang berporos pada musik karena saat ini musik masih menjadi disiplin seni yang paling mudah dinikmati, dan bisa merangkul beragam karya seni lain di dalamnya.
Swara Gembira tidak membatasi diri kami untuk hanya bercerita tentang musik Indonesia lama. Namun saat ini perlu kita sadari bahwa untuk bisa mengembalikan cetak biru ragam budaya populer Indonesia yang sempat terkikis akibat derasnya pengaruh industri musik dunia yang mulai gencar di Indonesia pada era 90-an, kita perlu mencari karya-karya yang mampu mewakili watak dan karakter Indonesia itu sendiri dan kebetulan hal tersebut dimiliki oleh karya musik sebelum era kita.
Di sisi lain, Swara Gembira sendiri tak ingin terjebak dalam nuansa romantisme nostalgia, akhirnya kami mencoba untuk hadir, menawarkan karya-karya populer Indonesia di masa lampau dengan kemasan yang relevan untuk dapat dinikmati penikmat seni masa kini.
Di acara Swara Gembira, kalian berhasil mempertemukan berbagai macam karakter, tua-muda semua berdansa. Apakah ini terbayang saat kalian menginisiasi Swara Gembira?
Kami merasa hal ini tak dapat dihindari. Pada awalnya, Swara Gembira mengutamakan muda-mudi Indonesia sebagai objek yang harus diedukasi karena mereka adalah agen yang bisa mempopulerkan kembali ragam budaya populer kita. Namun, akan selalu ada interseksi dari generasi dewasa yang rindu akan pertunjukan kolosal dan penuh nostalgia. Swara Gembira sendiri menikmati arus pertemuan ini sebagai sebuah fenomena menarik, dimana apresiasi akan karya budaya dapat dinikmati lintas usia dalam satu gelanggang dansa
Bagaimana Swara Gembira melihat progresi musik Indonesia dari dulu hingga sekarang?
Secara kecepatan dan kuantitas, jelas progresinya meningkat. Hal ini tentu terjadi karena kemudahan akses informasi dan teknologi. Namun, patut disayangkan bahwa secara ragam dan watak, musik saat ini kehilangan cetak birunya. Pengaruh industri dunia mendominasi perkembangannya, memberikan ruang yang sangat sedikit bagi musisi untuk membuat karya yang mewakili warna dan karakter musik Indonesia.
Dulu kita dapat melihat indahnya musisi legenda seperti Elfa Secioria (Alm), dengan serius mengaransemen lagu kanak-kanak bersama Sherina, dan kisah seperti ini hanya menjadi mitos dalam industri musik modern. Dulu, pelaku musik populer dapat membuat cerita yang menjadi saksi peradaban, seperti lagu “Bento” dalam proyek Kakanta Takwa, “Gosip Jalanan” oleh Slank, atau lagu “Pager” dan “Mak Comblang”, yang secara tulus hadir mewakili masanya. Hal ini tidak terjadi di masa sekarang, dengan narasi yang cenderung monoton dan seragam. Ada beberapa pergerakan dari musisi independen untuk mendobrak fenomena tersebut, namun belum cukup besar untuk membuat karyanya populer di khalayak luas.
Apakah ada kisah menarik dari interaksi kalian dengan musisi-musisi legendaris yang telah kalian ajak kerja sama?
Tentu ada. Swara Gembira pada awal dibentuk memiliki impian untuk melihat terjadinya kolaborasi karya antar musisi lintas generasi, dimana musisi muda dengan talentanya dibina oleh musisi tua yang menyaksikan ragam budaya populer Indonesia sebelum kemudian terkikis. Album “Detik Waktu” yang menginterpretasi karya-karya Candra Darusman oleh para musisi muda adalah salah satunya, dan banyak proyek kolaborasi lainnya yang masih dipersiapkan di balik dapur.
Bagaimana respon musisi lama saat di acara kalian mereka dipertemukan dengan musisi zaman sekarang?
Bergairah, terharu, dan gugup. Banyak dari mereka yang sudah tidak tampil di panggung akbar selama bertahun-tahun, dan kemudian dihadapkan pada ribuan penikmat seni dengan pertunjukan yang kolosal. Gelora ini sudah sepatutnya kita apresiasi
Menurut Swara Gembira, peran apa saja yang dapat dilakukan oleh generasi masa kini untuk mempertahankan warisan karya Indonesia?
Membentuk ekosistemnya agar budaya populer Indonesia dapat diapresiasi. Generasi muda harus bisa keluar dari pola pikir bahwa warisan karya Indonesia adalah karya tradisional, karena substansi dari tradisional hanya terjadi ketika karyanya terhenti dan tidak dilestarikan. Busana berbahan jeans/denim adalah warisan tradisional pada eranya, namun tidak pernah kita sebut ‘kuno’ atau ‘tradisional’ karena terus berkembang dan dilestarikan tanpa mengorbankan esensi utama dari budaya itu sendiri. Dengan membuang pola pikir tersebut, dan mulai tergerak untuk mencari tahu khasanah Indonesia yang beragam dan menarik untuk kemudian dipopulerkan kembali, maka ekosistem ini akan terbentuk secara masif dan berkelanjutan
Apakah yang akan jadi kejutan spesial di acara Karya Platinum Swara Gembira – Asmaradahana nanti?
Malam Gembira Asmaradhana akan menjadi malam istimewa, memainkan lagu-lagu bertemakan cinta dari era 30-an hingga 2000-an dengan alunan musik Swing untuk kemudian dikemas menjadi kolosal layaknya ‘broadway’ dengan watak Indonesia. Ragam lagu kejutan dan kolaborasi kejutan akan hadir untuk pertama kalinya, dan seluruh pengunjung yang harus hadir bersama pasangan dengan busana kontemporer Indonesia akan menjadi saksi bahwa Indonesia mampu memiliki sebuah pertunjukan megah nan kolosal yang saat ini hanya menjadi mimpi.
–
Malam Gembira Asmaradahana akan terjadi tanggal 12 Mei besok. Menampilkan rangkaian kejutan yang akan membawa kita ke nostalgia bernuansa platinum, Malam Gembira Asmaradahana merupakan malam spesial yang akan memberi kesan tak hanya pada pengunjungnya, tapi juga menjadi penanda terjaganya warisan progresi karya musik Indonesia. Sebuah gelaran penting bagi mereka yang telah memperjuangkan mimpi, dan selangkah maju untuk menunjukkan progresi diri.