Upaya CapitolaVR Membawa Lukisan Rembrandt Menjadi Realita
Apresiasi seni tingkat tinggi menggunakan augmented reality.
Teks: Stefano William A.
Foto: Dezeen
Salah satu hal paling luar biasa yang bisa dilakukan oleh seni adalah dengan mengajak khalayak untuk masuk ke dalam pikiran seorang seniman. Penikmatnya akan menemukan makna masing-masing ketika sudah menikmati sebuah karya secara menyeluruh. Kali ini, CapitolaVR, sebuah agensi desain asal Belanda, mencoba mengantar pengunjung museum Mauritshuis, Den Haag, untuk masuk ke dalam sebuah lukisan karya salah satu pelukis terbesar Eropa, Rembrandt. Menampilkan karya pilihan, “The Anatomy Lesson”, aplikasi augmented reality (AR) memperbolehkan pengunjung untuk mengeksplorasi sejarah dan bagaimana suasana pembedahan anatomi manusia seperti dalam lukisan tersebut.
Pengerjaan aplikasi bernama Rembrandt Reality ini membutuhkan sekitar 600 kamera untuk memindai pose dan mimik muka aktor-aktor yang mirip dengan orang di dalam lukisan. Proses kemudian berlanjut untuk dapat menghasilkan sebuah adegan dan bisa diakses secara virtual. Keunikan dalam lukisan Rembrandt pada berbagai efek pencahayaan yang diciptakan, bisa ditransformasikan ke dalam medium AR oleh tim pengembang. Pengguna bisa berinteraksi dengan objek-objek di dalam lukisan untuk mendapatkan informasi lebih jelas. Detail-detail yang sulit terlihat juga dijelaskan lewat voice-over dalam aplikasi. Meski terkesan hanya seperti sebuah gimmick, pengalaman ini memperkaya pesona dari karya juga membuktikan perpaduan mantap secara estetika dan kegunaan.
Ketersediaan akses dengan mengoptimalkan teknologi terbukti mampu membawa kepuasan tersendiri terhadap sebuah lukisan. CapitolaVR sukses mengikuti jejak Rembrandt sebagai pionir. Pencapaian ini jelas menjadi tolak ukur baru untuk membuat inovasi lain di masa depan. Lewat adanya inisiatif seperti CapitolaVR, kini semua orang mampu menghormati sebuah karya lewat ruang yang lebih luas sekaligus edukatif dan imajinatif.