“Speed Dating for Ghosts”, Game yang Mengomentari Budaya Romansa Modern
Secara lantang, game ini turut mengomentari budaya romansa di era serba instan
Teks: Winona Amabel
Foto: Steam
Sebuah game bernama Speed Dating for Ghosts hadir menawarkan experience pengguna untuk berperan sebagai hantu kesepian yang mencari pasangan di kehidupan alam bakanya. Uniknya, hantu-hantu lajang berkumpul dalam sebuah acara speed dating, mencoba membuka percakapan dan sejumput peruntungan. Jika merasa cocok dengan salah satu hantu setelah serangkaian percakapan, kita bisa pergi berkencan dengannya ke tempat-tempat favorit para hantu seperti rumah tua dan renyot ataupun tempat kejadian pembunuhan.
Tentu secara lantang, game ini turut mengomentari budaya romansa di era serba instan. Bertemu di satu acara, terlihat menarik, ajak mengobrol, tidak cocok? Tinggalkan. Coba peruntungan dengan yang lain, mengobrol, kemudian cocok? Bisa coba dijalani. Persis seperti gaya hidup yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Namun metafora yang ditampilkan tidak sedangkal itu, karena Speed Dating for Ghosts juga memperlihatkan bagaimana di alam baka pun, hantu yang tidak butuh makan, minum, tidur, dan tidak menua juga tetap membutuhkan relasi emosional dari hantu lainnya. Ada hantu yang masih ‘dihantui’ trauma masa lalunya ketika hidup, ada hantu yang masih mencoba berdamai dengan kenyataan bahwa ia telah mati. Segala permasalahan itulah yang menjadi latar belakang bagaimana hantu-hantu membutuhkan dukungan emosional dari hantu lainnya. Sama seperti manusia modern yang sekalipun telah independen secara fisik dan materi, namun tetap membutuhkan relasi emosional dengan orang-orang terdekatnya.
Speed Dating for Ghosts bisa dibeli di situs Copychaser atau Steam.