Mengenal Aktor Utama dalam Web Series “Arah”, Roy Sungkono
Kami menemui aktor utama dari “Arah”, yakni Roy Sungkono untuk mengenalnya serta mendapat gambaran tentang seri ini.
by Amelia Vindy
Sebuah web series sedang digarap oleh Visinema Pictures yang dikenal di balik kesuksesan film serta kafe Filosofi Kopi. Berjudul “Arah”, proyek ini tak hanya menawarkan tontonan baru bagi semua orang, tapi juga mengangkat konsep yang terbilang segar dalam konteks seri. Berdasarkan hal tersebut, kami menemui aktor utama dari “Arah”, yakni Roy Sungkono untuk mengenalnya serta mendapat gambaran tentang seri ini.
Seperti apa awal mula perkenalan Roy dengan dunia seni peran?
Pertama kali kenal dari teman yang shooting FTV. Pada waktu itu juga ibu saya memberi pilihan untuk tetap di Indonesia untuk kerja atau ke Amerika Serikat ikut dia sehabis sekolah. Saya pun memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Kemudian semenjak saya masuk management, saya langsung coba teater.
Sebelum besar lewat deretan FTV, Anda sempat berperan di film laga asal Brunei Darussalam, “Yasmine”. Bagaimana Anda bisa mendapatkan peran film dari negeri seberang?
Sama seperti proyek lainnya, saya mendapatkan peran melalui casting, tapi yang saya tahu untuk peran Ali, sebenarnya sudah ada pemerannya. Jadi ada serentetan proses sebelum terpilih sebagai Ali.
Saya sempat tinggal 1 bulan di Brunei untuk berlatih, belajar bahasa dan bedah skenario bersama sutradara. Ya, total hampir 3 bulan di sana.
Setelah mendapatkan peran pada film “Yasmine”, Anda sempat sangat tertarik pada film laga. Apa yang membuatnya demikian?
Tantangan fisiknya dan saya mau masuk film laga lagi, tapi dengan persiapan yang matang supaya hasilnya memuaskan. Jadi walaupun makan waktu dan melelahkan, itu semua terbayar.
Terdapat perbedaan antara produksi serta industri film dan FTV. Sebagai aktor yang pernah merasakan 2 dunia tersebut, bagaimana Anda menyikapi kualitas cerita yang dirancang untuk masing-masing format?
Kalau di industri TV lebih banyak dituntut soal waktu dan improvisasi, karena kurangnya waktu untuk mengolah skrip dan dikejar waktu sampai pagi karena diharuskan tayang. Jadi masuk industri TV harus siap waktu 24 jam untuk shoot. Sedangkan untuk film memerlukan banyak waktu untuk mengolah, menyiapkan skrip untuk memberikan performa terbaik.
Sebenarnya sama-sama memakan waktu, tetapi dengan film kita bisa mendapat karya yang lebih baik karena mempunyai banyak waktu dan melewati workshop bersama sutradara dan pemain. Kedua format ini juga mempunyai tantangan, tapi saya senang walaupun memakan waktu, keduanya mampu menghasilkan karya yang bagus untuk warisan dalam hidup saya.
Setelah FTV merajalela, keberadaan internet membuat publik semakin banyak menghabiskan waktu online, sehingga muncul konten digital seperti web series. Sebagai generasi muda, bagaimana Anda menyikapi pergeseran platform hiburan tersebut?
Sebagai pemain justru senang sekali karena semakin banyak konten yang bisa dikerjakan, serta semakin banyak sutradara dan sineas muda kreatif dan anti mainstream.
Bicara web series, Anda sedang tergabung dalam proyek berjudul “Arah” sebagai pemeran utama. Apa yang membuat Anda tertarik untuk mencoba proyek ini?
Pertama adalah soal menyanyi lalu band dalam proyek ini yang menarik sekali. Saya ingin sekali merasakan panggung dan melihat karakter vokalis yang berbeda, jadi tertantang untuk bermain.
Pada “Arah”, Anda diminta untuk berperan menjadi musisi. Adakah tantangan berbeda yang Anda hadapi untuk mendalami peran?
Jelas jauh berbeda. Dari segi selera musik dan gaya baju sudah beda. Sifat dan kepercayaan diri di atas panggung berbeda. Jadi ini sangat berbeda dari karakter yang saya mainkan.
Di “Arah” pula, Anda tergabung dalam sebuah band yang dimainkan oleh musisi sekaligus aktor yang memiliki latar belakang menarik. Melihat uniknya cast yang dipilih, apakah proyek ini mampu menghadirkan konten segar kepada publik?
Sangat mampu (tertawa). Lagu yang dibuat untuk web series ini sangat easy listening dan unik. Saya yakin publik akan suka saat mendengar lagu dari “Arah”. Dari segi cerita sangat menarik, karena ada persahabatan, keluarga, dan tentu passion serta perjalanan berkarya khususnya di bidang musik, sehingga akan sangat disayangkan kalau ada yang melewatkan.
Melihat antusiasme publik terhadap konten web series, apakah menurut Anda industri hiburan sebaiknya semakin banyak memproduksi konten dengan format ini?
Sekarang dengan era digital dan internet yang begitu cepat koneksinya, saya yakin ke depannya akan banyak konten hiburan dan akan banyak orang yang akan menonton melalui handphone, tablet atau laptop.
Adakah proyek mendatang yang sedang Anda persiapkan?
Untuk proyek yang akan datang akan ada film, tetapi saya masih konsentrasi di Soundrenaline pada bulan September mendatang.
–
Meskipun bagi Roy karakter yang harus ia perankan pada seri ini cukup berbeda dengan kepribadiannya, namun tantangan tersebutlah yang justru membuatnya ingin berusaha agar mampu memerankan karakter utama tersebut dengan baik. Melalui wawancara di atas, kira-kira akan seperti apakah alur cerita dari web series “Arah” dan karakter peran yang diceritakan oleh Roy?