Review Ready Player One: Film Tentang Easter Egg dengan Senjata Nostalgia
Film “Ready Player One” adalah perayaan untuk semakin populernya budaya komik dan game belakangan ini.
Foto: Readyplayeronemovie.com
Film “Ready Player One” adalah perayaan untuk semakin populernya budaya komik dan game belakangan ini. Bagaimana mereka merayakannya? Dengan mengeksploitasi habis-habisan easter egg sebagai ide utama cerita dan juga sebagai fungsi. Secara fungsi, film ini memanfaatkan dengan maksimal easter egg, di mana bahkan sejak trailernya film ini telah menyebar puluhan hidden gems, mulai dari penampakan tokoh dari game populer, “Overwatch” hingga boneka Chucky. Hal ini pula yang kemudian dihabisi di film, di mana ada seratusan lebih easter egg yang muncul di antara cerita.
Yang menarik juga adalah bagaimana easter egg ini kemudian hidup sebagai gagasan utama cerita. Bagaimana sebuah hal kecil seperti easter egg yang biasanya hanya dianggap sebagai gimmick, bisa menjadi tulang punggung sebuah film – persis apa yang dilakukan oleh bukunya.
Sayangnya, kecanggihan penulis dan tim film dalam memanfaatkan easter egg agak terlalu menyita perhatian sehingga flow cerita terasa agak kurang dikembangkan dengan baik. Penokohan yang sebenarnya sangat menarik untuk diikuti jalannya terasa hanya dibagi dengan setengah hati. Penonton seperti tidak diberi kesempatan untuk memiliki empati kepada tokoh-tokohnya. Pacing konflik yang terburu-buru dan kedalaman karakter (baik itu protagonis dan antagonis) yang cenderung dangkal membuat film ini terasa seperti underdeveloped dalam hal penceritaan.
Tapi apapun itu, rasanya agak sulit untuk tidak terpukau dengan scene bagian pertempuran di bagian akhir yang – mengutip statement dari Warner Bros – adalah gambaran visual yang cukup akurat tentang “The Holy Grail of Pop Culture.”
Final score: 3/5