Teks: Emma Primastiwi
Foto : Dezeen

Oliver Wrainwright, arsitek dan kritik desain untuk The Guardian telah merilis buku berjudul “Inside North Korea” yang berisi 200 foto arsitektur dan desain interior gedung-gedung di Pyongyang yang memperlihatkan sekilas keadaan dalam negara penuh misteri ini.

Atas latar belakang diratakan oleh bom Amerika saat Perang Korea, jenderal sosialis muda Kim Il Sung melihat tragedi ini sebagai kesempatan untuk membangun kembali fisik dan ideologi Pyongyang sebagai kapital sosialis Korea Utara. Dukungan pemerintah Soviet kepada rezim Kim Il Sung di periode itupun kemudian diperkuat melalui proyek pembangunan oleh para arsitek Soviet, meninggalkan Pyongyang yang sekarang terhias dengan bangunan-bangunan yang cukup monumental.

Walau banyak sosok bangunan di Pyongyang yang cocok menjadi salah satu set film Wes Anderson, Wrainwright menyatakan observasinya bahwa kualitas bangunan gedung di sana tidak sebanding dengan desainnya yang mewah. Bahkan, bahan bangunan dari gedung-gedung tersebut tidak memenuhi syarat untuk standar hidup sebuah bangunan. “It’s no coincidence that they feel like staged sets. These are backdrops for carefully managed photoshoots and the admiring gaze of foreign visitors”. Tetapi, sandiwara ini bukan hanya ditujukan kepada pendatang asing, tapi juga untuk para warga negara Korea Utara. Kiranya dari observasi Wrainwright sendiri, kita bisa mempertanyakan apabila pemerintah Korea Utara telah menggunakan desain dan arsitektur sebagai salah satu alat propaganda, dengan tujuan meyakinkan warga dan pendatang asing bahwa negara mereka kaya dan berkembang.