Obrolan Bersama House of Natural Fiber (HONF) Kolektif yang Mempertemukan Sains dengan Seni
Kami berbincang dengan kolektif House of Natural Fibre (HONF) untuk membahas awal mula dan inspirasi dari aktivitas mereka.
Teks: Carla Thurmanita
Foto: Timothy PA Cooper
Setiap hari muncul inistiatif-inisiatif baru dari berbagai kolektif yang tersebar di penjuru nusantara. Bentuknya pun semakin beragam, tak jarang banyak diantaranya menggabungkan berbagai pendekatan dan bidang. Salah satu kolektif lokal yang menarik pendekatannya adalah House of Natural Fiber (HONF), sebuah perkumpulan atau komunitas seni yang memutuskan untuk berjalan di area yang belum terlalu familiar bagi kebanyakan orang, research-based art. Dengan menggabungkan seni dengan sains dan teknologi, karya yang dibuat oleh HONF memiliki tujuan utama yaitu untuk mengembalikan – membagikan sesuatu yang dapat membawa perubahan pada masyarakat. Kami berbincang dengan mereka untuk membahas awal mula dan inspirasi dari aktivitas mereka.
Bagaimana awal mula HONF dibuat?
House of Natural Fiber (HONF) awalnya berangkat dari sebuah komunitas yang para pendirinya sendiri adalah lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia. Dari itulah mereka lalu memutuskan mendirikan komunitas HONF yang mencoba untuk mengulik seni dan teknologi.
Pengerjaan HONF bisa dikatakan berbasis pada 4 hal cukup berbeda: seni, sains, teknologi, dan masyarakat. Bagaimana cara kalian menggabungkan keempat faktor tersebut menjadi satu karya utuh?
Di sini HONF memiliki sebuah kurikulum yang dinamakan Education Focus Program (EFP), dan setiap kegiatan yang dilakukan oleh HONF memang harus berada di bawah EFP. Dimana tujuan setiap kegiatan tersebut harus dapat mudah diakses sehingga pengetahuan yang ingin kami berikan secara lebih luas pun dapat dibagikan secara bebas. Dari tujuan ini maka lalu timbul kerja sama lintas disiplin yang kemudian dipresentasikan secara estetis.
Mengapa natural fiber dipilih untuk dijadikan materi utama dalam karya kalian?
Sesederhana karena isi di dalam HONF sendiri terdiri dari serat-serat atau sel-sel yang bergerak secara bebas dan membentuk jaringan baik ke dalam maupun ke luar.
Karya HONF yang seringkali mengeksplorasi teknologi dan berani menggabungkan teknologi tradisional dengan modern untuk membahas sebuah isu. Lewat konsep berkarya seperti itu, bagaimana cara mengkomunikasikan opini kalian kepada publik?
Satu hal yang paling kami lakukan untuk melakukan ini ialah melalui karya-karya yang kemudian teknologinya dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut kalian sendiri, apakah research based art ini sudah banyak diimplementasikan di Indonesia?
Kami melihat bahwa untuk waktu sekarang, bentuk seni tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan, dan nyatanya sudah banyak karya-karya yang lahir melalui rangkaian riset yang sudah pasti dapat dipertanggungjawabkan.
Melihat program pendidikan Education Focus Program (EFP) milik HONF yang dikhususkan untuk mengenalkan teknologi new media yang kalian eksplorasi, misi apa yang ingin kalian raih lewat hal tersebut?
Terdapat satu misi yang kami pikirkan saat ingin membuat program EFP ini, yakni kami ingin terus menciptakan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan saat ini ataupun di masa mendatang.
Dengan ide dan konsep yang tidak terbatas ini, terlihat bahwa HONF memiliki pandangan bahwa seni memiliki bentuk dan definisi yang luas, dan siapapun dapat menghasilkan karya seni. Apakah menurut kalian, publik akan memahami seni secara lebih cair?
Kami percaya pemahaman publik akan seni dengan cara tersebut akan tercapai nantinya. Walaupun jika melihat saat ini kami masih dipandang sebagai sebuah kelompok yang cukup eksklusif (dikarenakan fokus kami terhadap teknologi), namun konsep HONF sendiri sebenarnya dibuat dengan sifat terbuka, dari sisi keanggotaannya hingga aplikasi teknologi maupun sains yang digunakan.
Sebagai salah satu kolektif yang aktif di Indonesia dan hadir dengan konsep segar, apakah HONF melihat progresi pada pemahaman publik terhadap isu yang kalian angkat maupun seni secara luas?
Publik itu selalu kami bebaskan untuk menilai, karena kami tahu mereka dapat memahami konsep estetis maupun melihat dari sisi inovasi-nya sendiri. Di sini sebetulnya akses terhadap pengetahuan itu sendiri, dan bagaimana dapat menggugah lebih lanjut keingintahuan publik terhadap kemajuan pengetahuan dan inovasinya adalah hal-hal yang terpenting.