W_LIST: The Ones to Look Out for in 2024
Tiga puluh musisi pilihan yang sangat kami tunggu karya dan kiprahnya.
Words by Whiteboard Journal
Banyak hal blangsak terjadi di tahun 2023. Genosida Palestina, oligarki yang semakin menggurita, tragedi Kanjuruhan, juga kasus obat sirup yang menelan banyak jiwa. Belum ada hilal keadilan bagi para korban dan konsekuensi krisis iklim satu per satu muncul di hadapan kita secara nyata. Di semesta yang terluka ini, musik adalah pelipur lara. Dan kita beruntung bahwa banyak talenta-talenta baru tumbuh untuk membuat kita percaya bahwa masa depan—sesuram apapun itu—patut diperjuangkan.
Untuk itu, kami mengumpulkan 30 musisi penuh potensi yang bisa menemani kita semua mengarungi masa-masa penuh tantangan di depan. Mari dengarkan, dan mari berkenalan.
Peach
Why:
Kancah hardcore punk Indonesia sudah berumur lebih dari 30 tahun, tapi masih terasa seperti “boys club” karena cukup tergolong minim representasi perempuan. Ketika sudah dianggap dewasa tapi masih muncul topik pembahasan mengenai “ruang aman” maupun kekerasan seksual di dalam pit, maka kehadiran unit bad ass seperti Peach bukan hanya dibutuhkan, tapi juga perlu dirayakan. Di saat tertentu bisa terdengar pengaruh Youth of Today atau Warzone di musik mereka. Tapi yang pasti selalu terdengar adalah suara empat kawan yang bersenang-senang secara total. [RS]
Recommended if you like:
Warzone, Scowl, Youth of Today
Where to start:
Starducc
Why:
Apakah Starrducc menarik karena ada dua personel The Jansen di sana? Sehingga musik pop yang mereka usung memiliki nuance yang sungguh magnetis dengan kedalaman di balik kesederhanaan harmoni dan melodi. Atau karena lirik-lirik yang lugas tapi menenangkan? Atau, sesederhana karena mereka berasal dari kota Bogor? Because maybe there is something in the water over there. Sebab jelas, kalau kota ini sama sekali belum kehabisan bensin untuk urusan mencetak unit-unit musik yang ekstra seru. [RS]
Recommended if you like:
Rrag, Pale Saints, Cherry Bombshell
Where to Start:
Burninside
Why:
Jagoan hardcore 90-an Jakarta ini dulu bernama Burning Inside, baru saja bangun dari tidur panjang mereka selama hampir dua dekade. Mereka bagaikan lompat dari kasur dan langsung mengamuk, membuat rumah porak poranda hingga rata dengan tanah. Materi baru mereka kini lebih agresif. Screams, blast beats, dan sedikit selipan melodi. Kombo mematikan mereka, kami sarankan dinikmati secara live. We dare you. [RS]
Recommended if you like:
Cancer Bats, Converge, Gallows
Where to start:
Pure Wrath
Why:
Pure Wrath adalah Januaryo Hardy, one man band yang mampu membuat kita bisa menikmati Pure Wrath dan melewati gimmick yang kadang dibutuhkan untuk bisa mengapresiasi musik black metal. Mendengarkan band ini, kita dibawa langsung ke intinya, komposisi yang pintar, harmonisasi yang elegan, namun tetap dingin serta bleak. Dengan lirik memilih untuk menjauh dari klenik. Dan memutuskan untuk bicara tentang horror pembantaian 1965. Now we’re talking! [RS]
Recommended if you like:
Dodsrit, Dissection, Krieg
Where to start:
Klab Diskorda
Why:
Electronic Body Music/darkwave seperti kembali menunjukkan tajinya di tahun 2020-an. Bila Bandung memiliki aksi semacam Asylum Uniform, maka Jakarta melahirkan Klab Diskorda. Supergrup? Bisa dibilang demikian karena beranggotakan beberapa eksponen kancah Ibukota seperti Bagas (drummer Morgensoll, Tarrkam, dan banyak band lainnya), Adam Bagaskara (Pelteras), Rivo (Morgensoll), serta Vito (Cum Loud). Kental berlumuran synth, heavy beats, jangan lupa untuk kenakan busana hitammu sebelum turun ke lantai dansa. [RS]
Recommended if you like:
Lathe of Heaven, Skinny Puppy, Killing Joke
Where to Start:
T. Rucira
Why:
Jika jumlah video-video kompilasi lagu tanpa izin di YouTube adalah indikasi kesuksesan seorang musisi, maka T. Rucira sudah sah menjadi motivational speaker dalam bidang tersebut (atau dalam bahasan hak cipta?). T. Rucira sebetulnya sudah cukup meneguhkan posisinya di lingkup jazz-inspired chamber folk berkat karakter musik dan vokalnya yang mengedepankan utmost sincerity, namun rumornya akan ada rilisan baru yang lebih ambisius tahun ini, and will then her songs finally reroute from café speakers to bigger stages. [GF]
Recommended if you like:
Ichiko Aoba, Florist, Sufjan Stevens
Where to start:
ippo.tsk
Why:
Sudah saatnya musik Vocaloid/SynthV muncul di permukaan awam. Pekat dengan arketip J-rock (bukan band J-Rocks) dalam pilihan-pilihan progresi dan nada, ippo.tsk menyampaikan “kisah” yang terbentuk dalam lagunya lewat tuning vokal yang luar biasa mendetail, aransemen yang layak disebut guitar song dengan redup-muram emo, dan lirik playful yang mampu mengaburkan impresi bahwa lagu-lagunya dinyanyikan oleh karakter fiktif—kesan ini turut dikuatkan dengan penulisan lirik yang angled in a way where it feels like they’re talking directly at you, hence “kisah”.
Once you can look and listen beyond the high-pitched vocals and anime-inspired aesthetics, may you then be greeted with an overwhelmingly meticulous songwriting and technicalities which breathes life to virtual instruments. [GF]
Recommended if you like:
Parannoul, Yuyoyuppe, Fleshwater
Where to start:
Funeruuu
Why:
Generasi terkini kerap jadi punchline jokes abang-abangan yang sudah mulai kelihatan expiration date-nya, padahal generasi ini adalah potensi gila yang beyond the scene’s gatekeeper wildest dream. Funeruuu adalah penubuhan dari potensi-potensi ini: frantic, all over the place, tapi gutsy. Iya, mereka secanggih itu. Bahkan juga dalam bikin profil yang pas untuk mendeskripsikan karakteristik ajaib ini, di bionya mereka menulis: “the coolest weirdo nerd band your annoying friends find annoying. Let them cook.” [MR]
Recommended if you like:
Kareem Soenharjo-verse, At The Drive In, The Body
Where to start:
Kinder Bloomen
Why:
Tahun lalu adalah masa di mana Kinder Bloomen menjaga marwah psychedelic rock. Dua EP dan album kompilasi remixnya, satu maxi-single, dan sebuah live session yang direkam dengan sekali take. Prolifik dan juga eksploratif, mereka mengemban hakikat grup psychedelic rock sebagai unified force yang tiap membernya berperan dalam tiap “trip” yang mereka suguhkan. [MR]
Recommended if you like:
King Gizzard & the Lizard Wizard, Crumb, Yura Yura Teikoku
Where to start:
VT-00
Why:
Kritik keras dan aktivisme non-kompromis memang sesekali harus diamplifikasi dengan musik. Dan di antara beragam genre yang ada, VT-00 memilih medium yang sesuai dengan pesannya. Hentakan harus disampaikan dengan menghentak. Electronic Body Music (EBM) yang ia mainkan terasa futuristik, dan kadang distopik. Melalui musiknya, kita diajak bersenang-senang sembari mencari alternatif untuk mengultimatum segala yang mapan. [MR]
Recommended if you like:
Asylum Uniform, Molchat Doma, The Prodigy
Where to start:
Sanjonas
Why:
Lupakan four-on-the-floor karena masa depan musik “dugem” adalah genre musik yang diusung Sanjonas dalam musik-musiknya (Deconstructed club). Dan masa depan itu dimulai dari sekarang. [MR]
Recommended if you like:
SOPHIE, Senyawa, Tzusing
Where to start:
Low Pink
Why:
Setelah lama vakum dan mundur dari peredaran, Low Pink mengabarkan bahwa akan kembali dengan rilisan baru pada 2024. Saya merupakan salah satu orang yang beruntung dapat menyimak bocoran materinya. Proyek dari Raoul Dikka ini akan muncul dengan materi lintas genre yang beorientasi pada instrumen elektronik. Sebuah persinggungan antara dream pop/shoegaze dengan synthwave modern yang ia garap sebelum marak tren Y2K. [MR]
Recommended if you like:
late-Tame Impala, PinkPantheress, White Chorus
Where to start:
Dentaai
Why:
Kapan terakhir kali kita mendengar reiterasi modern garage rock yang slengean tapi bunyinya enak di telinga? Kalau kamu merindukannya, alih-alih mempertaruhkan waktumu datang ke acara-acara tribute to Led Zeppelin dengan musik yang hanya bikin sakit telinga—dan meningkatkan potensi terpapar bau ketiak abang-abangan gondrong yang suka fafifu wasweswos—sekarang adalah saat yang tepat untuk mendengarkan Dentaai. [MR]
Recommended if you like:
The Brandals, Kelompok Penerbang Roket, The SIGIT
Where to start:
Methclass
Why:
Bandung lautan nerds dan ini adalah hal baik. Tak dimungkiri, kita memang butuh dan menantikan kemunculan talenta-talenta ajaib yang punya visi dan pendekatan berbeda pada musik. Firmansyah Risman, sosok di balik moniker Methclass membuat musiknya dari binary code dan sesekali bereksperimentasi dengan AI. Kalau kamu ingin memasuki semesta komputer melalui musik, Methclass akan mengantarkanmu pada destinasi-destinasi menarik yang mungkin belum pernah kamu jelajahi sebelumnya. [MR]
Recommended if you like:
Aphex Twin, Autechre, CODING
Where to start:
Magis
Why:
Magis adalah produser dan DJ paling nakal sekaligus brilian di generasinya. Namanya menggambarkan sentuhannya. Magis, ajaib. Ajib. Ia punya sensitivitas yang cukup sulit dinalar ketika menulis, memadukan, dan memproses musik elektronik. Basslines dan sample drum breaks adalah forte-nya. Kalau kamu ingin menghabiskan malam bersenang-senang dan berdansa urakan, carilah gigs di mana Magis jadi lineup-nya. [MR]
Recommended if you like:
TECHNO, The Prodigy, Mall Grab
Where to start:
Deathroned
Why:
Indonesia diwarnai oleh band-band death metal yang mendunia dekade lalu. Sayangnya, secara personal, wave tersebut kurang memberi kepuasan karena didominasi oleh kesan yang cukup macho dan terkesan menonjolkan teknikalitas. Dekade ini, setelah pandemi, akan jadi kebangkitan band death metal yang lebih konseptual, yang menancapkan kuat-kuat akarnya pada pionir cult genre musik tersebut, dan Deathroned adalah salah satu yang layak disimak! [MR]
Recommended if you like:
Swedish Death Metal, Slayer, Massakre
Where to start:
Dzulfahmi
Why:
Banyak bermimpi, terlambat, potong gaji.
Nyenyak pemimpin, dialek, kosong janji.
Rapper garang, rapper yang suka menasihati; jumlahnya sudah tidak bisa dihitung lagi. Namun rapper yang paling unggul dalam bersenang-senang di tengah perjuangan sehari-hari tampaknya adalah Dzulfahmi. Dengan perbendaharaan layman terms yang kaya, salah satu rapper kebanggaan Rawamangun ini mampu menjahit rima yang padat dengan flow yang mudah diikuti. Lagu-lagunya adalah hasil dari seni memahami diri tanpa terlalu terlena dalam segala hal yang pahit. Lanjutkan! [SK]
Recommended if you like:
Laze, Kid Vicious, Nartok
Where to start?
Assia Keva
Why:
Muda dan berbahaya. Assia Keva dengan cepat menjadi sorotan setelah membawakan lagu-lagu R&B dan Soul dengan low register yang jarang ditemukan di antara musisi yang telah mendahuluinya. Ternyata membawakan riff dan runs dengan tone yang unik menjadi daya tarik yang dicari-cari. Terbukti, kehadiran berbagai nama ternama R&B di showcase-nya pada penghujung tahun 2023 seakan merestui jalur karirnya dalam genre tersebut. It’s nice to see a talented new face on the block. [SK]
Recommended if you like:
Lalah Hathaway, Snoh Aalegra, Amber Mark
Where to start?
Gavendri
Why:
Mau marah-marah? Mungkin bisa ditemani oleh repertoire solois soul satu ini. Selain warna musik yang jarang ditemui di Indonesia, rasanya jarang menemukan perwujudan emosi sementah yang ditawarkan Gavendri. Ia akan memaki, mengumpat, dan menyatakan sedih dan senangnya secara gamblang. Jika dipikir-pikir, bukankah ekspresi jujur tersebut yang menjadi keistimewaan tak tergantikan dari musik soul? [SK]
Recommended if you like:
Erykah Badu, India Arie, Queen Latifah
Where to start?
Sailormoney
Why:
Social media phenomenon is in fact phenomenal in the (recording) booth too. Sailormoney yang mungkin banyak dikenal karena personanya yang (w)oke tapi centil ini tidak bisa diragukan masa depannya di industri musik Indonesia. Baik itu atas namanya sendiri maupun bersama bandnya Zigi Zaga (bukan versi keluarga sebelah), nantikan kehadiran Gemat di banyak music charts mendatang. Periodt. [SK]
Recommended if you like:
Peggy Gou, PinkPantheress, Poppy
Where to start?
Jebung
Why:
Setelah merilis lagu-lagu unik seperti “Hepeng” dan “Indo Black Magic”, Jebung menunjukkan kembali kepiawaiannya dalam menulis dan membawakan lagu unik melalui EP Metro. It’s undeniable that she’s a very intelligent storyteller. Topik yang ia sentuh beragam, mulai dari hal-hal yang dekat dengan diri hingga melihat cinta tanpa rose-tinted glasses. Harapan kami, setelah selesai meraih gelar Sarjana Komunikasi, ia bisa merilis lebih banyak lagu cantik dan mengomunikasikannya dengan menggelitik. [SK]
Recommended if you like:
Doja Cat, Saweetie, Qveen Herby
Where to start?
Reikko
Why:
Berangkat dari R&B, menepi ke Pop-punk, dan sekarang bersinggah di ranah Hyper-pop. Tampaknya Reikko tidak takut untuk bereksplorasi dalam berkarya. Dengan warna suara yang unik serta lagu-lagu yang catchy dan sassy, Reikko berpotensi untuk menjadi heavy rotation di tahun 2024 ini. [SK]
Recommended if you like:
Ashnikko, Let’s Eat Grandma, Yeule
Where to start?
Enamore
Why:
Selama ini kita mengenal Malang sebagai rumah untuk emo revival, so much so, membuat kita kadang lupa bahwa tak jauh dari situ ada Kota Batu yang banyak juga menghasilkan musik-musik keren. Enamore adalah salah satunya. Mengambil nama dari salah satu lagu Pianos Become The Teeth, mereka tumbuh dengan semangat yang sama dengan band yang menjadi cetak birunya. Bagusnya, mereka kemudian pelan-pelan bisa melangkah dari bayang-bayang PBTT. Salah satu modal pentingnya adalah band yang bisa main rapi dan vokalis dengan range vokal yang, jujur saja, lebih bisa bernyanyi daripada vokalis PBTT yang suka belepotan kalo main live. Progres yang baik ini bisa dilihat lagu terbaru mereka, “Sandikala” yang ambi, tapi deliver dalam membuat lagu dramatic post-hardcore yang heavy di crescendo ala post-rock dengan lirik Bahasa Indonesia yang juga mumpuni. [MH]
Recommended if you like:
Pianos Become The Teeth, Senja Dalam Prosa, Suis La Lune
Where to start?
Hallway
Why:
Like it or not, tren heavy shoegaze sepertinya akan here to stay. Untungnya, banyak yang cukup oke untuk percaya bahwa ranah ini worth to preserve and listen. Salah satunya adalah Hallway, unit muda dari Malang yang walau tampak jelas nadi referensinya, tapi mampu menciptakan sendiri jalan hidup yang patut kita ikuti bersama. [MH]
Recommended if you like:
Collapse, Title Fight, Nothing
Where to start?
The Caroline’s
Why:
Band twee (yang beneran twee) penanda kebangkitan skena musik Surabaya (jika belum, dengerin juga Brunobauer). Sarah Records dan The Sensitive pasti bangga. [MH]
Recommended if you like:
Sharesprings, Talulah Ghost, The Radio Dept.
Where to start?
Neurova
Why:
Selain shoegaze, Deftones-core had its moment last year. And we’re not here to complain, karena ini jelas lebih baik ketimbang misalnya justru Limp Bizkit-core yang revival. Jika di luar sana ada Loathe, maka Majalengka punya Neurova. Yang seru, di antara pekat aroma Chino dkk. mereka juga sesekali memberikan kelokan tajam di komposisi yang mereka cipta. [MH]
Recommended if you like:
Deftones, Failure, Hum
Where to start?
TACBO
Why:
Selama ini kita merasa bahwa Kareem adalah generational talent yang akan sulit dicari pembandingnya. Dan untungnya kita salah, karena ternyata kita juga punya Tacbo yang tak kalah nyebrangnya. Hampir semua lagu yang dia punya meletakkan gagasan “kontemporer” yang much needed di ranah hip hop lokal. Pendekatan tersebut mungkin bukan gaya yang akan mendapat approval dari abang-abangan boom bap. Tapi, emang mereka bisa apa kalau yang maha hip hop sudah kasih seal of approval. [MH]
Recommended if you like:
Jpegmafia, Injury Reserve, BAP.
Where to start?
TEMARRAM
Why:
Darkwave terbaru dari Jakarta. Cocok diputar di kolong-kolong flyover atau bekas kafe industrial yang bangkrut. Plus point: mereka bisa menulis lirik Bahasa Indonesia yang not bad at all. [MH]
Recommended if you like:
Ultraviolence, Asylum Uniform, Pullo
Where to start?
TALAWENGKAR
Why:
Talawengkar adalah bukti bahwa selera dan kreativitas yang selama ini dibangga-banggakan sebagai milik kelas ekonomi tertentu adalah gagasan yang tak berdasar. Terbentuk dari pekerja genteng Jatiwangi yang tergugah setelah menonton Senyawa (dan kemudian Kuntari), bersama-sama mereka membuat grup yang memainkan musik dari instrumen yang dibuat dari tanah liat. Hasilnya adalah musik ritmis dengan lirik yang dibangun dari keseharian. Sempatkan datang untuk melihat bagaimana memukaunya pentas mereka dan karisma frontman-nya yang akan membuat kita sejenak lupa dengan Brendan Yates. [MH]
Recommended if you like:
LAIR, Senyawa, Kuntari
Where to start?
MMMARKOS!
Why:
Catchy indie pop trio dari Surabaya dengan drum machine + gitar jangly + dan vokal perempuan. Akan jadi partner yang pas jika Goodnight Electric bikin tur keliling Indonesia. [MH]
Recommended if you like:
Gizpel, Hazel English, Day Wave
Where to start?
Dengarkan keseluruhan rekomendasi kami melalui playlist berikut: