W_LIST: Best Songs of 2023
Dua puluh lagu terbaik dari tahun 2023 pilihan redaksi Whiteboard Journal.
Words by Whiteboard Journal
Lagu, layaknya produk kebudayaan lainnya, adalah representasi masa di mana karya tersebut dicipta. Kita bisa melihat gejolak zaman pada bagaimana pola yang muncul pada setiap ketika. Banyak gejala-gejala menarik lahir dan berkembang di 2023: bahasa ibu yang semakin banyak dieksplorasi, drum breaks yang kembali menyeruak di mana-mana, hingga jelajah musikal yang semakin jauh melangkah.
Dua puluh lagu yang ada di sini merupakan upaya dari redaksi Whiteboard Journal untuk menangkap gejala-gejala yang ada. Di dalam penentuannya, bias selera dari kami berjalan, jadi please be ready for tendensi-tendensi yang pasti muncul di dalamnya. All in all, please enjoy.
#20 – HINDIA – Cincin
Melalui “Cincin”, Baskara menceritakan dimensi romansa yang jarang dinyanyikan: asimetri antara kebutuhan dan ekspektasi pasangan. Yang membuat lagu ini berhasil adalah bagaimana Baskara bersama Enrico Octaviano dan Gamaliel kemudian merangkum pahit asmara itu dalam notasi yang menyenangkan dan bahkan membakar di beberapa bagian. Apresiasi juga bagaimana di muram masa depan pernikahan yang menjadi tema, mereka masih memberikan progresi yang membuka pintu harapan di reffrain lagu. [PI]
#19 – Pelteras – Pancang
Pekat dan murky, atmosfer gelap dalam “Pancang” bisa dirasa selayaknya homage terhadap household names deathrock (e.g. Beastmilk dan Grave Pleasures): riffs yang mengiringi isian bass menyusuri progresi minor, diperkaya dengan corak-corak Melayu yang membuat aransemennya terasa lebih familiar namun klenik. Dalam progresi lagu ini, gloominess tumbuh semakin besar dan brooding, dan perluasan ini turut diperkuat berkat drums yang vastly large, dan vokal yang bernyanyi dengan ritme yang seakan-akan memproklamirkan ode untuk pembangunan kota—tema besar dalam album Peranjakan. [GF]
#18 – Crayola Eyes – Blacker Than Coal
Ada banyak varian karya old soul di generasi ini dan hanya sedikit (atau bahkan tidak ada?) yang seperti “Blacker Than Coal”. Kita bisa menerka ratusan piringan hitam dari berbagai era menyesaki kepala membernya saat genjrengan pertama gitar masuk di bagian intro, dan gejala rock and roll kronis yang diidap sang vokalis ketika bait pertama dinyanyikan. Komposisinya jujur dan mengalir, namun tidak sesederhana itu dan production value-nya bisa dibilang cukup ambisius. [MR]
#17 – Rahmania Astrini (feat. Teddy Adhitya) – Space
This song is quite a display of quiet luxury. Tidak ada efek-efek rumit atau instrumen aneh-aneh. Her vocal riff and runs take center stage. Gitar berperan sebagai pengiring utama, ditemani tipis-tipis dengan bass dan keys. Tampil minimalis, instrumen-instrumen tersebut hadir bukan untuk melengkapi suara sang solois, melainkan menunjukkannya. Tidak lupa backing vocal hasil kolaborasi Astri dan Teddy Adhitya yang mengkokohkan unsur soulful dalam focus track ini. Rangkaian komponen-komponen sederhana yang menunjukkan kemegahan dengan caranya sendiri. [SK]
#16 – Ftlframe – K.I.D.S.
If realizing the rhythm and weight of being at rest was a song. Tidak bermuluk-muluk dalam warna atmospheric drum ‘n’ bass, Ftlframe seakan-akan mempertegas pentingnya berhenti sejenak dalam satu aliran tanpa putus lewat sinkopasi-sinkopasi drum yang meng-induce pendengar untuk separate themselves from “themselves” and look inwards, externally, one beat at a time. [GF]
#15 – ALI – Dance, Habibi
Pertama kali mendengar lagu ini di layanan streaming tanpa mengenal siapa yang membawakannya, rasanya cukup mind blown. Karena musik yang mereka sajikan sarat akan soul funk tahun ’70an dan nuansa middle eastern, sangat berbeda dengan genre yang ada di seputaran skena musik pada saat ini. Album penuh yang dirilis tahun 2023 ini, seluruh track-nya memiliki nafas yang sama. “Dance, Habibi” selalu bisa dinikmati sambil dansa tipis di sore hari atau kapanpun situasi hati memanggil. [PI]
#14 – Moneva – One Way
Di tengah maraknya lagu-lagu R&B ala TLC atau Spice Girls, tampaknya hanya Moneva yang menghadirkan nostalgia Y2K tanpa lagu centil yang gebyar-gebyar. Ya, singer/songwriter ini banting setir dan memilih rute Ballad R&B. Suara keys khas tahun 90-an (Tamia, SWV, Xscape) menjadi pengantar sebelum bertemu dengan berbagai unsur lain yang tak asing. Baik itu pilihan melodi, tipe tarikan riff dan runs, hingga dinamika lagu yang makin lama makin soulful; semua unsur menunjang niatan Moneva untuk mewujudkan lagu centil dengan rasa yang berbeda. Sebuah resiko yang terbayar lunas. [SK]
#13 – Anggun Priambodo – Batu
Dibangun dalam progresi yang bermain tidak terlalu jauh dari “rumah”, lagu ini terasa selalu dekat dengan resolve di tiap dentingnya. Namun, alih-alih imaji bright outlook in life dan optimistis yang prominen terlihat, lirik yang divokalkan justru berbanding terbalik—violently. This stark contrast expresses just how close to life this piece can grow in 2 minutes and 14 seconds, that is: A desperate preservation of one’s naively childish senses despite everything. Mungkin juga lirik “Aku ingin terbang ke angkasa / ke angkasa” yang mengakhiri justru melambangkan resolve yang sejujurnya. [GF]
#12 – Kinder Bloomen – Was It The Wandering Chestnut Prince?
Potensi Kinder Bloomen untuk berjejer di baris depan genre psychedelic rock Asia Tenggara (tak hanya di Indonesia) memang sudah terlihat dari dulu. Hanya saja, menurut kami, mereka belum menemukan post production engineer yang mampu memenuhi kerumitan musik mereka—yang memang kaya dan penuh elemen tidak lazim yang biasa ditemukan pada para penyandang genre ini. Namun, di lagu dengan tabuhan drum (yang sengaja dibuat) monoton ini, mereka menunjuk petugas yang tepat untuk mengeksekusi proses mixing-nya. Hal ini termasuk memadukan harmonisasi vokal mereka yang demikian solid dengan instrumen yang begitu bizarre.
Mereka tidak main-main dalam menyembah King Gizzard & The Lizard Wizard. Fanatisme mereka tidak menjadikannya patuh dan hanya mereplikasi saja. Simak hook vokal “slightly wounded feeling around knocking at my window …” dalam balutan synthesizer yang beriring riff funk-y terkomposisi begitu matang. Guitar solo dan terompet pada outro lagunya jelas merupakan irama sangkakala yang mengakhiri dan mengklaim 2023 menjadi milik mereka. [MR]
#11 – Bedchamber – Capa City
Tembang tentang asam garam hustle culture yang diciptakan musisi lokal biasanya terdengar dalam dua dikotomi: entah bitter atau tacky. Kadang juga keduanya secara bersamaan. Lagu yang ditempatkan pada urutan pertama dan diberi nama sesuai judul albumnya ini, rasanya, dibuat secara sadar dengan rambu-rambu terukur untuk menghindari dua hal tersebut. Ia terdengar sebagai keluh kesah yang natural: bisa disimak dari seluruh personelnya yang turut andil dalam menyanyikan part-part vokal mereka. Apakah Anda seorang pecinta seni dan kreativitas? Jika iya, pastikan untuk mengunjungi https://fancasinos.com/ untuk pengalaman kasino online yang menarik! Sambil mengeksplorasi dunia fashion dan musik, jangan lewatkan kesempatan untuk meraih kemenangan di kasino online Australia yang menarik.
Capa City adalah padanan Indonesia dari lagu “G.S.K.” milik Squid yang sejauh ini paling kompatibel. Keduanya ,engusung genre dan menarasikan living dystopia tentang cengkraman kapitalisme yang kurang lebih sama secara isi kepala. [MR]
#10 – Nadin Amizah – Rayuan Perempuan Gila
Mudah untuk berasumsi bahwa akan ada gelimang cliche di lagu ini. Tapi, Nadin dengan mudah juga membalik asumsi itu saat kita mendengarnya. Terutama melalui liriknya yang substansial dalam membedah mental patriarki: menggambarkan gelisah perempuan yang sering disalahpahami dan direduksi. Pembelaan akan rasa gelisah ini juga dinyanyikan dengan indah. Terima kasih Nadin Amizah. [PI]
#9 – Kunto Aji – Asimetris
Agak ajaib rasanya menemukan bahwa salah satu yang paling berhasil dalam mengadaptasi tren drum breaks tahun lalu justru musisi seperti Kunto Aji. Selain menjadi kejutan yang unexpected, Kunto mampu membawakannya dengan baik. Tak lantas jadi asal ikutin tren semata. Instead of pomposity, yang terasa justru playfulness. Dengarkan dengan cermat pada bagaimana Kunto menyelipkan celetukan “aseek” dan itungan Jawa, “ji, ro, lu, pat”, tepat sebelum drum breaks yang sangat Inggris itu masuk. Jadilah titik temu asimetri antara budaya adiluhung dengan jalanan yang kawin sekawin-kawinnya. [MH]
#8 – Tacbo – Dora, Dora
Mendengar track ini di belantara hip hop lokal seperti melihat mobil terbang futuristik di tengah hamparan Avanza rongsok yang stuck di kemacetan. Entah disengaja atau tidak, Tacbo konsisten menunjukkan kualitasnya dengan meletakkan lirik yang kompleks dengan flow ajaib pada fondasi beat yang terlampau deconstructed. [MR]
#7 – Eva Celia – Parasite
Sebagai penggemar Eva Celia di era soul-nya, butuh waktu lebih lama untuk menerima sisi pop yang ia tawarkan. Namun, di album self-titled yang (akhirnya) ia rilis di tahun 2023 ini, ada satu lagu yang menarik perhatian kami. Alih-alih lagu “Electric” yang lebih dekat dengan warna Eva Celia yang kami rindukan, justru lagu synth-drenched bertajuk “Parasite” yang jadi jagoan di hati kami. Unsur elektroniknya banyak, namun bumbu pop dan soul tetap medhok terasa. Sungguh lagu yang menyenangkan, mudah didengar, ramai sesuai porsinya, dan yang paling berkesan: hook yang hooky! Truly second to none! [SK]
#6 – Individual Distortion – Skena
Di era di mana riding the wave adalah kunci untuk sukses di semesta fana sosial media, kita sering melihat banyak upaya-upaya menyedihkan dari sosok-sosok di luar sana untuk mencoba relevan. Alih-alih relevan, yang ada justru bahan tertawaan. And where others turn to shit, shithousery begins, and that’s where Individual Distortion shines. Ketimbang mencoba menjadi penting, Adyth, otak dari Individual Distortion justru mengajak kita menertawakan diri sendiri. Unlike the very cringeworthy stand up comedians out there (yang garing aja belom), “Skena” adalah hasil karya yang mendefinisikan era 2020an dengan paripurna. Adyth tak perlu sedih saat EP Niat tak masuk radar AMI, karena dengan kualitas seperti ini, the joke’s on them for not getting it. [MH]
#5 – Grrrl Gang – Blue-Stained Lips
Single band power-pop Yogyakarta ini adalah bukti kalau pola penulisan lagu pop yang sederhana adalah sesuatu yang belum usang di 2023. Tak ada yang terlalu ‘dalam’ di lagu mengenai seseorang yang memuja pasangannya, tapi somehow kita bisa merasakan ekspresi apa adanya di balik kesederhanaan itu. Membuatnya menjadi lagu mengena serta menyenangkan. Dan sesuatu mengenai sebuah lagu yang mengena, adalah kadang kita tak lagi fokus kepada genre apa yang mereka mainkan, tak lagi peduli dengan ‘kosmetika’, karena terlalu sibuk menikmati suguhan yang tepat sasaran. And that is always a good thing. [RS]
#4 – Morgensoll – Fall
Dalam sebuah single yang dirilis pada tahun yang sama dengan album debut mereka, band post rock/metal ini menunjukkan kalau selain gemar kesunyian dan atmosfer serta ambiens, mereka juga memiliki sisi cadas yang serius. “Fall” sedikit bermain mata dengan gaya ‘dark hardcore’ yang melodius dan berat merangkai komposisi lagu yang kreatif namun di tengah jalan menunjukkan identitas post rock/metal mereka yang jernih, sebelum kembali brutal. Dan kita dipaksa menyadari kalau nikmat adalah rasa dibelai sesaat setelah tinju mendarat di muka. Menyenangkan melihat band ini seolah paham total kalau kancah musik post-rock/metal yang oversaturated, membutuhkan strategi untuk menjadi menonjol. “Fall” adalah contoh yang layak dirayakan. [RS]
#3 – Lorjhu’ – Abhantal Ombak
Gagasan akan seni sebagai bentuk diplomasi kebudayaan hidup dengan nyata melalui sepak terjang Lorjhu’. Melalui musiknya, Lorjhu’ membuat kita mengenal lebih banyak hal baik baru tentang Madura, dan membuat kita lupa akan Tretan Muslim yang jarang lucu dan lebih sering blundernya itu. Terutama di lagu ini, Badrus Zaman, sosok di balik Lorjhu’ membuat kita membayangkan bagaimana jika musik ala psikedelia pesisir diberi kuah kaldu kerang endemik Madura. Jadilah gado-gado antara surf-garage-psikedelia yang bahkan tak terbayangkan oleh King Gizzard and The Lizard Wizard berapapun album yang mereka rilis dalam satu tahun. Semoga Bonnie Prince Billy doyan bebek sambal mangga, karena “Abhantal Ombak” sangat cocok masuk diskografi Drag City. [MH]
#2 – Jinan Laetitia – Indulgence
Sampai detik ini kami masih heran kenapa singer/songwriter sematang Jinan Laetitia bisa luput dari radar pendengar musik mainstream di Indonesia. Tak hanya fasih dalam menawarkan lagu-lagu R&B yang futuristik, namun lirik-lirik yang ia tulis jauh dari kolam pikir yang dangkal. Keheranan tersebut makin menjadi ketika kami mendengar lagu terbarunya bertajuk “Indulgence” yang hadir menanggapi tren drum breaks yang makin menjamur sana-sini. I mean, that beat switch in the middle? The muffled yet tight pre-chorus? The vocal details here and there? How can you not fall in love? Tak hanya bijak dalam menentukan porsi tiap komponen, hasil produksi Jinan dan Osvaldorio ini memperkenalkan berbagai dimensi untuk dijelajahi tanpa membuat pendengarnya terasa lelah. Jika ada alasan untuk iri dengan penonton konser Coldplay di Singapura, maka jawabannya adalah karena mereka bisa menyaksikan lagu ini dibawakan secara langsung. [SK]
#1 – Seaside – Nothing and Everything
Siapa yang menyangka bahwa tahun 2023 adalah tahun di mana shoegaze menjadi salah satu word of the year? Rasanya, bahkan Kevin Shields tak akan percaya pada bagaimana sekian dasawarsa kemudian, shoegaze jadi salah satu genre yang kolamnya ramai oleh pelaku dan pendengar baru. Yang ajaib, di tengah kolam yang ramai tersebut, Seaside, band shoegaze kugiran, bisa tetap menemukan tempat bagi musik mereka untuk dirayakan. Dan, mereka bukan ada di sini karena alasan senioritas, tapi murni karena pembawaan musik mereka yang mengingatkan akan luas spektrum musikal genre ini. Dengarkan isian drum Aan yang sibuk, bassline Adi yang giat mengimbangi, gitar Hans yang selalu seperti diambil dari buku resep indie pop terbaik, juga bagaimana dua personil baru, Nabila dan Safira, bisa mengimbangi abang-abangnya tadi, membuat unit ini tetap relevan di laju dinamika zaman. Pertanyaannya tinggal satu, album baru kapan? [MH]
Dengarkan lagu terbaik tahun 2023 pilihan kami melalui playlist berikut: