Tantangan Baru untuk Iga Massardi, Kunto Aji hingga Sal Priadi dalam Berkarya di Collabonation Series 3.0
Menembus batas disiplin karya, para musisi ini membuktikan bahwa musisi juga mampu melahirkan karya film yang berkualitas.
Words by Whiteboard Journal
In partnership with IM3 Ooredoo
Teks: Hanindito Buwono
Apa pernah terlintas di benak kalian bahwa musisi dapat menyutradarai sebuah film pendek? Mengingat musik dan film punya karakteristik masing-masing, rasanya agak sulit terjadi. Namun bagi Iga Massardi, Kunto Aji, Hindia, Petra Sihombing, Asteriska, Rendy Pandugo, dan Sal Priadi mungkin hal itu bukanlah sebuah penghalang untuk tetap berkreasi. Karena di akhir tahun 2020 yang lalu, tiga lagu kolaborasi ciptaan mereka dari #Collabonation CAMP yaitu “Irama”, “Angin di Lautan”, serta “Putaran” akan diinterpretasikan dalam bentuk film pendek bersama tiga sutradara muda Naya Anindita, Gianni Fajri, dan Surya Penny sebagai co-directors di #Collabonation Series 3.0.
Ketiga film pendek, “Irama”, “Angin di Lautan”, dan “Putaran” mempunyai ciri khasnya tersendiri sesuai dengan interpretasi subjektif dari para kreator. Meskipun genrenya berbeda-beda, ketiga film pendek ini berhasil mengingatkan kita tentang pentingnya arti “kehadiran” untuk orang terdekat dan harmoni untuk alam semesta, sebuah hal yang dirasa esensial terlebih di situasi pandemi sekarang ini.
Di film “Irama” misalnya, film yang disutradarai oleh Sal Priadi dan Kunto Aji bersama Surya Penny sebagai co-director, menceritakan sebuah kisah tentang seorang laki-laki bernama Tim (Kristo Immanuel) yang mengalami pengalaman-pengalaman aneh hingga membawanya berbagai pergulatan. Namun sebenarnya, pergulatan tersebut hanyalah sebuah metafor yang menggambarkan tentang kesalahannya Tim yang selalu melupakan momen-momen bersama anak dan istri karena terlalu sibuk bekerja, mengakibatkan dirinya kehilangan segalanya. Dikemas shot aspek rasio 4:3 dengan latar ala film-film luchador Meksiko, “Irama” sukses menyuguhkan penonton pengalaman visual yang berwarna, namun tidak lupa daratan akan esensi.
Lain halnya dengan film “Angin di Lautan”. Hindia, Iga Massardi, dan Asteriska bertindak sebagai sutradara di film dengan gaya dokumenter bersama dengan Naya Anindita. “Angin di Lautan” menceritakan kisah tentang seorang remaja bernama Guntur yang harus melakukan tanggung jawabnya mengikuti tradisi sebagai Pria Bajo, untuk berlayar dan menjadi tulang punggung keluarga. Film ini akan mengikuti perjalanan Guntur serta keluarganya mengenai bayangan ketakutan serta traumatis karena mendiang ayahnya tenggelam di lautan saat berlayar. Film “Angin di Lautan” berhasil memberikan sebuah pernyataan bahwa peran keluarga sangat penting sebagai individu, seperti Guntur yang akhirnya dapat memotivasi dirinya untuk bisa berlayar di lautan beserta menaklukan ketakutannya, demi sang Ibu dan adiknya.
Dan yang terakhir, film “Putaran” dengan disutradarai oleh Rendy Pandugo dan Petra Sihombing bersama dengan Gianni Fajri, akan membawa penonton ke era distopia planet Bumi. Menceritakan tentang perjalanan dua orang yang berbeda dalam persimpangan waktu antara masa lalu dan masa depan, kedua orang ini mempunyai misi untuk menyelamatkan dirinya dan kehidupan sekelilingnya. Dengan suguhan akting dari sang sutradara yaitu Rendy Pandugo serta Petra Sihombing, film ini menghadirkan sebuah pesan yang mulia untuk manusia agar menjaga alam sekitarnya dan menyadari bahwa planet Bumi mempunyai keindahan dunia yang sebenarnya, jika tidak dirusak serta dieksploitasi terlalu berlebihan untuk memuaskan egonya manusia itu sendiri.
Penasaran bukan dengan cerita lengkap dari tiga film pendek ini? Saksikan karya tujuh musisi bersama tiga sutradara muda #Collabonation Series 3.0 hanya di kanal YouTube IM3 Ooredoo!